Suasana restoran lumayan ramai dipenuhi rombongan karyawan "RR" Group. Tersiar kabar bahwa seluruh hotel telah dibooking seminggu penuh untuk mereka menginap. Tak hanya itu, untuk urusan perut, pihak hotel telah menyediakan menu yang sangat banyak dan mewah. Ada menu western, asian food, serta yang tak kalah digemari yaitu kuliner khas tanah air. Semuanya dihidangkan di meja super panjang di restoran hotel. Semua orang boleh menyantap apa saja yang mereka suka. Tentu saja kesempatan ini tak mungkin dilewatkan oleh mereka.
Malam itu Kanaya memakai kaos berwarna biru muda bergambar doraemon dipadukan dengan celana jeans pendek selutut. Rambutnya masih basah karena baru selesai mandi. Di carinya Reino ke sekeliling ruangan restoran namun tak kelihatan batang hidungnya. Sementara Rita sudah melipir ke meja prasmanan untuk berwisata kuliner. Ia sejenak lupa tentang bos gantengnya itu. Melihat aneka masakan terhampar di meja tentu membuatnya tak kuasa menahan nafsu makan.
"Nay, ayo makan!" teriak Rita begitu melihat Kanaya masih celingukan mencari Reino.
"Iya bentar." jawabnya, "Kamu makan duluan aja."
Tak lama kemudian, Kanaya melihat sosok Reino di sebuah meja di sudut ruangan sedang memainkan hapenya. Kanaya berjalan hendak mendekati meja itu namun langkahnya terhenti saat ia melihat ada seorang perempuan yang mendahuluinya duduk di kursi di dekat Reino. Kanaya memperhatikan keduanya berbicara akrab sekali.
Perempuan itu berpenampilan anggun, memakai dress tanpa lengan berwarna putih gading, memamerkan kulit lengannya yang putih bersih. Rambutnya berwarna coklat madu sebahu. Dari jarak jauh pun Kanaya bisa melihat kedua mata perempuan itu berbinar cantik karena memakai softlens. Dan saat ia tersenyum, ia terlihat sangat mempesona dengan dua lesung pipinya. Siapa dia? tanya Kanaya dalam hati.
"Loh, kok udah balik kesini, Nay? Udah ketemu sama pak Reino?" tanya Rita dengan mulut penuh kunyahan makanan.
Kanaya menggeleng berbohong. Diambilnya piring dan sendok lalu segera menyendok beberapa makanan. Ia benar-benar lapar karena siang tadi di rumah Reino hanya menyantap mie saja.
"Cobain itu juga, Nay. Enak banget." saran Rita seraya menunjuk hidangan favoritnya, Ayam Bakar Madu. Kanaya menurut saja. Diambilnya sepotong ayam. Lalu lanjut menyendok capjay dan udang goreng tepung. Di sisi tangannya yang lain sudah terisi semangkuk bakso dengan sambal yang banyak.
"Ayo duduk di sana, Rit." ajak Kanaya ke sebuah meja kosong di dekat pintu masuk tadi.
Keduanya mulai menikmati makan malam. Kanaya makan dengan lahap makanan di piringnya. Entah setan mana yang membuatnya jadi seperti ini. Rasanya ia sanggup menelan seluruh hidangan itu sekaligus.
"Hati-hati makannya, nanti keselek loh!" celoteh sebuah suara di belakang mereka dan tentu saja hal itu membuat keduanya terlonjak kaget. Terutama Kanaya. Ia tersedak. Rita menepuk-nepuk punggungnya dengan keras berharap bisa meredakan batuk Kanaya.
"Maaf, Nay! Beneran tidak sengaja!" ujar Reino panik. Ia segera mengambil segelas air putih lalu menyodorkannya pada Kanaya.
Kanaya segera meneguk air itu perlahan sambil berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal.
"Gimana? Sudah mendingan?" tanyanya merasa bersalah. Gadis itu mengangguk.
"Saya ga apa-apa kok, pak." lanjutnya malu karena menjadi perhatian seisi restoran. Namun, Reino merasa sangat khawatir, wajah Kanaya memerah. Matanya berkaca-kaca dan nafasnya masih belum normal.
Orang-orang di sekitar mereka yang sejak tadi memperhatikan akhirnya mulai kembali ke aktifitas masing-masing, kecuali perempuan yang bersama Reino tadi. Ia melihat Kanaya dengan tatapan tidak suka. Diteguknya air ditangannya dengan cepat lalu ia meletakkan gelasnya di atas meja dengan kasar.
"Boleh bergabung, Rei?" sapanya pada Reino. Pandangannya kemudian beralih pada Kanaya dan Rita seolah meminta persetujuan.
"Silahkan." jawab Kanaya akhirnya. Entah kenapa ia merasa suasana di meja mereka hening seketika. Reino tak bergeming sedikitpun.
"Kenalin dong, Rei. Aku belum pernah tahu siapa mereka ini."
Reino menghela nafas. Rasanya ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Ia melirik Kanaya.
"Kenalin ini Kanaya dan itu Rita." ujar Reino malas.
"Jessica." ujarnya memperkenalkan dirinya.
Ketiganya berjabat tangan bergantian namun Reino mengalihkan pandangan ke arah lain seolah tidak menginginkan kehadiran Jessica di antara mereka. Sementara Kanaya mulai kehilangan selera makannya. Ia merapikan piring dan mangkok baksonya lalu beranjak dari kursi.
"Permisi, pak. Saya duluan. Saya sudah selesai makan. Silahkan dilanjutkan dengan mbak Jessica. Ayo, Rit." pamitnya.
Rita yang juga belum selesai makan pasang muka bingung menanggapi ajakan Kanaya.
"Ayooo Rittt." ujar Kanaya setengah melotot.
Melihat bola mata Kanaya melotot seperti itu spontan membuat Rita tergopoh bangkit dan mengikuti sahabatnya itu dari belakang.
"Kamu ini kenapa sih, Nay? Kita kan belum selesai makan!" Rita berjalan di samping Kanaya sambil menyuarakan protesnya. Tentu saja ia belum puas menikmati makan malam kali ini.
"Kamu ga lihat apa? Kita cuma akan mengganggu di sana."
"Memangnya siapa yang terganggu?" tanya Rita semakin tak mengerti.
"Itu, pak Reino. Kamu lihat kan perempuan tadi yang datang ke meja kita? Sebenarnya tadi aku lihat dia dan pak Reino ngobrol akrab di sana. Makanya aku ga jadi nyamperin meja pak Reino. Aku takut ganggu."
Rita sejenak memperhatikan raut wajah Kanaya yang masam. Sepertinya ia merasa ada sesuatu yang sedang dirasakan sahabatnya itu. Tak seperti biasanya ia bersungut-sungut.
Apa Kanaya cemburu? batin Rita menerka. Aah, mana mungkin? Kanaya ga pernah bilang kalau dia naksir si bos ganteng itu. Ada juga aku yang ngefans berat.
"Kamu cemburu ya, Nay?" selidik Rita akhirnya.
"Ih, apaan sih Rit! Mana mungkin aku suka sama pak Reino?! Dia itu atasan kita." Kanaya menjelaskan panjang lebar berusaha menepis pikiran gila Rita. Rita mengangkat bahu.
"Iya kali aja. Masa kamu ga kecantol sama kegantengannya. Aku aja naksir." ujar Rita terang-terangan sembari menutup mata membayangkan ketampanan bosnya itu.
"Kamu ini, mimpi kaliii." Kanaya sewot, melenggang meninggalkan Rita yang masih tersenyum-senyum sendiri.
"Ehh..tunggu, Nay!"
***
23.10 Waktu Indonesia Tengah
Kanaya menarik selimut lebih tinggi hingga menutupi lehernya. Diliriknya Rita dan Mbak Dewi sudah tertidur pulas di ranjang sebelah. Tentu saja mereka semua kelelahan karena perjalanan hari ini. Tetapi entah mengapa Kanaya sulit sekali memejamkan kedua matanya. Ia teringat pertemuannya dengan Jessica di restoran tadi. Ia merasa Jessica tidak menyukainya. Ia bisa mengetahui dari caranya memandang yang seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup.
Apa dia kekasih pak Reino? Tapi kenapa pak Reino juga terlihat tidak senang saat Jessica bergabung ke meja kita tadi? Mungkinkah mereka sudah putus? Aah..apa urusannya sama aku?!
"Hhhh.. Kenapa jadi kepikiran pak Reino sih!" gerutu Kanaya sambil mengacak rambutnya.
Sementara di kamar lain, seseorang juga sedang duduk termenung di atas sofa. Berkali\-kali ia melirik jam di tangannya. Gelisah. Ada bayangan seorang perempuan yang sedang mengganggu waktu istirahatnya.
"Apa aku telpon aja ya?" gumamnya ragu. Ia meraih hp dan mencari sebuah nama dalam deretan kontaknya.
Kanaya.
Terdengar nada sambung beberapa saat sebelum sebuah suara menyapa di seberang sana.
"Halo, pak. Ada apa?" sapa Kanaya sedikit terkejut.
Reino menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Ia bingung juga harus menjawab apa. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia ingin menelpon gadis itu malam\-malam begini.
"Hmm.. apa aku mengganggu?" tanya Reino akhirnya.
"Ah, nggak kok pak. Saya juga belum tidur." jawab Kanaya.
Hening. Kedua makhluk itu saling diam. Ada getaran\-getaran lembut yang mereka rasakan di dada mereka. Tapi keduanya tak mampu menterjemahkannya dalam kata\-kata.
"Mau jalan-jalan sebentar?" tawar Reino sedikit berharap.
"Ke mana pak malam-malam begini?"
"Ke pantai."
Pantai? Mauuuu... Kan romantis ya malam-malam begini jalan-jalan di pantai berdua sama si bos ganteng? Mimpi apa coba, kalau Rita tahu bisa jeleous dia. Hehehe..
Eittts...tunggu dulu. Kenapa aku jadi ge er banget sih? Cuma diajak jalan ke pantai, Nay. Ga usah heboh kaliii. Sisi waras otak Kanaya mengingatkan.
"Iya deh pak."
Reino tersenyum senang seperti bayi yang baru dapat mainan baru.
"Aku tunggu di bawah ya?"
"Baik, pak."
---------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments