Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 – Panggung Para Bangsawan
Langit pagi menyinari halaman utama Akademi Sihir Astra. Tenda-tenda megah berwarna emas dan biru dibentangkan, musik sihir lembut mengalun dari alat tiup roh, dan seluruh siswa terbaik berdiri berjejer, mengenakan seragam sihir mereka yang mengilap.
Acara pembukaan Semester Musim Gugur dimulai.
Kursi-kursi kehormatan telah terisi.
—Kepala Akademi, para bangsawan tinggi, petinggi militer sihir, dan bahkan... Putra Mahkota Kekaisaran Midrath.
> “Pertunjukan hari ini akan menunjukkan kekuatan generasi penerus kita,” ucap Rektor Gaius, sambil mengangkat tongkat kristalnya. “Dan mungkin... mengungkap kejutan tak terduga.”
💫 Tawa dan Cemoohan
Yoyo Party berdiri gugup di balik panggung. Mereka mengenakan pakaian pelatihan sederhana, kontras dengan para peserta lain yang penuh ornamen sihir mahal.
> “Itu... murid tamu?”
> “Mereka bukan dari keluarga bangsawan, kenapa diundang?”
> “Lihat yang rambut merah itu. Tombaknya bahkan bukan senjata sihir!”
Tawa merendahkan bergema.
Lyra menunduk. Sera mencibir, berbisik, “Nanti juga mulut mereka tertutup.”
Rey gemetar. “Mereka semua... terlalu kuat...”
Namun Xiao Chen hanya berdiri di samping, bersandar santai, tangan disilangkan, mata menatap langit.
🎤 Pengumuman Panggung
> “Selanjutnya, duel perkenalan dari para siswa tamu: tim yang katanya... ‘unik’. Yoyo Party!”
Penonton mendengus. “Membuang waktu.”
Lyra maju ke tengah panggung, tombaknya digenggam erat.
Lawan mereka: tiga murid peringkat atas dari kelas elit bangsawan. Masing-masing memiliki lambang keluarga besar.
> “Lepaskan saja kami cepat,” kata lawan mereka. “Kami tak ingin melukai rakyat jelata.”
> “Kami juga,” jawab Lyra.
Lalu... dia bergerak.
⚔️ Hancurnya Panggung
Tombak Lyra menghantam tanah—tapi tidak menghancurkan batu panggung.
Melainkan... menghancurkan formasi sihir yang melindungi seluruh arena.
Petir api merah menyebar seperti jaring, dan dalam satu kedipan... ketiga lawan elitnya terpental, baju mereka terbakar, mata mereka terbelalak tak percaya.
> “I-itu bukan sihir…”
> “Apa itu… tenaga dalam!?”
Penonton terdiam.
Lalu Rey muncul. Dalam satu langkah, tubuhnya sudah ada di belakang lawannya, angin menderu dari gerakannya.
Sera, yang terakhir, hanya menahan pukulan lawannya dengan satu tangan... dan membuat sihir lawannya terpental balik.
Tiga elit... kalah telak.
🧠 Di Kursi Kehormatan
Putra Mahkota Kekaisaran, Caelus Midrath, menatap tajam.
> “Gaius... siapa mereka?”
Rektor Gaius tersenyum kecil.
> “Siswa tamu.”
> “Jangan main-main.”
Seorang penyihir dari keluarga pahlawan Helmont menggertakkan gigi.
> “Itu bukan sihir... itu sesuatu yang lebih purba…”
🔍 Di Balik Panggung
Xiao Chen berdiri, tak menunjukkan ekspresi apapun.
Tapi saat Putra Mahkota menatapnya dari kejauhan—Xiao Chen balas menatap.
Dan seketika itu juga, tatapan Caelus membeku.
Dalam satu kedipan, ia melihat langit terbelah, dunia runtuh, dan dewa berdiri sendirian di atas reruntuhan.
> “T-tidak... mustahil...”
Putra Mahkota langsung berdiri, wajahnya pucat.
> “Rektor Gaius... panggil seluruh kepala akademi. Segera.”
🕸️ Sisi Elvira – Sekutu Pertama
Di reruntuhan kastil Elvarion, Elvira duduk di singgasana lama. Di sekelilingnya, ras minor mulai datang satu per satu: para beastfolk, dwarf, elf hutan, bahkan orc suci.
> “Ratu Elvira,” ujar Penjaga Roh Hutan, “mereka semua datang... karena satu pesan.”
> “Pesan apa?” tanya Elvira, matanya tajam.
> “Dewa dari Langit... telah turun. Dan dunia ini... akan terbakar kembali.”
Sementara dunia mulai bergetar, Xiao Chen hanya berdiri di tepi balkon akademi, memandangi matahari terbenam.
> “Panggung... sudah dibuka.”
> “Tinggal menunggu... siapa yang berani naik.”
Teman teman jangan lupa dukung author yah makasih😇