Bersabarlah membaca awal kisah ini yang bikin darting, tapi percayalah akan ada pelangi setelah badai, serta akan indah pada waktunya. Eyaaaa.
Follow akun IG ku dulu ya @dindin_812, atau FB : Aililea. Makasih🥰
Farzan berusaha lepas dari sang istri—Grisel yang tak mau memiliki anak serta sering menuduhnya berselingkuh. Awalnya berusaha mempertahankan karena baginya pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu sakral.
Hingga Farzan bertemu dengan Sandra—janda cantik yang berumur lebih tua darinya. Kebaikan hati Sandra, membuat Farzan jatuh hati, hingga dirinya akhirnya memutuskan pernikahan dengan Grisel.
Lantas, apakah Farzan bisa lepas dari Grisel, serta mendapatkan wanita pujaan hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Seorang pria bernama Farzan Abrisam, pria blesteran Indonesia-Turki berumur tiga puluh dua tahun, tampak duduk di klub malam hanya untuk meringankan sedikit beban berat yang ditanggungnya. Ya, baru beberapa saat yang lalu bertengkar dengan istri yang dinikahinya sejak tujuh tahun yang lalu. Pertengkaran itu selalu terjadi hanya karena sang istri yang selalu curiga dan cemburu, bahkan menuduhnya dengan hal yang tak pernah dilakukan.
Pria itu memejamkan mata, kemudian tampak mengingat pertangkarannya dengan sang istri beberapa waktu lalu.
Farzan sudah terlihat berpakaian rapi, tampak ingin keluar rumah karena tahu Grisel—sang istri, sebentar lagi pulang. Farzan hanya ingin menghindari pertengkaran yang terus terjadi setiap bertemu dengan sang istri, sebab itulah memilih pergi saat Grisel pulang.
“Mau ke mana kamu?” tanya Grisel dengan sedikit nada ketus ketika melihat suaminya berpakaian rapi.
Grisel baru saja bertemu dengan mantan kekasih Farzan saat kuliah ketika akan membahas pekerjaan, hal itu membuatnya sangat kesal dan marah, belum lagi kini Farzan malah berpakaian rapi seolah ingin pergi bersenang-senang.
“Apa itu penting buatmu?” Farzan membalas tak kalah ketus.
Grisel yang sedang terbakar amarah karena pertemuannya dengan wanita yang selalu dituduh sebagai selingkuhan suaminya, kini semakin marah karena sikap Farzan.
“Aku ini istrimu, bagaimana bisa kamu berkata tidak penting, hah?” Grisel menarik lengan Farzan yang seolah sedang mengabaikan dirinya.
Farzan benar-benar tidak tahan dengan sikap Grizel, lantas menepis kasar tangan wanita yang sudah dinikahinya lebih dari tujuh tahun itu.
“Istri macam apa kamu? Mementingkan karier dan tidak pernah mau mendengar ucapan suami! Bahkan kamu menolak memberiku anak, dengan alasan takut tubuhmu rusak! Apa harta yang aku berikan kurang, sampai kamu bersikap seenakmu? Aku malu dengan keluargaku, mereka berpikir aku mandul, bukan kamu!” Farzan yang geram, bicara sambil menunjuk wajah Grisel.
Grisel yang memiliki sifat pemarah dan keras kepala, langsung menepis tangan Farzan yang menunjuk, sebelum akhirnya meledakkan amarah.
“Apa? Kamu mau bilang jika salah memilih pasangan! Wajar dong kalau aku memikirkan bentuk tubuhku karena aku ini seorang model! Bukankah sebelum menikah kamu sudah menerima semua yang aku ajukan, kenapa sekarang kembali mengungkitnya? Atau jangan-jangan kamu sebenarnya menyesal memilihku dan masih memikirkan si Joya itu!” Tanpa sadar Grisel menyebut nama Joya—mantan kekasih Farzan saat kuliah karena terlampau emosi.
Grisel adalah seorang model, selama ini menolak hamil hanya karena mementingkan karier, tapi anehnya setiap pertengkaran yang terjadi, Grisel selalu menyangkut-pautkan mantan kekasih Farzan ke dalam masalah mereka, sedangkan pria itu sendiri sudah tak pernah berkomunikasi dengan mantannya.
Farzan terperangah mendengar ucapan Grisel, tujuh tahun pernikahan mereka berjalan, tak sekali keduanya bertengkar dan berbaikan, tapi baru kali ini Grisel mengungkit nama Joya setelah sekian tahun berlalu.
“Siapa yang masih memikirkan? Atau sebenarnya kamu memang berharap aku masih memikirkannya, hah?” Farzan berkacak pinggang, hingga memalingkan wajah dengan senyum getir, bahkan membuang napas dengan kasar melalui mulut.
“Jika kamu memang berpikiran dan menuduhku seperti itu, akan aku jawab apa yang ada di pikiranku! Ya, aku menyesal memilihmu saat itu, aku menyesal meninggalkan Joya yang sangat baik. Jika bisa memutar waktu, aku akan memilih percaya dan memilih bersama Joya!”
Farzan pun sudah lelah menghadapi sikap Grisel, saat bertemu dengan keluarga besarnya, wanita itu selalu berpura lemah dan merasa tak berdaya, serta menyalahkan Farzan jika tidak bisa membuatnya hamil. Kini pria itu sudah terlampau geram, karena Grisel mengungkit masa lalu, serta masih bersikap keras tak tak menuruti ucapannya.
Grisel terkejut dengan mulut menganga mendengar ucapan Farzan, kini level amarahnya sudah mencapai puncak tertinggi dan siap meledak.
Pria itu keluar dari kamar meninggalkan Grisel, bahkan mengabaikan wanita itu yang berteriak seperti kesurupan hantu. Farzan tetap melangkah meski mendengar suara pecah karena mungkin Grisel membanting apa pun yang ada di kamar.
Pria itu membuka mata setelah mengingat kejadian tadi, menghela napas kasar seolah masalah yang sedang dihadapinya begitu berat. Terkadang Farzan juga merasa menyesal karena pernah menyakiti hati seorang gadis yang sangat baik. Namun, penyesalan itu tak ada gunanya sekarang, bahkan kata maaf saja tak sanggup Farzan keluarkan untuk sekedar bisa melegakan hatinya.
Farzan duduk di bar, menenggak minuman yang dipesannya, menatap gelas kaca yang berisi cairan berwarna cokelat muda, ditatapnya cairan yang selalu bisa sedikit membuatnya sedikit merasa lega.
“Sampai kapan dia baru akan sadar?” Farzan tersenyum sendiri, kesabarannya selama ini tetap tak bisa membuat istrinya sadar.
Farzan mengeluarkan lembaran uang, lantas meletakkan di meja untuk membayar minuman yang dipesan. Ia tak pernah minum berlebih, karena sadar jika hal itu tak baik untuk tubuhnya.
Saat akan keluar dari klub, Farzan tak sengaja bersenggolan dengan seorang wanita, mengakibatkan ponsel wanita itu jatuh.
“Maaf,” ucap Farzan, hendak mengambil ponsel wanita itu tapi kalah cepat.
“Tidak masalah.” Wanita itu tak menoleh Farzan, tapi langsung masuk klub dan mengabaikan Farzan di tengah pintu masuk.
Sejenak Farzan terdiam menatap punggung wanita yang berpakaian formal dengan rambut sepanjang bahu. Indera penciumannya merasakan bau yang begitu manis.
“Aroma tubuhnya begitu manis sekali.” Kedua sudut bibir Farzan tertarik ke atas, entah kenapa merasa suka dengan bau parfum wanita yang entah wajahnya seperti apa.