Seminggu berlalu sejak liburan ke Bali waktu itu, Kanaya dan kawan-kawannya telah kembali ke rutinitas kerja sehari-hari mereka. Jiwa raga mereka lebih segar terasa karena selama berlibur mereka benar-benar dimanjakan. Buktinya sampai hari ini mereka masih sering membicarakan perihal liburan itu seakan tak ada habisnya menjadi topik obrolan.
Kanaya sedang mengepel lantai lobi pagi itu saat seorang wanita datang menghampiri meja resepsionis dan menanyakan tentang keberadaan sang presdir. Ia mengenali wanita itu dengan baik. Jessica. Apa yang dilakukannya di sini?
"Maaf bu, pak Reino belum datang." ucap Cindy si resepsionis.
"Ini sudah hampir jm 9. Masa belum datang? Jangan bohong kamu." bentaknya kasar.
"Benar, bu. Beliau memang belum datang. Mungkin ada meeting di luar."
"Heh, jangan panggil saya ibu. Memang saya ibu kamu. Panggil saya NONA." Jessica mulai bertingkah kolokan.
Demi pekerjaan yang sangat disayanginya, Kanaya enggan ikut campur urusan orang lain meskipun sejak tadi kupingnya sudah panas mendengar Cindy dibentak-bentak seenaknya oleh perempuan itu.
"Iya, Nona. Maafkan saya." Cindy mulai ketakutan diintimidasi seperti itu.
"Saya mau ke ruangan Reino, saya akan tunggu dia di sana."
"Tapi non tunggu dulu, saya akan tanyakan dulu pada sekretaris pak Reino." Cindy berusaha mencegah Jessica namun sayang ia sudah masuk ke dalam lift.
Dengan segera ia menelepon Bu Maya, sekretaris pak Reino untuk memberitahukan kedatangan Jessica yang tiba-tiba itu.
"Maaf bu. Saya tidak bisa mencegahnya. Baik bu. Iya saya mengerti."
Klik! Telepon dimatikan.
"Dasar wanita gila!" dengus Cindy kesal.
"Maaf, mbak Cindy. Kalau boleh tahu, siapa perempuan tadi?" tanya Kanaya akhirnya.
"Dia itu Jessica. Putri salah satu manajer hotel keluarga pak Reino di Bali. Sudah lama dia naksir sama pak Reino tapi ga digubris sama sekali. Tipe cewek kayak dia mana mau pak Reino? Jijik liatnya." panjang kali lebar Cindy mendeskripsikan sosok Jessica yang belum diketahui Kanaya.
Kanaya manggut-manggut mengerti. Ia teringat waktu Jessica ingin bergabung di meja mereka saat makan malam itu. Reino terlihat enggan. Pantas saja raut wajahnya berubah masam saat perempuan itu datang. Ternyata ada alasannya. *Dasar cewek ganjen, rutuk hati Kanaya kesal*.
"Dilarang bergosip saat jam kerja ya." nasehat sebuah suara di belakang Kanaya tiba-tiba. Sang pemilik suara tersenyum.
"Eh pak Reino. Selamat pagi pak." sambut Cindy gelagapan.
"Selamat pagi, pak." Kanaya juga turut menyapa si bos.
Reino datang dengan ketampanannya yang maksimal. Setelan jas mahal berwarna hitam dipadukan dengan dasi berwarna merah maroon. Sungguh mempesona. Rambutnya kembali rapi diminyaki dan disisir ke belakang membuatnya semakin terlihat maskulin. Beda sekali penampilannya saat liburan kemarin yang hanya mengenakan pakaian kasual saja. Rambutnya yang sedikit ikal pun dibiarkan begitu saja. Tapi mau bagaimanapun penampilan Reino jelas tak mungkin bisa mengubah satu fakta, ia tetap tampan. Dan satu hal lagi yang tak luput dari pengamatan, ia wangi sekali.
"Nay!" panggil Cindy yang ternyata sudah kesekian kali.
"Ngelamunin pak Reino ya? Hehe." lanjutnya.
Kanaya tersipu malu karena ketahuan sedang mengagumi sosok Reino. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Ia segera berlalu dari hadapan Cindy dan melanjutkan pekerjaannya mengepel lantai.
***
Di ruangan sekretaris, Jessica duduk menunggu Reino. Ia bertingkah seolah ia adalah kekasih Reino yang bisa datang berkunjung kapan saja. Sikap wanita itu membuat Maya muak. Dengan tegas dia tidak mengijinkan Jessica masuk ke ruangan Reino sebelum yang bos nya itu datang.
"Selamat pagi, pak Reino." sambut Maya, sekretarisnya begitu melihat Reino muncul.
"Ada tamu pak." lanjutnya memberi kode lirikan mata sambil manyun, menunjuk arah Jessica pada bosnya itu.
Reino mendesah kesal. Pagi\\-pagi sudah didatangi yang beginian sudah pasti membuat akan moodnya berubah buruk hari ini.
"Ada apa pagi-pagi sudah kemari? Bukannya kamu bilang mau tinggal lama di Bali?"
"Ga jadi. Aku pengen ke Jakarta lagi. Mau ketemu kamu." jawabnya dengan suara dibuat semanja mungkin berharap Reino akan tergoda. Ia beranjak hendak mendekati laki-laki itu, namun sayang ia nampak tidak tertarik sama sekali.
"Maaf Jess. Hari ini aku sibuk sekali, banyak meeting. Jadi sebaiknya kamu pulang saja. May, tolong antar Jessica ke depan." dengan tegas Reino mengusir Jessica dari ruangan Maya.
Namun Jessica tak bergeming saat Maya memintanya keluar secara halus. Ia malah menghambur ke arah Reino lalu memeluknya.
"Jessica! Kamu sudah melewati batas." Reino melepas pelukan Jessica dengan kasar. Ia segera masuk ke ruangannya, meninggalkan Jessica di luar ruangannya bersama Maya. Ia tidak ingin berurusan dengannya. Ia meraih telepon di mejanya.
"Urus dia. Lain kali jangan biarkan dia masuk, May."
"Baik, pak. Saya mengerti." jawab Maya. Ia segera menghubungi sekuriti untuk mengusir Jessica dari ruangannya karena ia ngeyel tidak mau pergi.
Jessica marah. Wajahnya merah padam diperlakukan seperti itu oleh Reino. Namun tentu bukan sifat Jessica jika ia menyerah begitu saja. Ia bertekad akan mendapatkan hati Reino bagaimanapun caranya.
"Ga usah panggil satpam, aku juga bisa sendiri!" gerutunya kesal.
"Baik. Silahkan pergi."
"Camkan kata-kataku dengan baik ya! Kalau aku sudah jadi Ny. Reino, kamulah orang pertama yang aku singkirkan dari perusahaan ini. Ngerti kamu!!"
***
Reino baru saja selesai meeting di lantai 4 saat hari sudah menjelang sore. Ia duduk bersandar di kursi kerjanya. Hari ini melelahkan sekali. Liburan seminggu kemarin meninggalkan pekerjaan yang menumpuk. Ia harus menjadwal ulang beberapa meeting yang masih tertunda.
"May, kemari sebentar."
Tak lama kemudian Maya masuk membawa note di tangannya.
"Bagaimana perkembangan resort yang ada di Malang?"
"Masih berjalan 50% pak. Pak Deni ingin menghubungi bapak secepatnya karena ada beberapa hal yang akan didiskusikan."
"Besok pagi jadwalkan telpon untuknya. Lalu proyek apartemen di Bandung?"
"Sudah selesai, oh ya pak Fadli pimpinan proyek akan ke Jakarta Jumat ini. Beliau ingin bertemu bapak jika bapak ada waktu karena beliau belum sempat kesini memberi selamat atas pergantian presdir kemarin."
"Oke. Atur saja. Apa ada yang lainnya?"
"Sementara itu saja, pak."
"Baik kalau begitu, pulanglah. Apa kamu mau saya antar?"
"Terima kasih, pak. Tidak usah. Saya dijemput suami."
"Ya sudah. Pergilah."
"Baik, pak. Permisi."
Reino meraih hp dari laci mejanya. Iseng ia membuka galeri foto dan melihat foto\-foto liburan kemarin. Pandangannya terhenti pada sebuah foto. Yup, foto Kanaya yang sedang tidur terlelap di bus. Ia sengaja mengambil gambarnya tanpa ijin.
\*Dia manis sekali, batin Reino gemas. Eh sedang apa ya dia sekarang\*? Reino membuka aplikasi obrolan.
Reino: Lagi ngapain, Nay?
Tak lama pesannya pun dibalas.
Kanaya: Beres-beres ruang meeting, pak. 🙂
Reino tersenyum. Ia segera membereskan meja kerjanya, lalu keluar ruangan. Dicarinya Kanaya di ruang meeting, dan benar saja, gadis itu sedang menyapu lantai sendirian.
"Sendirian aja, Nay?"
"Eh pak Reino. Iya pak sendiri. Tadi sih ada teman tapi pulang duluan. Ada perlu mendadak pak. Anaknya sakit."
Kanaya bercerita sambil tetap menyapu lantai. Ia tidak merasa bahwa Reino sedang memperhatikannya bekerja.
"Bapak kenapa masih di kantor?" tanya Kanaya.
"Nunggu kamu." lugas sekali jawaban Reino. Ia sendiri sampai heran dengan ucapannya barusan. Seperti keceplosan. Tapi ia tidak meralat kata-katanya.
Kanaya terdiam. Ia bukan tidak mendengar ucapan Reino barusan. Tapi yang jelas, kata\\-kata Reino tadi membuat degub jantungnya kembali tak berloncatan tak beraturan. Ia menatap lantai yang disapunya lekat\-lekat, tak berani beradu pandang dengan laki\-laki itu.
"Aku antar pulang ya?" imbuhnya lagi. Kali ini Kanaya menatapnya.
"Ga usah pak. Saya sudah janjian sama tukang ojek langganan saya pak." tolaknya berbohong.
"Oh gitu. Baiklah. Aku duluan ya." ujar Reino sedikit kecewa karena sesungguhnya ia ingin sekali pulang bersamanya.
Entah kenapa sejak pulang dari liburan Reino sering memikirkan Kanaya. Bayangan kebersamaan mereka tak bisa hilang dari pikirannya barang sekejap. \*Mungkinkah aku sedang jatuh cinta? tanya Reino dalam hati\*.
--------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sapta Rini
semoga reino n nay menyadari perasaan masing²
2021-01-22
1
Susanti Agustinah
Ditunggu lanjutannya...
2020-04-04
1