NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

Status: tamat
Genre:Duda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Keluarga / Menikah Karena Anak / Suami ideal / Tamat
Popularitas:658.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Dua kali gagal menikah, Davira Istari kerapkali digunjing sebagai perawan tua lantaran di usianya yang tak lagi muda, Davira belum kunjung menikah.

Berusaha untuk tidak memedulikannya, Davira tetap fokus pada karirnya sebagai guru dan penulis. Bertemu dengan anak-anak yang lucu nan menggemaskan membuatnya sedikit lupa akan masalah hidup yang menderanya. Sedangkan menulis adalah salah satu caranya mengobati traumanya akan pria dan pernikahan.

Namun, kesehariannya mendadak berubah saat bertemu Zein Al-Malik Danishwara — seorang anak didiknya yang tampan dan lucu. Suatu hari, Zein memintanya jadi Ibu. Dan kehidupannya berubah drastis saat Kavindra Al-Malik Danishwara — Ayah Zein meminangnya.

"Terimalah pinanganku! Kadang jodoh datang beserta anaknya."

•••

Mohon dengan sangat untuk tidak boomlike karya ini. Author lebih menghargai mereka yang membaca dibanding cuma kasih like tanpa baca. Sayangi jempolmu. 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MIPPP 14 — Berkata Jujur

"Mau ke mana kamu?" tanya Zara pada Zulkarnain ketika melihat sang putra sudah rapi berpakaian seperti hendak pergi. 

Zul menatap sekilas sang ibu, mencari kunci mobilnya baru menjawab, "Mau ke rumah Davira. Zul harus menemuinya dan menjelaskan semuanya!" 

"Tidak boleh! Kamu tidak boleh ke sana lagi!" teriak Zara, mendengar nama Davira disebut membuat amarahnya kembali muncul. "Kamu tidak boleh ke rumah perempuan sial itu lagi! Pokoknya tidak boleh!" 

"Ma! Davira itu bukan perempuan sial! Hentikan pemikiran buruk Mama terhadapnya. Zul mencintainya, Ma," kata Zul dengan nada sedikit memelas. 

Pernikahannya dengan Davira dibatalkan sang ibu secara sepihak tanpa memberitahu Zul lebih dulu. Membuat pria berusia dua puluh tujuh tahun itu meradang saat tahu berita gagalnya pernikahan. 

"Davira itu perempuan yang baik, Ma. Kenapa, sih, Mama malah membatalkan pernikahan Zul dengan Davira? Kenapa? Mama juga tidak mau memberitahu alasannya. Coba pikirkan perasaan Davira." 

Zul membuang muka, merasa sedih dengan sikap sang ibu yang tampaknya berubah jadi membenci Davira, padahal sebelumnya, Zara merasa sangat bahagia dengan pernikahan mereka dan sudah mempersiapkan segalanya. 

"Karena kamu tidak perlu tahu alasannya! Yang jelas, Mama tidak setuju kalau kamu menikahinya! Titik!" seru Zara final seraya menatap putra pertmanya itu dengan sorot mata penuh penekanan. 

Zul tak memiliki pilihan selain mengangguk pasrah, meski kesal, ia tetap tidak bisa membantah sang ibu. “Baiklah, Zul tidak akan pergi, tapi setidaknya Mama harus jelaskan kenapa Mama membatalkan pernikahan Zul dengan Davira? Apa yang sebenarnya terjadi selama Zul pergi ke luar kota?” 

Alih-alih menjawab, Zara malah melengos pergi tanpa memandang sang putra. Membuat Zul semakin penasaran dengan alasan gagalnya pernikahannya dengan Davira. Terlebih lagi, perempuan itu seperti menghilang tanpa kabar. Entah apa yang terjadi sebenarnya. “Aku harus mencari tahu kebenarannya,” gumam Zul seraya melangkah kembali ke kamarnya. 

***

Kavindra berubah gelisah semenjak ia menerima panggilan dari Davira semalam, tidurnya tak nyenyak. Bahkan, kegelisahan itu tetap bercokol di sana meski ia sudah mencoba untuk berpikir positif.

Usai mengantarkan Zein ke sekolahnya, Kavindra tidak langsung pergi ke kantornya, melainkan menunggu kedatangan Davira di sebuah kafe tak jauh dari Kinder School. 

Mereka sudah ada janji untuk bertemu untuk membicarakan masalah lamaran itu. Jujur saja, Kavindra sungguh merasa gugup, padahal, ia tak pernah segugup itu sebelumnya.

Bahkan, ketika ia melamar Lauren dulu, ia tak pernah merasa gugup dan gelisah seperti sekarang. Yah, mungkin situasinya sudah berbeda sekarang.

Tiga jam yang cukup menyiksa bagi Kavindra sebelum akhirnya waktu sekolah di Kinder School selesai. Melihat ponselnya berdenting, ia mendapat pesan dari Ravindra bahwa Zein sudah dijemput.

“Syukurlah, setidaknya satu pengganggu sudah diamankan,” cetusnya merasa lega. 

Tak bisa ia bayangkan jika Zein memaksa ikut untuk datang ke sini. Anak kecil itu sudah pasti akan terus menempel pada Davira, berceloteh panjang dan bertanya hal-hal random dan waktunya bersama Davira akan habis untuk mendengarkan Zein seorang. 

Melirik arlojinya, Kavindra terus saja menatap pintu masuk kafe, berharap Davira lekas datang dari sana dan melambaikan tangan kepadanya.

Beberapa menit setelah itu, harapan menjadi kenyataan. Davira memasuki kafe sambil mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan pria itu. 

“Silakan pesan minuman dulu, Miss,” pinta Kavindra kemudian memanggil seorang waiter ke meja mereka. 

“Sebelumnya, terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk menemui saya, Pak," ujar Davira merasa segan saat melihat Kavindra sudah menunggunya di sana.  

Kavindra tersenyum, agak canggung dengan panggilan itu, tetapi kemudian ia berkata, “Tidak apa-apa, Miss. Hal penting apa yang ingin bicarakan dengan saya?” tanya Kavindra tak ingin berbasa-basi lagi. Tiga jam menunggu sudah cukup baginya. 

"Begini, Pak. Sebelum saya menerima pinangan Pak Kavindra, saya ingin jujur mengenai suatu hal. Saya tidak ingin ada yang ditutup-tutupi, setelahnya, apapun keputusan Pak Kavindra saya akan menerimanya," kata Davira memulai penjelasannya. 

Sementara itu, debaran jantung Kavindra terus berdentum-dentum tak tentu. Sekaligus menerka apa yang akan Davira katakan? Ia harap semoga bukan sesuatu yang besar yang akan menghalangi niatnya. 

"Ya, katakan saja. Saya akan menjadi pendengar yang baik," sahut Kavindra penuh pengertian. 

Davira terdiam selama sesaat, berusaha menyusun kata demi kata agar Kavindra bisa langsung memahami penjelasannya.

Menarik napas panjang beberapa kali, Davira memberanikan diri untuk mengangkat pandangannya. Tatapannya bersirobok dengan mata Kavindra yang tengah menatapnya intens. 

"Sebenarnya, saya pernah menjalani operasi histerektomi," kata Davira dalam satu tarikan napas. Ia menunduk, tak berani menatap mata Kavindra. Entah apa reaksinya, Davira tak berani melihatnya. 

"Operasi histerektomi? Operasi pengangkatan rahim?" tanya Kavindra tak yakin. Davira mengangguk pelan, napasnya seakan tercekat. 

Apapun yang akan dikatakannya, aku harus kuat dalam menerimanya, pikir Davira. 

Kavindra tak tahu harus berkata apa selama beberapa saat, mencoba mencerna ucapan Davira dan mencari respon yang tepat agar perempuan itu tidak merasa terluka.

"Maaf, Miss," kata Kavindra pelan. "Tapi, apa yang membuat Miss menjalani operasi itu?" tanya Kavindra pelan, sedikit merasa lega karena ternyata hal yang ingin dibicarakan Davira bukan sesuatu yang ia pikirkan. 

"So-soal itu … sebenarnya," kata Davira tertahan. Matanya mengembun jika mengingat fakta bahwa ia tak akan pernah bisa sepenuhnya menjadi perempuan. Bahwa ia bukanlah perempuan yang utuh, seperti yang sering dikatakan orang-orang. 

"M-maaf, Miss, jika pertanyaan saya terlalu berat tidak perlu dijawab, tidak masalah. Saya sungguh tidak mempermasalahkan hal itu, saya—" 

"Tidak, Pak. S-saya harus mengatakan hal ini sekarang juga, berhubung kita akan menikah, saya tidak ingin sampai ada hal yang membuat Pak Kavindra merasa menyesal," terangnya dengan kepala sedikit tertunduk. 

Matanya mulai memanas, tapi mau bagaimanapun, tetap harus ia katakan kebenaran itu. Sekalipun hal itu terasa pahit. 

Kavindra tersenyum simpul, sedikit tertegun dengan keberanian Davira untuk mengatakan yang sejujurnya. "Tapi saya bisa pastikan bahwa saya tidak akan menyesal." 

Barulah saat itu, Davira mengangkat pandangannya, memberanikan diri untuk menatap Kavindra secara langsung.

Pria itu, meski tampak seperti pria yang tak peduli pada permasalahan orang lain, sebenarnya adalah pria yang dapat memahami luka orang lain. 

"Kadang-kadang, beberapa hal tidak bisa berjalan sesuai kehendak kita. Pernikahan pertama saya tidak berjalan baik, tapi pada pernikahan kedua, saya ingin menjalaninya dengan sebaik-baiknya." 

Kavindra turut tersenyum lembut, menunjukkan sisi dirinya yang lain kepada Davira. Dan memang benar, beberapa hal tidak selalu terwujud sesuai dengan keinginan. Selalu ada celah untuk ketidaksempurnaan, apalagi untuk manusia. 

"Saya juga pernah gagal menikah, Pak Kavindra. Apakah itu sungguh tidak masalah? Apakah Nyonya Karina juga tidak keberatan? Sungguh saya merasa tidak pantas," sahut Davira merasa dirinya kecil. 

Lagi dan lagi, Kavindra tersenyum lembut. Davira sungguh-sungguh berbeda dari mantan istrinya. Benar kata Karina, Davira adalah perempuan yang berbeda. 

"Beliau pasti tidak akan keberatan, saya bisa pastikan itu. Jadi, apakah pinangan saya diterima?" tanya Kavindra tak sabar lagi mendengar jawaban yang diinginkannya. 

•••

Note: 

Operasi histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, ada beberapa faktor mengapa seorang perempuan diharuskan menjalani operasi itu. Misalnya, kanker serviks, kecelakaan parah yang menyebabkan terbenturnya rahim, kekerasan fisik dan lain-lain. 

Tapi, aku belum mau mengungkap alasan kenapa Davira menjalani operasi itu, ya. Kebenaran akan terungkap satu persatu dan secara perlahan. 😁

Terima kasih sudah membaca bab ini. 🤗

1
Nana Erdiana
ikut sedih aku /Sob//Sob//Sob/
Dewi Dama
bingung baca nya tanpa ada penjelasan...tiba2..pindah topik....
Whatea Sala
Aneh...zein yang gak mengenal ibu nya langsung aja percaya,padahal zein gak begitu cepat akrab dan sulit untuk kenal dengan orang dewasa,tau ahh gelap.
Whatea Sala
Dari acara lamaran dan pernikahan,ayah nya kavindra tidak terlihat,sekarang tiba tiba ingin bertemu karna anak nya sudah menikah,sebenarnya hubungan keluarga mereka seperti apa ya...?
Whatea Sala
Dari acara lamaran dan pernikahan,ayah nya kavindra tidak terlihat,sekarang tiba tiba ingin bertemu karna anak nya sudah menikah,sebenarnya hubungan keluarga mereka seperti apa ya...?
Whatea Sala
Entar klu Davira mau nikah,pastilah bapaknya banyak tingkah apa lagi jadi dia yang akan menikahkan anaknya.nyebelin..harus seorang ayah jadi cinta pertama anaknya,,ini malah..☹☹☹
Whatea Sala
Semoga bapak Davira di tabrak truck kan lagi mabok,uuppsh...maaf kok jahat ya aku.tapi klu dalan cerita kadang menyedihkan punya orang tua lengkap tapi rada rada yang gak punya suka meratap karna orang tua sudah gak ada.hmm..namanya aja cerita😁😄
Whatea Sala
Ibunya Davira gak bisa melindungi anaknya danboro2 bisa melindungi diri sendiri,bisanya pasrah2 teruss....di kasih akal dan hati sama tuhan tapi gak berguna sama sekali,ya sudah Davira klu gak mau di ajak pindah biarkan saja ibumu itu pilihannya yang pasti dirimu sudah berusaha untuk kebaikan semua.
Whatea Sala
Hmmm.....repot banget klu ada orang gila seperti Lauren
Whatea Sala
Kirain keluar rumah mau ngomong apa gitu...yang kira2 buat ibu2 julid pada mingkem,tau nya enggak..😩😩😩
Catur Rini
hadow, gak ada istilah wanita suruh sabar trs,yg ada di injak2 nanti, sadar bu, laki2 kayak gitu gak perlu di bela2 kok bego bgt
Opung Nava
akn tetap waspada ada org sesuda sehr berupa dan kebali mabuk tp mudh2an sdr dan kembalibaik
Opung Nava
klu manusia sprti pak agus lebi baik diti2p di panti jompo atau dibawa krmhskit jiwa
Opung Nava
masuk puber ke2
Sweet Girl
Nah tuuu Bu Rati... dia mah buta dengan masalah nya anak sendiri.
Sweet Girl
Betul sakali Bu Rika... senyumin aja daaa.
Sweet Girl
Emang kerjaan yang namanya tetangga tuuu, syuka sekali goreng goreng sreng Malasah.
Opung Nava
hbd kering panjang umur dan sehat selalu
Opung Nava
cpt sembuh y suami ibu karina
Opung Nava
moga suami karina dirinya Tuhan kesehtn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!