Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Di rumah sakit besar, tepatnya di ruang tunggu. Beberapa orang tengah menangis memikirkan pria dan wanita yang sedang berjuang melawan sakit di dalam ruang ICU. Bukan hanya keluarga Ericsson saja, tapi keluarga Alexander pun lebih sedih lagi. Namun, dua keluarga itu saat ini sedang bertikai.
"Ini gara-gara anak Anda Alex" Eric masih juga menyalahkan Arkan. Walaupun suaranya tidak membentak, maupun meninggi, tapi ekpresi wajah menyalahkan Alexander.
"Menurut saksi, Arkan justru ingin menyelamatkan anak Anda Eric" Alexander menjawab dingin. Tentu saja ia tidak mau anaknya disalahkan.
"Jika anak Anda mau bertanggung jawab, Clara tidak akan melompat dari gedung" Eric tidak mau mengalah.
"Saya lebih percaya anak saya Eric."
"Pantas saja Arkan selalu seenaknya ternyata sifatnya itu menurun dari Anda" Eric memotong, ucapan Alexander membuat telinga Eric semakin memanas
"Sudahlah Pa" Reta menasehati suaminya agar jangan ribut. Yang bisa dilakukan saat ini hanya berdoa untuk kesembuhan putrinya yang sedang di tangani oleh dokter. Ya, Arkan dan Clara saat ini di ruang ICU, belum ada yang sadar.
Sementara Shindy keluar dari ruang ICU dengan mata bengkak. Ia hendak menanyakan kepada mertuanya, penyebab kecelakaan Arkan yang belum sempat ia tanyakan.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Arkan Pa?" Sindy terpaksa bertanya kepada Alexander karena mama Adisty lagi-lagi pingsan.
"Jatuh dari rooftop" hanya itu yang dikatakan Alexander. Pria dingin itu tidak menjelaskan apa penyebab Arkan jatuh.
Shindy tentu saja tidak puas dengan jawaban seperti itu, tapi ia tidak mungkin bertanya lagi. Selama menjadi istri Arkan, Alexander jarang sekali menegur Shindy. Tetapi bukan berarti sombong melainkan terlalu pendiam.
"Saya mau melihat Mama dulu" Alexander meninggalkan Shindy karena istrinya pun saat ini terpaksa dirawat. Sebab, Adisty sedang menderita gangguan jantung. Penyebabnya adalah setres memikirkan masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini.
Shindy hanya mengangguk lalu duduk, menarik napas panjang. Ia menyalahkan diri sendiri, seandainya tidak pergi dari rumah tentu saja ada yang menghibur Adisty. Bukan justru pergi tanpa pamit, tentu saja Shindy merasa menambah beban pikiran mertua.
"Kamu ini sebenarnya siapa?" Reta akhirnya mendekati Shindy. Reta pernah melihat keberadaan Shindy di kediaman Adisty ketika pertengkaran tempo hari. Namun, ia tidak sempat bertanya kepada Adisty.
"Saya istri Arkan Tante..." Shindy tidak mau menyembunyikan apapun lagi. Shindy yakin jika mertuanya pun tidak mengundang Reta saat ijab kabul.
"Apa? Sudah berapa lama kalian menikah?" Reta terkejut mendengar penuturan Shindy.
"Sudah empat bulan Tante" Shindy pun memberanikan diri untuk bertanya. Kenapa Arkan dan Clara jatuh dari rooftop bersama-sama.
Reta akhirnya menceritakan kepada Shindy seperti yang diceritakan satpam saat kejadian. Clara yang meluncur lebih dulu dari atas gedung hingga jatuh di rerumputan. Sementara Arkan nyangkut di pohon besar.
"Astagfirullah..." Shindy ngeri mendengarkan, lagi-lagi air matanya mengalir.
"Shindy, saya tahu kamu orang baik. Jika Arkan dan Clara sembuh nanti, biarkan mereka bersatu" Reta berkata lembut tapi terdengar egois.
"Saya tidak akan mungkin membiarkan suami saya bersama wanita lain Tante" Tegas Shindy.
"Tapi Arkan sudah merusak masa depan anak saya Shindy"
"Saya percaya Arkan Tante, suami saya tidak akan mungkin berbuat begitu dengan wanita yang bukan istrinya."
Dua wanita berbeda usia itu pun gantian berdebat, tidak ada yang mau mengalah karena masing-masing punya tujuan. Shindy jelas punya tujuan untuk memperbaiki rumah tangganya dan memulai dari nol. Sementara Reta yakin jika Arkan telah merusak masa depan anaknya.
Namun, Shindy akhirnya kembali ke ruang ICU, menunggu suaminya. Selain mendoakan agar sang suami lekas sadar, Shindy tidak pernah lelah mengajaknya bicara.
Tit tiit tiiiiittttt...
"Arkaaannn..."
Shindy berteriak lalu berdiri ketika menatap monitor bergaris lurus. Dengan cepat ia menekan tombol memanggil dokter.
...~Bersambung~...
laah dia nekaad, kenapa nda di kasih KOid ajaa siiih