Hari ini adalah hari terakhir acara liburan di Bali. Semua merasa senang dan bersemangat. Mereka benar\-benar telah dimanjakan oleh Reino dengan segala fasilitas mewah dan tempat\-tempat liburan yang mahal yang pernah mereka kunjungi. Belum lagi saat kemarin mampir di pusat oleh\-oleh terkenal di Bali. Reino membolehkan karyawannya membeli oleh\-oleh sesuka hati mereka untuk keluarganya di rumah. Tak ayal hal itu membuat kalap penghuni bus no. 3 yang nota bene menurut Kanaya adalah rakyat jelata.
Rita membeli beberapa pakaian untuk keluarga dan untuk dirinya sendiri. Dewi pun begitu. Beberapa baju anak ia masukkan ke dalam tas belanjanya. Sedangkan Kanaya yang jarang sekali berbelanja kecuali kebutuhannya saja, hanya membeli 2 stel baju untuk ayah dan ibunya di kampung lalu untuk adiknya ia memilih membelikan makanan khas Bali yang akan dipaketkannya nanti lewat pos.
"Kok cuma sedikit belanjanya, Nay?" tiba-tiba saja Reino sudah berada di belakang Kanaya siang itu.
"Ini sudah cukup, pak. Saya sudah membeli baju dan makanan untuk oleh-oleh keluarga saya di kampung."
"Lalu untukmu?" selidik Reino mengamati isi tas belanja Kanaya lebih sedikit dibanding teman-temannya yang lain.
"Ga pak. Ini saja cukup. Saya tidak butuh apa-apa." jawab Kanaya jujur.
Sebenarnya ia sudah terbiasa hidup pas\-pasan sejak kecil. Belanja baju hanya pas lebaran saja kalau orang tuanya ada rezeki lebih. Kalau tidak, cukuplah memakai pakaian lebaran tahun sebelumnya. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Hal itu terbawa hingga sekarang. Meski ia sudah bekerja dan memiliki gaji sendiri, ia tidak pernah mengahamburkan uangnya. Ia mengirim separuh uangnya untuk keluarganya, sedangkan sisanya untuk makan sehari\-hari. Hal paling mewah untuk menghargai jerih payahnya bekerja adalah beli bakso sepuasnya di kedai mang Ujang selepas terima gaji tiap bulannya. Lepas dari itu ia berhemat sekuat tenaga. Semua itu ia lakukan demi keluarganya, terutama demi sang ibu yang sudah bersusah payah untuknya.
"Ayo ikut aku." Reino menarik pergelangan tangan Kanaya, membawanya ke tempat pakaian wanita.
Seorang pelayan mengekori begitu melihat keduanya masuk.
"Ada yang bisa saya bantu, pak?" ujarnya sopan menawarkan bantuan.
"Tolong carikan baju yang bagus untuknya." Reino menunjuk Kanaya.
Pelayan itu mengangguk paham. Diambilnya beberapa baju dari hangernya lalu memperlihatkannya pada Reino dan Kanaya.
"Bagaimana dengan ini pak? Model ini baru datang kemarin." terangnya memperlihatkan beberapa baju yang menurutnya akan bagus bila dipakai Kanaya.
Reino meraih baju\-baju itu lalu memberikannya pada Kanaya.
"Coba dulu, kalau tidak suka pilihlah yang lain."
"Jangan, pak. Tidak usah." Kanaya bersikeras menolaknya namun laki-laki itu tak mau mengalah.
"Kalau dia tidak mau yang ini, bungkus saja seluruh pakaian yang ada di sini. Jadi dia bisa pilih lagi di rumah." ujar Reino seenaknya.
"Eh apaan. Enggak mbak jangan. Biar saya coba yang ini." Kanaya segera kabur mencari ruang ganti dan mencoba beberapa baju tadi.
*Dasar bos gila!! Kesal Kanaya dibuatnya. Ia tidak ingin berhutang budi pada orang lain. Apalagi bosnya itu*.
Di dalam ruang ganti, Kanaya mencoba sebuah setelan. Rok selutut dari bahan yang sangat halus dan atasan tanpa lengan berwarna peach sangat cantik saat dipakainya. Kanaya bercermin. Ia suka baju itu. Setelah ia selesai mencobanya, ia penasaran dengan harganya.
"Apaaa?!! DUA JUTAA?" pekiknya kaget saat mengetahui harga baju itu.
Kanaya merinding. Baju apa coba sampe segitu harganya? Baju termahal yang pernah di belinya hanya seharga 200 ribu dan itu pun boleh dicicil selama 3 bulan di kampungnya. Ia mengurungkan niatnya untuk mencoba baju\-baju lainnya. Sudah jelas terbayang berapa total seluruhnya jika ia tamak mengambil semuanya. Ia tidak suka mengambil kesempatan yang bukan haknya.
"Saya suka yang ini, pak." kata Kanaya begitu keluar dari kamar ganti.
Reino heran. Kenapa tidak semuanya yang diminta Kanaya. Padahal baju\-baju yang lain juga sama bagusnya. Apalagi itu semua model terbaru.
"Ya sudah, ambil yang ini." ujar Reino sembari memberikan sebuah kartu dari dompetnya. Ia tidak ingin berdebat dengan Kanaya.
*Bahkan pak Reino tidak melirik sedikitpun label harganya. Ya Allah. Begini ya kalau orang kaya sedang belanja. Ga kira\-kira. Bisik Kanaya dalam hati*.
"Terima kasih." Reino menerima tas dari tangan kasir itu lalu memberikannya pada Kanaya.
Keduanya lalu bergegas mencari anggota rombongan yang lainnya yang telah selesai berbelanja.
"Nay! Ayo!" terlihat Rita melambai ke arahnya. Ia melihat Kanaya berjalan beriringandengan bos ganteng kesayangannya.
"Ehemm. Dari mana kamu kok bisa muncul berdua sama pak bos ganteng?" curiga Rita akhirnya, setengah berbisik takut yang dimaksud mendengar.
"Mau tahu aja.." ledek Kanaya yang pasti membuat Rita kesal.
Tentu saja Reino mendengar pembicaraan keduanya sedari tadi. Ia senyum\-senyum sendiri menyadari betapa ia telah menjadi idola baru di kantornya.
***
Acara malam ini bebas, karena besok pagi, mereka akan kembali ke Jakarta. Sebagian besar ada yang pergi jalan\-jalan menikmati sisa waktu liburan mereka. Ada juga yang memilih tetap di hotel untuk beristirahat karena sudah terlampau lelah beberapa hari ini.
Kanaya dan Dewi lebih memilih tinggal di kamar hotel untuk berkemas, sedangkan Rita keluar jalan\-jalan bersama teman yang lain. Kanaya mengambil kopernya lalu mulai menata barangnya satu persatu.
"Kamu ga ikut jalan, Nay?" tanya Dewi.
"Ga mbak. Mereka mau ke klub malam katanya. Tempat apa itu mbak. Aku ga berani ikut. Takut mbak."
"Haahh.. dasar anak muda." ujar Dewi paham.
Tok...tok...tok...
Obrolan mereka berdua terjeda. Dewi berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.
Ceklek. Pintu terbuka. Dewi terkejut mendapati seseorang di depan pintu.
"Ada apa pak Reino?" gugup Dewi menyambut bosnya itu.
"Kanaya ada?"
"Ada pak. Nay, ada pak Reino nyari kamu." lapor Dewi begitu masuk ke dalam.
Kanaya bertanya\-tanya. Ada apa lagi ini? batinnya galau. Ia segera keluar.
"Ada apa, pak?"
"Cari makan yuk."
Kanaya menengok ke dalam.
"Ajak juga Dewi." Ujar Reino memahami perasaan Kanaya yang tidak enak bila meninggalkan Dewi di kamar.
"Pergi aja, Nay. Aku ga apa-apa kok. Bentar lagi mau vi-call sama anakku." Dewi tersenyum setelah menolak ajakan Reino, sebelum tidur adalah jadwalnya bertelpon ria dengan sang putri yang sudah sangat ia rindukan selama beberapa hari ini.
Akhirnya Reino pergi berdua saja dengan Kanaya. Ia membawa Kanaya ke sebuah tempat makan di tepi jalan yang menjajakan masakan laut. Mereka terlihat santai dan akrab. Kanaya sudah mulai sedikit terbuka tentang dirinya. Ia tak sungkan menjelaskan tentang dia dan keluarganya. Dan hal itu membuat Reino senang. Sesekali Reino tergelak melihat Kanaya bercerita dengan gayanya yang polos dan tidak dibuat\-buat. Tidak seperti gadis\-gadis lain bila berada dekat dengannya tentu saja hanya untuk menarik perhatiannya.
-----------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments