NovelToon NovelToon
Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Harem / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: ZhoRaX

Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.

Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!

Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”

Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

0 prolog

Perkenalan..

—————————

Tingkatan Ranah Kultivasi Dunia Shen Hao

(Setiap ranah dibagi jadi empat tingkat: Awal – Menengah – Akhir – Puncak

Qi Refining (Pemurnian Qi)

Foundation Establishment (Pembentukan Pondasi)

Golden Core (Inti Emas)

Nascent Soul (Jiwa Bayi)

Divine Transformation (Transformasi Ilahi)

Body Integration (Penyatuan Tubuh & Jiwa)

Dao Fusion (Penyatuan Dao)

Mahayana (Pencerahan Agung)

Tribulation (Ujian Langit)

True Immortal (Abadi Sejati)

Heavenly Immortal (Abadi Surgawi)

Mysterious Immortal (Abadi Misterius)

Immortal King (Raja Abadi)

Heavenly Demon (Iblis Surgawi)

Immortal Emperor (Kaisar Abadi)

Immortal Lord / Venerable (Penguasa Abadi)

Supreme Immortal (Abadi Tertinggi)

Heavenly Emperor (Kaisar Surgawi)

Heavenly Ancestor (Leluhur Surgawi)

21 Saint (Suci Agung)

True God (Dewa Sejati)

—————————

Sudah dua tahun sejak aku terlempar ke dunia ini.

Sebuah dunia yang rasanya lebih mirip mimpi buruk daripada kenyataan.

Dulu, aku hidup di tempat yang modern — listrik, kendaraan, gedung tinggi, segala hal yang membuat hidup terasa “nyata.” Tapi di sini... segalanya berbeda. Terlalu berbeda.

Langitnya sering tampak kelabu meski tanpa awan. Hutan tempat aku tinggal seakan tak pernah benar-benar tidur; selalu ada suara—dari serangga, burung, atau kadang... sesuatu yang tak seharusnya ada.

Aku menempati sebuah rumah kecil di tengah hutan. Bukan karena aku ingin hidup menyendiri, tapi karena tak ada tempat lain yang bisa disebut “aman.”

Setiap hari aku harus berburu—kelinci, burung, atau hewan kecil lain yang bisa kumakan. Kadang aku merasa beruntung jika bisa kembali sebelum matahari turun. Kadang, tidak.

Monster... mereka berkeliaran di sini seperti anjing liar di kota dulu. Tubuh mereka seringkali aneh—mutasi dari binatang yang mungkin dulu pernah kukenal.

Aku sudah beberapa kali dikejar, bahkan beberapa kali hampir mati. Tapi entah bagaimana, aku selalu berhasil lolos.

Mungkin hanya karena keberuntungan.

Atau mungkin dunia ini masih belum selesai bermain denganku.

Sudah dua tahun sejak aku membuka mataku di dunia ini—Tianxu Realm, begitu orang-orang menyebutnya.

Dua tahun… rasanya cepat sekaligus lambat. Cepat, karena setiap hari diisi dengan hal-hal yang tak pernah kupahami sebelumnya; lambat, karena di balik semua itu, ada perasaan asing yang tak kunjung hilang dari dadaku.

Namaku Shen Hao. Setidaknya, begitulah aku memanggil diriku sekarang. Nama yang kuberi sendiri, karena nama asliku... entah masih punya arti atau tidak di dunia yang bahkan tak mengenal listrik, mobil, atau internet. Dunia tempat sihir bukanlah dongeng, dan kekuatan spiritual adalah dasar dari segalanya.

Aku masih ingat hari pertama aku tiba di sini. Langitnya berwarna ungu senja, tapi mataharinya—atau apa pun yang memancarkan cahaya itu—terasa terlalu besar di cakrawala. Udara yang kuhirup membawa aroma tanah dan kabut spiritual yang asing, seolah setiap napas bisa menumbuhkan sesuatu di dalam diriku.

Namun tak ada yang lebih aneh dari kenyataan bahwa aku hidup.

Tak ada petunjuk bagaimana aku sampai ke sini. Tak ada cahaya yang menelan tubuhku, tak ada kecelakaan, tak ada mimpi aneh sebelum aku terbangun. Aku hanya... berpindah. Dari dunia yang modern, dingin, penuh kesibukan dan cahaya buatan—ke dunia yang sunyi namun hidup, liar namun murni.

Dua tahun telah berlalu, dan kini aku tinggal di sebuah desa kecil di lembah barat Wilayah Qinghe. Desa itu bernama Muqing, tempat para petani, pemburu, dan perajin hidup sederhana di bawah bayang-bayang pegunungan Tianxu yang menjulang. Aku membantu seorang tabib tua bernama Tuan Bao, orang pertama yang menolongku ketika aku ditemukan tak sadarkan diri di tepi sungai.

Awalnya, aku tidak mengerti bahasa mereka. Tapi entah bagaimana, dalam waktu beberapa minggu, aku mulai memahami arti kata demi kata. Seolah ada sesuatu di dalam pikiranku yang menyesuaikan diri. Mungkin karena dunia ini memiliki semacam energi spiritual yang juga mengubah manusia di dalamnya.

Kini, setiap pagi aku membuka pintu rumah kayu kecilku, menghirup udara segar yang membawa embun dan aroma dedaunan, lalu menatap kabut yang menari di kaki gunung. Kadang aku berpikir, mungkin aku bisa terbiasa hidup di sini. Tapi di malam hari—saat semua hening dan hanya suara serangga yang menemani—aku masih teringat wajah-wajah dari dunia lamaku.

Teman. Keluarga. Cahaya lampu kota. Suara mesin yang berderu di jalan raya.

Semuanya terasa seperti mimpi yang perlahan memudar.

Orang-orang di desa sering bercerita tentang “jalan menuju kekekalan”, tentang para kultivator yang bisa menembus langit, menguasai unsur alam, bahkan menentang takdir. Bagiku, itu masih seperti legenda... tapi mungkin di sinilah letak keajaiban dunia ini: bahkan hal yang mustahil pun bisa menjadi nyata.

Dan mungkin, suatu hari nanti... aku akan menemukan alasan mengapa aku dibawa ke sini.

Untuk sekarang, aku hanya Shen Hao—seorang pendatang tanpa masa lalu, yang berusaha hidup di dunia yang menolak logika dunia lamanya.

Kalau dipikir lagi, mungkin takdirku memang bercanda.

Aku mati dengan cara yang… terlalu klise. Ya, tertabrak truk.

Aku masih ingat momen itu. Malam itu hujan, jalanan licin, dan aku menunduk sambil menatap layar ponsel. Sebuah lampu besar tiba-tiba muncul dari sisi kanan jalan, diikuti suara klakson panjang yang memekakkan telinga. Refleks tubuhku terlambat—dan semuanya gelap begitu saja.

Tidak ada rasa sakit.

Tidak ada cahaya putih seperti dalam film-film spiritual.

Aku hanya merasa... ringan. Seolah tubuhku menghilang, dan aku menjadi debu yang dihembuskan angin.

Lalu—

Angin itu semakin kencang.

Sangat dingin.

Terasa seperti badai yang menelan seluruh tubuhku. Aku tidak tahu apakah itu bagian dari proses “mati” atau sesuatu yang lain. Tapi yang jelas, saat aku membuka mataku… aku menyesalinya.

Langit.

Langit biru muda yang terlalu dekat.

Dan aku—aku sedang jatuh.

“APA—?!?!”

Udara berdesir kencang di telingaku. Angin mencambuk wajahku tanpa ampun. Aku bahkan belum sempat berpikir bagaimana aku bisa jatuh dari langit sebelum panik meraih apa pun yang bisa kusentuh. Tapi tak ada—hanya kosong.

Dalam sepersekian detik itu, aku sempat berpikir:

Jadi, aku mati... dua kali?

Namun sebelum aku sempat berdoa pada siapa pun, mataku menangkap sesuatu di bawah sana—sebatang pohon tumbang, dan... seseorang!

Seorang pria tengah berdiri di bawahnya, mungkin sedang memeriksa ranting atau entah apa, tapi yang jelas—aku jatuh tepat ke arahnya.

“HEY! MINGGIR!” teriakku sekencang mungkin.

Namun pria itu tak bereaksi sama sekali.

Suara angin mungkin menelan teriakanku.

Aku bahkan tak sempat menutup mata ketika tubuhku menghantam sesuatu yang keras dan berat. Ada suara benturan tumpul, lalu semuanya gelap lagi.

Ketika kesadaranku perlahan kembali, yang pertama kurasakan adalah rasa sakit di kepala dan punggung. Seolah seluruh tulangku berdebat satu sama lain. Aku berbaring di tanah, memandang langit yang sama—tapi kini pohon tumbang itu benar-benar di sampingku, dan pria yang tadi kulihat... terbaring tak sadarkan diri di bawah.

“Jangan bilang… aku jatuh di atas dia?” gumamku pelan.

Kalau iya, maka aku benar-benar makhluk paling sial di dua dunia.

Sebelum aku sempat memeriksa keadaannya, sebuah suara lembut tapi serak terdengar di belakangku.

“Terima kasih…”

Aku menoleh.

Seorang wanita muda berdiri beberapa langkah dariku. Wajahnya pucat, rambut hitam panjangnya berantakan, dan di beberapa bagian tubuhnya tampak luka—seolah baru keluar dari pertempuran atau dikejar sesuatu. Pakaian yang ia kenakan berbeda—berlapis kain tipis dengan sabuk lebar di pinggang, bergaya kuno, tapi anggun dalam caranya sendiri.

Aku masih bingung setengah sadar, tapi matanya... penuh ketulusan saat menatapku.

“Terima kasih... sudah menyelamatkannya.” katanya lagi dengan suara yang hampir seperti bisikan.

Sebelum aku sempat menjawab, ia berbalik dan berjalan pergi ke arah pepohonan, meninggalkan aku yang masih terduduk di tanah, menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik kabut.

“Apa... yang barusan terjadi?” bisikku sendiri.

Pria pingsan di bawah, wanita misterius, pakaian aneh, dan aku—seorang manusia modern yang baru saja respawn di dunia tanpa sinyal.

Tidak ada petunjuk, tidak ada penjelasan. Hanya rasa sakit di kepala, debu di wajah, dan satu pikiran yang terus mengganggu:

Dunia ini... bukan duniaku.

1
mu bai
sebaiknya menggunakan bahasa indo formal lebih cocok thor
ZhoRaX: ok.. nanti diubah
👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!