Arunika Senja Jingga Manggala gadis berusia tujuh belas tahun, putri ke dua dari Anres Manggala dan Alice Renata. Menghilangnya Nayanika Xabiru Manggala sang kakak membuatnya harus kembali ke Indonesia dan melanjutkan sekolah di Indonesia.
Nafes Galaxy Orion remaja pria berusia tujuh belas tahun, putra ke dua dari Orion Attrikck dan Nasya Raiden. Seorang most wanted di sekolahnya.
Kecerobohan yang di sebabkan Hasta Langit Orion yang tidak lain adalah kakak Galaxy saat berkendara, menyebabkan mobil keluarga Senja terlibat kecelakaan dengannya.
Langit bersedia bertanggung jawab dengan gadis tersebut atas cidera yang di alami.
Namun Anres justru menolak, dan meminta Galaxy adik dari langit untuk menjaga Senja dan menikah dengan Senja. Dan apa alasan Anres menolak Langit yang jelas-jelas adalah penyebab Senja cidera serius?
Lalu apakah galaxy menerima permintan Anres?
Lalu bagaiamana reaksi Senja dengan semua yang terjadi padanya setelah siuman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senja Jingga
Senja tengah menyiapkan segala keperluannya untuk sekolah barunya besok, karena mulai besok Senja akan bersekolah di salah satu SMA internasional di Jakarta. Sebelumnya Senja menempuh pendidikan di Nanyang Junior College, Singapura.
Satu minggu lalu Senja baru saja tiba di Jakarta sendirian, kedua orang tuanya baru akan ke Indonesia setelah menyelesaikan semua urusannya di Singapura.
Alice sang mama membekali senja dengan pemahaman dan pendidikan yang luar biasa, di usianya yang tujuh belas tahun Senja bersama Xabiru kakaknya sudah memiliki bisnis. Bisnis mereka di jalankan di Indonesia yang biasa di urus Xabiru, namun sejak tiga tahun yang lalu kakaknya tiba-tiba menghilang.
Kedua orang tuanya dan bahkan keluarganya sampai saat ini belum bisa menemukan di mana Xabiru berada, karena itulah mereka kembali akan menetap di Indonesia agar lebih fokus mencari keberadaan Xabiru.
Tok
Tok
“Non Jingga?”
“Iya bi. Ada apa?” Senja membuka pintu kamarnya.
“Makan dulu, non. Bibi sudah masak sayur kesukaan non Jingga,” ucap wanita paruh baya tersebut.
“Cuzz bibi cayang,” ucapnya sambil menggoda asisten rumah tangga tersebut.
Bi Nah hanya bisa menggeleng melihat kelakuan nona keduanya tersebut, meskipun lebih sering tinggal di Singapura tapi tidak lupa kalau dia adalah orang Indonesia. Meskipun dalam darahnya mengalir darah campuran Indo-China-Jerman, sikap dan sifatnya seperti remaja Indonesia pada umumnya.
Di rumah dia lebih suka di panggil Jingga, kenapa? Tentu karena dia punya alasan tersendiri.
Senja langsung menuju meja makan, bi Nah sudah menyiapkan beberapa menu. Saat ini Senja tinggal di temani dua asisten rumah tangga keluarganya, satu supir pribadi dan juga satu tukang kebun.
“Bi Nah, mb Susi ayo makan. Temani aku,” pinta Senja.
“Non Jingga duluan saja. Nanti bibi dan Susi makan di belakang,” ucap bi Nah.
Senja kemudian bangkit dari tempat duduknya, dia menarik bi Nah dan Susi untuk ikut duduk di meja makan bersamanya. “Mommy bilang kan tidak apa-apa. Jadi bi nah sama mba Susi harus temenin aku makan,” titahnya pada kedua asisten rumah tangga tersebut.
Mereka berdua hanya bisa menuruti, Alice memang mengajarkan kedua putrinya untuk tidak membeda-bedakan siapapun.
Kadang bi Nah dan Susi merasa heran dengan putri ke dua majikannya tersebut, Senja terlahir dengan sendok emas. Tapi dia tetap sederhana, bahkan makanan kesukaannya adalah sayur bening dengan tempe goreng dan sambal khas Indonesia.
“Pelan-pelan non. Tidak ada yang mau rebut makanan non Jingga,” ucap Susi sambil terkekeh melihat Senja seperti terburu-buru makan.
“Mbak Susi kan tahu aku jarang makan sayur bening kalau di sana. Rasanya kayak dapat hadiah pas makan ini,” ucapnya.
“Apalagi sayur bening bi Nah the best pokoknya. Tempe gorengnya sama sambalnya mantul,” lanjut Senja.
“Ah non bisa saja,” tutur bi Nah.
“Kalau anak sultan lain mungkin mintanya pizza, spageti atau apa kek. Ini non Jingga yang aneh apa bagaimana? Mintanya sayur bening yang ada bayamnya sama tempe goreng anget,” ujar Susi sambil geleng-geleng.
“Ya mau gimana mbak. Habis aku lahirnya dari mommy Alice yang sukanya jajan batagor sama siomay Bandung, belum lagi telur gulung. Kalau kata aunty Kia, aku kemasan saset mommy yang punya gen 80% kecerdasan daddy.” Jingga menyendok nasi dengan sayur bening dan tempe kedalam mulutnya.
Mereka bertiga kemudian terkekeh mendengar ucapan Senja. “Bi Nah sama mbak Susi ayo dong makan. Jangan cuma liatin aku,”
“Iya-iya non Jingga,” bi Nah dan Susi ikut mengambil nasi dan sayur juga lauk pauk yang sudah mereka siapkan di meja makan.
Mereka menikmati makan siang sambil sesekali bercanda, yang tidak pernah Senja lakukan kalau di sana ada Alice maupun Anres. Karena kedua orang tuanya memberlakukan sikap makan dengan tenang saat di meja makan, yang terdengar hanya suara dentingan sendok yang menyentuh piring.
“Jadi kangen kak Biru,” ucap Senja.
“Non Biru pasti baik-baik saja. Mbak yakin pasti suatu saat dia kembali pada kita semua,” ujar Susi.
“Aamiin,” ucap Senja dan bi Nah bersamaan.
Mereka kemudian melanjutkan makan siangnya hingga habis. “Alhamdulillah aku kenyang. Terimakasih bi Nah mbak susi,” ucapnya pada kedua asisten rumah tangga tersebut.
“Sama-sama non,”
Senja kembali ke kamarnya, dia memastikan kembali semua sudah masuk kedalam tasnya. Senja juga melihat seragam barunya yang sudah siap untuk dia pakai besok. “Semoga besok berjalan dengan baik,” dia bermonolog dengan dirinya sendiri.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Senja mengambil ponselnya karena dari tadi berbunyi dan bergetar, dia kemudian mengangkat vidio call dari Alice.
“Assalamualaikum mommy,”
“Wa’alaikumussalam sayangnya mommy. Sudah makan nak?” tanya Alice pada putri bungsunya.
“Baru selesai mom. Sayur bening sama tempe goreng bi Nah memang the best mom, tapi masih the best lagi masakan mommy. Daddy mana mom?”
“Daddy masih meeting sayang. Jingga sudah siapkan keperluan untuk sekolah besok?”
“Sudah rebes mom,”
“Maafin mommy sama dad ya sayang! Mommy sama daddy tidak bisa mengantarmu,”
“No … no mom, Jingga tahu daddy masih sibuk mengurus kepindahan.”
“Ya sudah. Jangan begadang, kesekolah jangan sendiri. Kamu harus diantar jemput pak Supri,”
“Rebes mom. Jingga kangen mommy sama daddy,”
“Daddy lebih kangen Jingga tuh,” Anres tiba-tiba muncul di belakang Alice.
“Iya-iya daddy yang paling kangen,” ucap Senja.
Mereka kemudian mengakhiri vidio call, Senja menaruh ponselnya di nakas. Dia kemudian menyalakan TV, melihat kartun kesukaannya.
***
Di Singapura Alice tengah menemani Anres meeting dengan klien, dia sengaja menyempatkan waktu untuk melakukan vidio call dengan putrinya yang sudah lebih dulu ke Indonesia sejak satu minggu yang lalu.
Anres memeluk istrinya, mengusap lembut lengan Alice. “Dia pasti baik-baik saja, sayang. Kamu tahu Jingga seperti apa,” ucapnya menenangkan Alice yang sedang khawatir pada Senja.
“Aku tahu hubby. Tapi tetap saja khawatir, besok adalah hari pertamanya pindah ke sekolah baru.”
“Kita doakan saja semua lancar untuk Jingga besok, sayang. Lagi pula anak-anak Kia juga sekolah di sana, sabar sebentar lagi. Kita akan menemani Jingga setiap hari di sana,” Anres membawa Alice ke dalam pelukannya.
Anres memang memutuskan untuk menetap di Indonesia, setelah tiga tahun mencari putri sulungnya yang menghilang karena suatu hal. Anres yakin putrinya ada di Indonesia, jadi akan lebih mudah mencari Xabiru jika mereka tinggal di Indonesia kembali.
Dia berharap kabar mereka akan kembali tinggal di Indonesia bisa sampai pada Xabiru, dengan begitu akan lebih mudah untuk menemukan Xabiru. Membawanya kembali bersama mereka, mereka selalu menanti Xabiru pulang.
Anres maupun Alice tidak marah dengan yang terjadi pada Xabiru, mereka menerima apapun yang terjadi dengan putrinya. Namun Xabiru yang merasa bersalah pada kedua orang tuanya, justru memilih pergi menghilang tanpa kabar.
up lagi kak
orang yang sama
jangan dibuat pak arnez dan istri meninggal thor..masih terlalu awal
berasa jd anak sma lg