Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1 Pengakuan Cinta
Follow ig naendia9
Untuk tau visual dan update buku yang lainnya. Happy reading!!
Di pagi hari yang masih pukul setengah tuju. Banyak para siswa - siswi berada di halaman sekolah Bintang.
Karina, baru saja turun dari mobil nya dan melihat keramaian itu.
Ya, nama ku Karina, lebih tepat nya Karina Zanetta. Aku anak dari keluarga yang cukup terpandang di Kota Jogja.
Karina yang baru saja tiba di sekolahan dan melihat keramaian itu bingung ada apa sebenernya.
"Eh, tunggu." Karina langsung menarik salah satu siswa yang beda kelas dengan nya.
"Itu ada apa?" tanya Karina pelan.
"Gue juga gak tau ada apaan. Makanya gue langsung lari mau mastiin. Sorry yah! Gue duluan." Lelaki itu langsung melepas tangan Karina dari lengan baju nya.
Karina hanya menghela nafas nya begitu saja, lalu ia pun melanjutkan langkah nya untuk masuk kedalam kelas. Ia tak memerdulikan ada keramaian apa yang ada di halaman sekolahnya.
Hingga..
"Karina!!"
Suara itu seperti tak asing untuk Karina. Mendengar nama nya di panggil Karina yang sudah ada di koridor sekolah ingin langsung naik ke lantai tiga itu pun terpaksa harus menghentikan langkahnya.
Pasalnya kelasnya berada di lantai dua, tapi karena nama nya di panggil. Karina lantas menoleh ke arah sumber suara yang ada di halaman sekolah.
Sementara lelaki yang memanggil nya tadi langsung menghampiri dirinya..
Berjalan dan tersenyum ke arah Karina. Sementara Karina hanya terdiam, pandangan nya malah tertuju ke lelaki yang berdiri di salah satu lapangan sekolah.
Sementara yang memanggil nya tadi sudah berdiri di hadapan Karina.
"So- sorry. Gue nganggu waktu elo yah?" Lelaki itu sembari mengaruk tengkuk nya. Ia merasa malu dan canggung terlihat jelas dari ekspresi nya.
"Elo mau ngapain?" ujar Karina, tapi pandangan Karina masih tertuju ke lelaki yang berdiri di lapangan.
"Jadilah pacar gue Karina!"
Karina yang mendengar nya langsung membelalakkan matanya.
Ia juga masih berdiri di dekat gerbang yang menuju ke lantai atas.
Karina terkejut sampai ia menelan saliva nya sendiri, "Gimana? Elo mau kan jadi cewek gue?" ujar lelaki itu lagi.
Sementara siswa - siswi lain terkejut melihat kelakuan Davin dan langsung ramai.
Yap! Lelaki yang ada di depan Karina adalah Davino Abimanyu. Pemain band yang terkenal di sekolahannya.
Karina masih terdiam mematung, sementara anak yang lain pada ramai ribut dan bersorak sorai.
Tetapi, pandangan Karina masih tertuju pada lelaki yang masih berdiri di lapangan. Entah menatap nya atau bukan tetapi Karina mengartikan kalau lelaki itu sedang melihat ke arah dirinya dari kejahuan.
"Apa - apaan sih si Davin itu! Bukannya sama elo aja sih Jov!" Protes Zea.
Jovita masih terdiam dan menahan amarah nya melihat Davin seorang yang di cintai nya lebih memilih Kirana.
"Lagian lebih cantikan elo Jov! Si Davin itu buta apa gimana sih!" imbuh Alea.
Jovita langsung meninggalkan lokasi dengan kessal, sementara guru - guru lain yang sudah ada di ruangan guru itu langsung menghampiri anak siswa siswi nya di keramaian itu.
"Ada apa ini!" teriak Pak Ali selaku guru Fisika.
"Kenapa kalian gak masuk ke kelas!! Bubar kalian!!" teriak Pak Ali lagi.
Karina lantas bergegas masuk dan menaikki anak tangga untuk sampai ke lantai dua. Di susul dengan anak - anak yang lain.
Sementara Davin langsung masuk ke kelas yang ada di lantai dasar. Sekolah Bintang adalah sekolah dengan gedung bertingkat dan berbentuk letter L, yang mana setiap kelas ada di beberapa lantai.
Untuk kelas sepuluh berada di lantai tiga sedangkan untuk kelas sebelas ada di lantai dua. Namun, Karena berbentuk latter L ada kelas dua belas. Letak kelas nya berada di seberang kelas sebelas.
Sedangkan lelaki yang bernama Davino Abimanyu atau sering di sapa Davin tadi ada di lantai dasar. Lantai satu ia berada di kelas dua belas IPS.
Sedangkan Karina berada di kelas sebelas IPS dan lelaki yang sedari tadi memandangi Karina berada di kelas dua belas IPA, dan kelas nya berada di sebrang kelas Karina.
Jadi mau gak mau lelaki itu harus melewati depan kelas Karina. Sedangkan Karina yang udah di kelas langsung duduk di bangku depan nomer dua dekat pintu masuk kelasnya.
Karina pun langsung meletakkan tas nya dan duduk di bangku nya. Sementara teman - temannya yang lain pun menyusul masuk ke dalam kelas.
Karina duduk mematung memandangi meja nya yang masih kosong sebelum dia mengeluarkan buku - buku nya dari dalam tasnya.
Kejadian tadi pagi itu sangat membuat Karina terbayang - bayang dalam benak nya.
"Ck!" Hanya kata decikkan yang keluar dari mulut Karina.
Karina lantas mengeluarkan buku nya sesaat guru nya sudah ada di dalam kelas.
Namun, pandangan Karina pun tertuju pada pemandangan di luarran pintu masuk kelas nya itu.
Salah satu mengapa Karina ingin duduk di paling depan dan dekat pintu masuk adalah untuk melihat lelaki yang berdiri dan melihat nya di lapangan sekolah tadi.
Walaupun hanya sekilas dan berlalu begitu cepat sudah membuat hati Karina berbunga. Lelaki itu pun muncul di depan kelas Karina dan berjalan bersama dengan kedua temannya.
Karina hanya tersenyum sekilas, ia pun langsung tersadar sesaat temannya menutup pintu kelasnya karena pinta sang guru Matematika, yang bernama Ibu Retno.
Karina hanya menghela nafasnya dalam - dalam, dan tertunduk.
Ia pun memainkan bolpain yang di pakainya, "Karina!" teriak bu Retno.
Karina terperanjak kaget lalu melihat ke arah gurunya, "kamu kenapa gak memerhatikan saya yang sedang menerangkan!" bu Retno itu pun sudah berdiri di depan bangku Karina.
Sementara temen sebelahnya hanya terdiam sesaat Karina menatap nya begitu juga yang lain terdiam dan melihatnya.
"Coba, sampai mana saya jelasin tadi!" Bu Retno itu pun menatap tajam ke arah Karina.
Sementara teman sebangku nya memperlihatkan catatan yang di tulisnya tadi. Memperlihatkannya ke arah Karina secara diam - diam.
"Bilangan constan bu." Karina menjawab nya sembari tertunduk kembali.
"Kalau kamu melamun lagi keluar dari kelas saya!" tegas bu Retno.
Bu Retno kemudian kembali ke papan tulis menjelaskan pelajaran matematika.
Sementara temen sebangku nya bernama Anessa di sapa dengan Nessa ini, memberikan buku catatan yang lain.
Karina pun membaca tulisan Nessa, tertulis "Elo kenapa? Apa elo kepikiran soal Davin?"
Karina melihat ke arah Nessa lagi, dan hanya menggelengkan kepalanya saja.
Nessa lalu mengambil buku nya lagi dan di tulisnya lagi lalu di berikan ke Karina.
"Kalau elo masih belom bisa cerita ke gue, gak masalah kok. Gue bakalan nunggu elo buat cerita." Tulis nessa sembari memberikan emotikon tersenyum.
Karina hanya tersenyum tipis lalu mengembalikan buka nessa.
***
"Elo kenapa lakuin ini ke gue Davin?" ujar Jovita.
Jovita tiba - tiba saja sudah duduk di samping Davin. Davin juga terkejut saat Jovita duduk bersamanya di bangku yang sama bersama.
"Elo kenapa ada di sini." Davin langsung memberikan rasa gak suka nya kepada Jovita.
"Jawab pertanyaan gue vin. Apa elo suka mempermalukan gue di hadapan anak yang lain?" ujar Jovita lagi.
"Apaan maksud elo!" tandas Davin.
Davin hanya bisa duduk melihat ke arah papan tulis. Mereka berdua duduk di bagian belakang dan ujung. Berbeda sekali dengan Karina yang duduk di depan dan di dekat pintu masuk kelasnya.
"Orang tua kita kan udah jodohin kita, dan kita bakalan di nikahin kan! Setelah kita lulus." Jovita memberikan nada penekanan sembari setengah berbisik.
Karena kelas sedang berlangsung dan guru Geografi sedang menjelaskan. Davin hanya bisa terdiam.
"Elo tau! Perasaan gue hanya gue yang tau!" Davin langsung melempar bolpoin nya di atas meja sembari berdiri dan berjalan lalu berkata, "Saya ijin mau ke toilet."
Davin langsung berjalan keluar dan membuka pintu kelasnya. Namun, alih - alih mau ke toilet Davin malah pergi ke Kantin.
"Bisa - bisa nya dia bilang kaya gitu. Emang siapa dia!" Davin mengomel sembari berjalan ke arah Kantin.
Ia pun langsung memilih beberapa kantin yang buka di sekolahan nya.
"Kamu gak masuk kelas?" ujar sang Ibu kantin.
"Males buk!" tandas Davin.
Davin memang selalu memilih ibu kantin yang bernama Ibu Jum. Dari ke tiga kantin yang buka entah mengapa Davin lebih dekat dengan Ibu Jum ibu kantin di sekolahnya.
Bel sekolah pun sudah berbunyi menandakan pergantian pelajaran, begitu pula Davin yang sudah setengah jam berada di kantin sendiri.
Sementara itu di kelas Karina.
"Gue mau ke kantin, elo mau ikut ga?" ujar Karina di barengi diri nya yang berdiri dari bangku nya.
"Kita kan belom istirahat? Emang boleh?" Nessa memandangi Karina yang sudah berdiri yang akan bersiap keluar kelas.
"Gue laper. Tadi belom makan sih. Lagian udah jam delapan kan?" Karina sembari menunjuk jam yang ada di atas papan tulis.
Anessa pun ikutan melihat jam yang di tunjuk Karina, "iya juga sih! Gue ikutan deh!" Nessa pun antusias dan langsung ikutan berdiri, dengan segera Karina langsung merangkul nya, mereka berdua pun berjalan menuju kantin.
Namun, sebelum itu. Pandangan Karina menatap ke salah satu sosok yang sedang berdiri di balkon yang berada di depan kelas, bersama kedua temannya yang lain.
Karina yang sedang berjalan bersama Nessa itu secara gak langsung masih menatap sosok lelaki itu.
Nessa yang sedari tadi mengajak berbicara dengan Karina yang tanpa respon itu, ia penasaran dengan yang di tatap Karina.
Sontak Nessa langsung ikutan memandang ke arah di mana Karina menatap.
"Elo suka sama Binta?" ujar Nessa sembari menyenggol lengan Karina.
Karina tersadar saat Nessa menyebutkan nama Binta. "Apaan sih. Gak kok." Karina dengan cepat berjalan menuruni anak tangga dan langsung belok ke arah kantin.
"Kenapa elo jadi buru - buru jalannya sih! Tungguin gue rin!" teriak Nessa.
Nessa dengan susah payah mengejar langkah Karina yang berjakan sangat cepat.
Sementara sosok Binta menatap seseorang yang baru menuruni anak tangga.
Setelah sampai di kantin, terlihat ada Davin di sana. Karina hanya bisa terhenti dan mengerutkan keningnya.
Haaah!!
Lagi dan lagi Karina hanya bisa menghela nafasnya panjang.
"Gimana rin?" ujar Nessa.
Karina tetap saja berjalan ke kantin. Mau bangaimana lagi kantin yang ada di sekolahan nya hanya tiga tempat.
Sebenernya ada kantin di sekolah menengah pertama namanya SMP 1 Bintang.
Nama yang sama dengan nama sekolah Karina, namun untuk jalan ke sekolahan itu sangat lah jauh. Walaupun bersebelahan dengan sekolahannya tapi, tetap di rasa jauh bagi Karina.
Sekolah Karina sebenernya masih satu yayasan yang sama jadi nama sekolah nya selalu sama dengan sekolah SMP 1 Bintang. Bedanya hanya ia menengah pertama dan sekolahan Karina menengah atas. Bahkan sekolahnya pun bersebelahan dengan kampus juga.
Tapi, Karina sebenernya orang yang sangat mager untuk berjalan yang jauh. Jadi mau gak mau dia ke kantin sekolah nya saja.
"Karina, tunggu in gue napa sih." Keluh Nessa.
Namun, Karina lebih memilih Kantin pertama dari pada kantin ke dua di mana Davin ada di sana.
"Karina." Davin langsung berjalan menghampiri dirinya.
"Elo mau makan juga?" ujar Davin lagi.
"Udah! Gak usah peduliin gue. Elo makan aja yang udah elo pesen itu. Kasian tu makanan elo cuekkin." Karina masih saja memilih makanan yang akan di bawanya ke kelasnya.
"Buruan Ness! Elo mau beli makan apaan kita langsung ke kelas!" ujar Karina.
"Elo marah sama gue? Apa gue lakuin suatu kesalahan ke elo?" Davin melontar kan beberapa pertanyaan langsung ke Karina.
Namun, Karina langsung membayar makanannya dan pergi begitu juga. Tapi langkah nya terhenti saat tangan Karina di raihnya oleh Davin.
"Elo mau ngapain?" tanya Karina.
"Gue gak ada waktu buat ladenin elo. Lagian gak seharusnya elo begini ke gue!" Karina dengan kasar menarik tangannya dari genggaman Davin.
Dengan langkah cepat Karina langsung meninggal kan Davin dan menuju ke kelasnya lagi.
"Elo kenapa rin? Kenapa elo jadi jutek?" tanya Nessa penasaran.
"Lagian elo beneran mau masuk kelas? Kan bentar lagi kita istirahatkan? Toh guru lain juga udah masuk, kita gak mungkin kan bawa jajanan seambreng ini?" ujar Nessa lagi sambil memunjukkan jajanan yamg di belinya.
Sejenak Karina pun berfikir, "Bener juga kita cari tempat aja deh."
"Gue ada tempat yang pas ayok!" Dengan cepat Karina mengikuti langkah Nessa. Mereka berdua pun melewati depan kelas Binta. Namun, sayang nya pintu kelas itu tertutup. Karina hanya memandangi pintu kelas Binta.
Hingga akhirnya mereka berdua berada di pojok dekat ruangan Band.
"Kenapa di sini sih?" Keluh Karina.
Namun, Nessa langsung memilih duduk di anak tangga, "Elo tau kan jalanan ini jalan yang gak banyak orang akses. Lagian gak mungkin kan pada lewat di sini lantai bawah juga di tutup akses nya sama pintu gerbang juga, dan hampir gak pernah di buka juga kan, jadi mana ada yang kesini."
"Tapi kan-"
"Udah! Kita mojok aja disini, lagian Davin gak bakalan di ruangan band itu!" tegas Nessa sembari memakan gorengan yang di beli tadi.
Karina kemudian duduk mendekati Nessa di anak tangga sembari meletakkan jajanan nya yang di belinya.
"Elo suka sama Bintara?" Nessa langsung menebak isi hati Karina.
"Dia itu Bintara fernandez. Kalau elo gak tau nama nya. Dia anak pembina pramuka sama ketua osis. Dia di tunjuk langsung sama bu Indah. Guru Sosiologi kita. Dia yang punya wewenang buat nyuruh Binta jadi petugas pramuka itu. Kalau osis kan dia di pilih anak - anak," jelas Nessa lagi - lagi sambil memakan gorengan nya dan meminum es cekek yang di bawa.
"Iya gue tau. Gue kan sekolah di sini juga masa iya gue gak tau kabar itu." Karina pun memakan bungkusan yang berisi nasi goreng.
"Kali aja kan elo gak tau, secara elo kan terkenal jadi manusia ice cube!" kekeh Nessa.
"Apaan sih elo."
"Tapi, jawab pertanyaan gue. Elo suka kan sama Bintara alias si Binta - binta itu." Nessa memandang lekat ke arah Karina.
Karina yang sedang memakan nasi goreng nya langsung menghentikan aktifitas makan nya.
"Gak. Gue gak suka sama dia. Lagian dia anak populer juga di sekolahan kita. Banyak wanita yang suka sama dia. Gue gak pantas buat dia, banyak wanita cantik, yang ada tar mereka adu saingan sama gue." Karina tertunduk sambil mengaduk - aduk nasi goreng yang di bawanya dengan menggunakan sendok.
Nessa hanya mengangguk - angguk paham, "Kalau elo suka sama orang itu gak salah kok. Tanda nya elo normal. Tapi, untuk Davin gak seharusnya elo ketus sama dia. Tar elo jadian loh sama Davin."
"Gak."
Nessa hanya terkekeh mendengar jawaban singkat Karina, "Dia tadi begitu kayak nya gak enak sama elo soal kejadian tadi pagi."
"Biarin aja. Gue males sama dia." Karina pun memakan nasi gorengnya lagi.
"Elo berdua kenapa di sini?"
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉