Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

1. Kampung Halaman Mbun

Netra gadis ayu itu menyapu pandang ke jalanan berkelok yang ia lewati. Hamparan tanaman padi dan sayur - sayuran yang berbaris rapi, sungguh memanjakan mata.

Rasa penat yang hinggap pun perlahan sirna bersama angin lembut yang menerpa wajah ayunya.

Aliran sungai jernih dengan batu - batu besar yang berkilauan di timpa sinar matahari pagi juga tak ketinggalan menyapa netra.

Gadis itu tersenyum manakala melihat capung yang nampak riuh beterbangan kesana kemari.

Perlahan, mobil angkutan umum yang ia tumpangi menepi di sebuah gapura besar yang ada di tepi jalan raya. Ya, gapura itu adalah gapura pintu masuk menuju ke desa tempat ibunya di lahirkan.

Laras bersama beberapa penumpang lain segera turun dari mobil angkutan umum yang membawa mereka.

Mobil itu kembali berjalan setelah si kernet menurunkan koper besar milik Laras yang di letakkan di atas mobil.

"Mbak Laras......!!!" Suara yang sedikit asing, namun ia kenali menyapa telinga.

Laras segera menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pria remaja melambaikan tangan ke arahnya. Ia tersenyum sumeringah, menyambut sepupunya yang baru saja tiba.

"Loh, kamu sendirian, Man?" Tanya Laras.

"Hehe iya, mbak. Jam segini, orang - orang masih pada sibuk di pabrik, mbak." Jawab Hilman.

"Terus gimana?" Tanya Laras memandangi koper besar dan kardus yang ia bawa.

"Mbak ndak bilang, kalo bawa kopernya sebesar harapan gini." Hilman menggaruk - garuk kepalanya.

"Ya namanya mau pindah, kalau bawa baju sedikit, main dong namanya!" Kekeh Laras.

"Mbak, coba telfon Uti. Minta tolong suruh lek Pur nyusulin. Aku ndak bawa hape." Pinta Hilman.

Laras segera merogoh tote bag yang menggantung di pundaknya. Ia meraih hapenya.

"Yaah, mati, Man. Lowbat nih!" Sesal Laras.

"Aduh piye yo, mbak ? (Aduh gimana ya, Mbak?). Mbak Laras kuat ndak, mangku kopernya?" Tanya Hilman.

"Eh ediaan, abot tenan! (Eh, gila, berat banget!)" Keluh Hilman yang membuat Laras tertawa.

"E..ee.. Itu! Mas! Mas Dimas!" Seru Hilman sambil bertepuk tangan saat melihat tetangganya melintas.

Pengemudi itu menghentikan kendaraannya, kala mendengar ada yang memanggil. Ia menghentikan motornya dan menoleh ke sumber suara.

Dimas segera menghampiri saat mengenali pria yang baru saja memanggilnya dengan lambaian tangan.

"Wah, kebetulan ada mas Dimas!" Hilman sumeringah melihat pria yang bernama Dimas itu menghampirinya.

"Ngopo, Man? (Kenapa, Man?)." Tanya si pengemudi yang membuka kaca helm full facenya.

"Mas arep mulih, to? (Mas mau pulang, kan?)." Tanya Hilman.

"Iyo."

"Iki lho, mas. Mbak ku agi tas teko, ndak weruh nak gawananne uokeh mbanget, jathukno mau aku ngejak lik Pur. Gek aku yo ra nggowo hape e. Arep njaluk tulung iki. (Ini lho, mas. Mbak ku baru saja datang, gak tau kalau bawannya banyak banget. Tau gitu tadi aku ngajak lik Pur. Mana aku ya gak bawa hape. Mau minta tolong ini.)" Cerita Hilman.

"Ayo tak ewangi. (Ayo aku bantu)." Kata Dimas yang mengerti maksud Hilman.

"Tenane iki, mas? Walah matur suwun, mas. (Bener ini, Mas? Walah, terima kasih, Mas.)" Sahut Hilman senang.

"Mbak naik motor sama mas Dimas saja. Barang - barangnya biar tak bawa. Tapi tolong bantu aku ngangkat koper ini ke motor, hehehe." Kata Hilman.

"Ee, iya, Man." Kata Laras yang nampak bingung.

Ia sendiri sungkan karena harus menebeng pada orang lain. Bukan tak mengenal sama sekali, mereka pernah bertemu satu kali saat Laras dan keluarganya berkunjung pada momen idul fitri.

Keluarga Laras sangat jarang berkunjung ke kampung halaman ibunya karena jaraknya yang jauh dan tentunya membutuhkan banyak biaya.

Ayah laras adalah seorang ASN sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, sehingga perekonomian mereka bisa di bilang pas - pasan saja. Terlebih, mereka tinggal di kota dengan empat orang anggota keluarga.

Saat Laras hendak membantu Hilman, tanpa ba bi bu, tiba - tiba Dimas mengambil alih koper itu dan meletakkannya di bagian belakang.

Hilman pun kemudian naik ke atas motornya, sementara Dimas masih setia memegangi koper Laras agar tidak jatuh.

"Kotaknya biar aku saja yang bawa, Man." Kata Laras.

"Ndak usah, mbak. Bisa kok aku bawanya, lagian ndak berat juga." Hilman mengambil kotak kardus yang di pegang oleh Laras.

"Gak naik?" Dimas melihat ke arah Laras.

"Eeh, iya." Jawab Laras.

Namun, ia kembali kebingungan saat akan menaiki motor besar itu.

"Astaga, tinggi juga motornya. Gak mungkin mau langsung melangkah!" Batin Laras.

"Susah?" Suara Dimas membuatnya terkejut.

Pria itu mengulurkan tangannya tanpa berucap apa - apa lagi. Hilman yang melihat kecanggungan dua orang di depannya, hanya bisa terkekeh geli.

"Maaf ya, Mas." Kata Laras kemudian memegang tangan Dimas dan naik ke boncengan.

"Aku jalan duluan ya, mas." Pamit Hilman yang di jawab anggukan oleh Dimas.

Dimas pun mengikuti motor yang di kendarai Hilman. Ia terus berada di belakang Hilman untuk memastikan kalau koper yang di bawa Hilman tidak jatuh karena tidak di ikat.

Sepanjang perjalanan, Dimas dan Laras hanya terdiam. Tak ada percakapan atau sekedar basa basi di antara mereka berdua.

Sepuluh menit menempuh perjalanan, mereka akhirnya sampai di halaman rumah nenek Laras.

Laras pun segera turun dari boncengan. Ia memegang bahu Dimas untuk memudahkannya turun.

"Maaf, mas." Lirihnya sebelum memegang bahu pria itu. Namun, Dimas diam saja, tak merespon.

"Ni manusia apa patung sih?." Gerutu Laras.

"Kamu gak bilang to, nduk, kalau bawa koper besar. Duhalah jadi ngerepoti Dimas." Kata nenek Laras yang biasa ia panggil Uti.

Wanita tua itu tergopoh - gopoh keluar dari rumah saat melihat cucunya baru turun dari motor.

Dimas pun turun dari motor dan melepas helmnya. Ia lalu menyalami wanita tua, tetangganya itu.

"Mboten nopo - nopo, ti. (Gak apa - apa, ti). Kebetulan lewat mau pulang." Jawab Dimas dengan sopan dan halus.

"Suwun yo, le. Amit, iki Uti ngerepoti terus. (Terimakasih ya, nak. Maaf ini Uti merepotkan terus.)." Kata Uti.

"Njih, mboten nopo - nopo, ti, ampun sungkan ngoten niku. Kulo wangsul riyin njih, ti. (Iya, gak apa - apa, ti, jangan sungkan seperti itu. Saya pulang dulu ya, ti)." Pamit Dimas.

"Ora melebu ndisik, le. Ngopi opo ngeteh sek. (Gak masuk dulu, le. minum kopi atau minum teh dulu.)" Tawar Uti.

"Mboten usah, ti. Matur suwun, kulo wangsul njih, ti. (Tidak usah, ti. Terima kasih, saya pulang ya, ti)." Tolak Dimas.

"njih, njih, matur suwun, le." Kata Uti.

Ia kemudian melirik dan menyenggol - nyenggol tangan cucunya. Laras yang menoleh karena di senggol Utinya pun mengerutkan kening saat wanita tua itu memberikan kode.

Laras membulatkan bibirnya, saat mengerti maksud dari Utinya itu.

"M-makasih ya, mas." Kata Laras yang hanya di jawab anggukan oleh pria yang sudah berada di atas motornya.

"Assalamualaikum." Kata Dimas sebelum melajukan motornya.

"Waalaikumsalam." Jawab Uti dan Laras serempak.

"Aduh ya Allah, putu (cucu) Uti. Kangen banget, wes sui mbanget ora merene. (Sudah lama sekali gak kesini.)" Uti memeluk Laras dengan erat. Melepaskan rasa rindu pada cucu perempuan satu - satunya yang ia miliki.

Dari empat orang anak dan sembilan orang cucu, hanya Laras lah satu - satunya cucu perempuan. Sama seperti ibu Laras yang menjadi satu - satunya putri Uti dan mendiang Kakungnya.

"Laras juga kangen banget sama Uti. Maaf ya, ti, karena sudah lama tidak mengunjungi Uti." Lirih Laras.

"Iyo, wes ora popo. Uti yo paham, sing penting kowe, ayah, mbun karo adimu waras. (Iya, sudah tidak apa - apa. Uti mengerti, yang penting kamu, ayah, mbun sama adikmu sehat.)" Jawab Uti.

"Lho, mas Dimas mpun wangsul to, ti? (Lho, mas Dimas sudah pulang to, ti?)." Tanya Hilman yang baru muncul.

"Iyo, kuwi. Di kon melebu ra gelem kok. (Iya itu. Di suruh masuk gak mau kok)." Jawab Uti.

"Lha Uti sama mbak Laras gak mau masuk? Tak tutupe iki lawange nak ora gelem melebu. (Aku tutup ini pintunya kalau gak mau masuk)." Goda Hilman.

"Oo bocah kok ra nggenah! Utine malah di kon neng njobo ki piye to! (Oo bocah kok gak jelas! Utinya malah di suruh di luar ni, gimana to!)" Omel Uti sambil berjalan masuk bersama Laras.

Terpopuler

Comments

Chelsea Aulia

Chelsea Aulia

karya baru kk author,,, tpi yg Pak Sekdes nya jangan lupa di up juga ya kk

2025-05-17

3

Titik Sofiah

Titik Sofiah

awal yg menarik ya Thor
moga cerita.a seasik mas Abi dan MBK Runi ya

2025-05-17

3

Anonymous

Anonymous

bahasanya hk ish pake bahasa jawa dong cape bacanya

2025-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kampung Halaman Mbun
2 2. Tuntutan Menikah
3 3. Kerupuk Kulit
4 4. Senyuman
5 5. Hari Apes
6 6. Laptop Rusak
7 7. Lain Dari Yang Lain
8 8. Kencan Terselubung
9 9. Baper berkelanjutan
10 10. Di Bawah Payung
11 11. Saling Bertemu
12 12. Gelisah
13 13. Kebingungan
14 14. Keluarga Pondok
15 15. Ta'aruf
16 16. Aku, Kamu dan Dia
17 17. Aku Pilih Dia
18 18. Kabar Gembira
19 19. Terlupakan
20 20. Bahan Gosip
21 21. Sinyal Five G
22 22. Gosip yang Meluas
23 23. Jangan Gengsi
24 24. Taman Bunga
25 25. Si Paling Perhatian
26 26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27 27. Hari Pertama Bekerja
28 28. Di Tinggal Uti
29 29. Kecelakaan
30 30. Tak Ada yang Gratis
31 31. Curahan Hati
32 32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33 33. Ditemukan Predator
34 34. Penyelamatan
35 35. Kantor Polisi
36 36. Teman Tapi Gelut
37 37. Kue Hari Raya
38 38. Ilmu Bakar Ikan
39 39. Nasib Anak Tunggal
40 40. Balada Menyambut Idul Fitri
41 41. Perpisahan
42 42. Kenangan
43 43. Makin Kangen
44 44. Menemui Kekasih
45 45. Akhirnya Bertemu
46 46. Dimas dan Keluarga Laras
47 47. Amukan Si Gadis Kecil
48 48. Momen Romantis
49 49. Nyolong
50 50. Menjenguk Bulik Lani
51 51. Cincin Lamaran
52 52. Kangen Masmas
53 53. Melepas Rindu
54 54. Gagal Refreshing
55 55. Si Penantang yang Kalah Telak
56 56. Menjemput Keluarga Laras
57 57. Proses Lamaran
58 58. Lamaran Part2
59 59. Kepulangan Keluarga Laras
60 60. Balada Mengantar Pengantin
61 61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62 62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63 63. Harus Rawat Inap
64 64. Sulit Makan
65 65. Bosan Di Rumah
66 66. Pertemuan Tak Disangka
67 67. Perasaan Damai
68 68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69 69. Kondisi Kritis
70 70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71 71. Pemakaman
72 72. Lanjut atau Tunda?
73 73. Deep Talk
74 74. Menjelang Akad
75 75. Akad Nikah Sederhana
76 76. Modus Malam Minggu
77 77. Unboxing
78 78. Kepulangan Pengantin Baru
79 79. Kehangatan Keluarga
80 80. Sikap Aneh
81 81. Penyebab Masalah
82 82. Permintaan Maaf
83 83. Cita - Cita Aneh
84 84. Suara Merdu
85 85. Resepsi pernikahan
86 86. Api Peperangan
87 87. Kesabaran
88 88. Harmonis
89 89. Berita Baik dari Iqbal
90 90. Gundik
91 91. Kehamilan
92 92. Panggilan
93 93. Ngidam
94 94. Di Tinggal ke Luar Kota
95 95. Teler Berat
96 96. Balas Dendam
97 97. Tak Ramah Jomblo
98 98. Musibah
99 99. Hujan dan Pelangi
100 100. Dua Bidadari
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kampung Halaman Mbun
2
2. Tuntutan Menikah
3
3. Kerupuk Kulit
4
4. Senyuman
5
5. Hari Apes
6
6. Laptop Rusak
7
7. Lain Dari Yang Lain
8
8. Kencan Terselubung
9
9. Baper berkelanjutan
10
10. Di Bawah Payung
11
11. Saling Bertemu
12
12. Gelisah
13
13. Kebingungan
14
14. Keluarga Pondok
15
15. Ta'aruf
16
16. Aku, Kamu dan Dia
17
17. Aku Pilih Dia
18
18. Kabar Gembira
19
19. Terlupakan
20
20. Bahan Gosip
21
21. Sinyal Five G
22
22. Gosip yang Meluas
23
23. Jangan Gengsi
24
24. Taman Bunga
25
25. Si Paling Perhatian
26
26. Nikmatnya Pacaran dengan Tetangga
27
27. Hari Pertama Bekerja
28
28. Di Tinggal Uti
29
29. Kecelakaan
30
30. Tak Ada yang Gratis
31
31. Curahan Hati
32
32. Kepercayaan yang Hampir Retak
33
33. Ditemukan Predator
34
34. Penyelamatan
35
35. Kantor Polisi
36
36. Teman Tapi Gelut
37
37. Kue Hari Raya
38
38. Ilmu Bakar Ikan
39
39. Nasib Anak Tunggal
40
40. Balada Menyambut Idul Fitri
41
41. Perpisahan
42
42. Kenangan
43
43. Makin Kangen
44
44. Menemui Kekasih
45
45. Akhirnya Bertemu
46
46. Dimas dan Keluarga Laras
47
47. Amukan Si Gadis Kecil
48
48. Momen Romantis
49
49. Nyolong
50
50. Menjenguk Bulik Lani
51
51. Cincin Lamaran
52
52. Kangen Masmas
53
53. Melepas Rindu
54
54. Gagal Refreshing
55
55. Si Penantang yang Kalah Telak
56
56. Menjemput Keluarga Laras
57
57. Proses Lamaran
58
58. Lamaran Part2
59
59. Kepulangan Keluarga Laras
60
60. Balada Mengantar Pengantin
61
61. Mas Usahakan Kebahagiaanmu
62
62. Pertama Kali Melihat Dimas Sakit
63
63. Harus Rawat Inap
64
64. Sulit Makan
65
65. Bosan Di Rumah
66
66. Pertemuan Tak Disangka
67
67. Perasaan Damai
68
68. Tiba - Tiba Foto Prewedding
69
69. Kondisi Kritis
70
70. Bahagia dan Duka yang Beriringan
71
71. Pemakaman
72
72. Lanjut atau Tunda?
73
73. Deep Talk
74
74. Menjelang Akad
75
75. Akad Nikah Sederhana
76
76. Modus Malam Minggu
77
77. Unboxing
78
78. Kepulangan Pengantin Baru
79
79. Kehangatan Keluarga
80
80. Sikap Aneh
81
81. Penyebab Masalah
82
82. Permintaan Maaf
83
83. Cita - Cita Aneh
84
84. Suara Merdu
85
85. Resepsi pernikahan
86
86. Api Peperangan
87
87. Kesabaran
88
88. Harmonis
89
89. Berita Baik dari Iqbal
90
90. Gundik
91
91. Kehamilan
92
92. Panggilan
93
93. Ngidam
94
94. Di Tinggal ke Luar Kota
95
95. Teler Berat
96
96. Balas Dendam
97
97. Tak Ramah Jomblo
98
98. Musibah
99
99. Hujan dan Pelangi
100
100. Dua Bidadari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!