Cold Blooded Hunter: Seeker Of Peace
"Perang?!"
"Kuharap aku berhasil lolos dari kematian hari ini!"
"Arrgghh!"
Mimpi pun bergerak ke adegan yang lain, yang mana tidak ada satupun yang kuketahui dimana semua kejadian itu terjadi...
"Aku... Aku akan menjadi praktisi terkuat di seluruh dunia!"
"Kali ini, aku pasti akan berhasil melindungi semua orang yang kusayangi!"
"Illusion Prick!"
"Aarrrgghh!"
Semua serasa gelap, aku tidak tahu lagi apakah mimpinya akan berlanjut lagi...
"Duvian, jika kau merasa gagal melindungi orang yang kau sayangi, maka kuberikan kesempatan hidup di dunia itu untuk kedua kalinya..."
Aku menaikkan alisnya, siapa manusia jubah hitam itu?
Aku pun terpental ke sebuah hutan, aku melihat dua orang yang saling berhadapan dengan hujan yang mengguyur deras.
"Aku akan menjadi lebih kuat agar tidak diremehkan lagi!"
"Baiklah kalau begitu, kau akan kulatih dengan keras. Jangan mati ya?"
Aku melihat banyak sekali pertarungan yang dipenuhi oleh cairan merah, dan banyak sekali tubuh manusia yang hancur, ada juga yang beberapa bagian tubuhnya hilang.
Aku menelan ludahku, siapa laki-laki jubah merah itu? Kuat sekali dia...
Aku pun dibawa ke sebuah tempat, sebuah hutan dimana ada tiga orang dengan tubuh yang dipenuhi oleh luka, dua diantaranya bahkan kehilangan satu tangan mereka.
Ah, aku mengenali si jubah merah itu! Aku merasa senang saat melihat lelaki itu.
Sepanjang mimpi yang aku alami selama ini, aku selalu melihat bagian ini, bagian yang menurutku amat kubenci.
"Hah... Tidak mudah... Menundukkan makhluk... Sekuat dirimu...”
"Si-Sialan..."
Lelaki jubah merah yang kusukai itu, perutnya ditusuk hingga menembus ke punggungnya.
Aku sedikit bergidik ngeri, aku tidak bisa membayangkan kalau aku ada di posisi lelaki jubah merah itu.
Tak lama, aku dibawa ke sebuah alam, alam yang sepenuhnya berwarna hitam sepenuhnya.
Dimana ini? Aku melihat ke sekitar dengan bingung. Daerah ini pertama kali muncul dalam mimpiku, sejak mimpi yang sama muncul tahun lalu.
"Hati-hati, jangan terlalu tergesa-gesa, kau bisa gagal kali ini..."
Ah, si jubah merah! Aku senang bisa melihat jubah merah itu, bahkan tubuhnya terlihat baik-baik saja, seperti sebelum ia melawan orang bermata merah.
"Baik guru..."
Wah, laki-laki itu adalah muridnya? Pasti dia sangat hebat, batinku saat melihatnya.
Kedua laki-laki itu berbincang sebentar sebelum lelaki jubah merah menghilang dan aku pun ikut berpindah.
Kali ini, tidak ada kelanjutannya, aku mulai merasakan tubuhku lagi, yang terbaring di atas kasur yang cukup empuk bagiku.
Aku bangun perlahan dan melihat ke jendela kamarku. Cahaya pagi masuk melalui jendela kamarku yang tertutup tirai berwarna biru.
"Sudah pagi..." Aku mengucek mataku lalu menguap.
Pintu kamarku dibuka dan orang yang membuka pintu kamarku adalah ibuku.
"Langit, kau sudah bangun? Kalau sudah, bergabunglah dengan kami di ruang makan..." Ibuku berkata sambil melongok ke kamarku melalui pintu kamarku yang dibuka sedikit.
"Baik bu..." Aku mengangguk dengan mata yang masih sedikit tertutup.
Ibuku hanya tersenyum kecil melihatku, membuatku memaksa mataku agar terbuka sepenuhnya.
Ibuku menutup pintuku lagi dan meninggalkanku sendirian di kamarku.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh ibuku tadi, namaku adalah Langit, lengkapnya adalah Langit Satria.
Usiaku baru tujuh tahun, dan pagi ini adalah hari ketujuhku di kelas dua SD.
Sebagai anak kecil, aku seharusnya dibangunkan oleh orang tuaku saat pagi, tetapi aku berbeda dari yang lainnya.
Aku jadi terbiasa bangun pagi karena mimpiku yang cukup aneh, menurutku.
Aku tidak paham kenapa aku diberikan mimpi seperti itu oleh tuhan? Apakah bayangan fantasi?
Seharusnya tidak, aku tidak terlalu bermain permainan yang berbau fantasi, tetapi aku kurang tahu juga permainan seperti itu.
Aku dijanjikan ponsel oleh orang tuaku jika aku berhasil meraih ranking tiga besar, tetapi hal itu sedikit mustahil karena aku tidak terlalu suka belajar.
Aku suka berkhayal, tetapi berkhayal sesuatu yang aneh, seperti bertarung atau mencoba meniru adegan di film yang pernah kutonton bersama ayahku.
Seharusnya itu juga tidak mempengaruhi, karena teknik-teknik di film itu mustahil untuk ditiru oleh anak tujuh tahun sepertiku, jadi aku tidak terlalu memikirkannya.
Yah, aku memang sering melupakan mimpi itu setelah lima hingga sepuluh menit aku bangun dari tidurku.
Aku bangun dan membuka jendela lalu merapikan tempat tidurku. Setelah itu aku berjalan ke kamar mandi yang ada di dekat kamarku setelah mengambil seragam sekolahku.
Aku membersihkan diri, mulai dari sekujur tubuhku hingga isi mulutku, aku membersihkannya dengan sedikit pelan.
Itu karena aku baru bangun, jadi aku tidak terlalu fokus saat membersihkan diri.
"Tuh kan, aku langsung lupa mimpiku tadi..." Aku menggaruk kepalaku sambil menggigit sikat gigiku.
Aku berniat menceritakan mimpiku tadi, tetapi aku selalu lupa saat berusaha mengingatnya, jadi aku tidak bisa menceritakannya pada keluargaku.
Yah, meskipun aku menceritakannya, pasti keluargaku tidak akan percaya semudah itu. Mereka pasti berkata,
"Ah, paling hanya khayalanmu saja..."
"Itu hanya mimpi, jangan dibawa serius..."
"Mimpi hanyalah bunga tidur, itu semua hanyalah hiburan agar tidurmu santai..."
Selesai mandi, aku berjalan ke ruang makan, ruang yang menjadi satu dengan dapur tempat ibuku sering memasak untuk kami sekeluarga.
"Langit, kau baru datang. Tadi ibu membuat roti panggang, lo..." Kakakku yang berusia tiga tahun lebih tua dariku berkata, "Kau jadi tidak bisa merasakan roti panggang yang baru diangkat dari teflon.."
"Eh, benarkah?" Aku sedikit menyayangkan hal itu, "Padahal aku suka roti panggang yang hangat..."
"Sudahlah, mari kita makan dulu..." Ibuku datang dan membawa sepiring roti panggang, yang aromanya tercium seperti baru diangkat dari teflon.
"Eh? Katanya sudah tadi, tapi kok ada lagi?" Kakakku bertanya dengan nada penasaran.
"Karena ini adalah pagi, kalian pasti memerlukan energi lebih untuk menjalani hari." Jawab ibuku.
"Ibu kalian memang baik, tahu saja kalau ayah akan lembur hari ini..." Ayahku berkata sambil mengambil dua roti panggang sekaligus dan menggigitnya perlahan, "Panas..."
"Itu karena baru naik dari teflon, jadi jelas kalau panas..." Ibuku duduk dan menatap ayahku datar.
Aku tertawa kecil mendengar itu. Aku memang sering memakan roti yang masih panas, jadi mulutku sudah terbiasa akan panas.
Biar begitu, makan sup yang baru selesai dimasak jelas akan membuat mulutku kepanasan, hehehe...
"Selamat makan!" Kakakku menangkupkan kedua tangannya lalu mengambil dua roti.
"Bukankah Kak Bintang sudah makan tadi? Kenapa mengambil lagi?" Aku menaikkan alisku.
"Hei, aku hari ini ada olahraga berat pagi, jadi aku perlu energi lebih darimu..." Kakakku berkata, "Lagipula, yang menaiki sepeda adalah aku, bukan kau..."
Aku menggaruk kepalaku sambil terkekeh kecil. Sarapan berlalu seperti biasa sebelum akhirnya suara raungan keras terdengar hingga rumahku.
ROOOOAAARRR!
DRRTTTT!
Dinding rumahku bergetar saat suara raungan itu terdengar, bahkan salah satu foto yang terpajang di ruang tamu rumahku saja terjatuh saking kerasnya getaran yang terjadi.
"Apa yang terjadi?!" Aku berteriak keras sambil memeluk ayahku ketakutan.
Hal ini... Pernah muncul di mimpiku, sesuatu yang membuat si jubah hitam, si ahli ilusi, kalah...
Catatan Penulis:
Yo, Rio disini.
Ini adalah novel ketiga ane, yang ane rilis karena novel ini sudah sejak lama menunggu giliran rilis sejak lama, saat novel Moving World In Strange Ways mencapai konfliknya. (Biar gk nganggur lama di dasar NT ane...)
Ide novel ini muncul saat manga terkenal yang menceritakan tentang perjuangan manusia melawan raksasa tamat, dan saya ingin mencoba membuat cerita yang hampir mirip dengan cerita itu.
Bukan itu aja sih, abisnya ane baca manhwa tentang Hunter, ane jadi pengen buat novel semacam itu, jadi terwujudlah novel ini!
Ini adalah pembukanya, ane harap bisa menghibur para pembaca semua...
Sebagai pembuka, ane rilis empat chapter lagi biar pas lima chapter!
Oh ya, ini adalah pertama kalinya ane pake sudut pandang orang pertama, jadi kalau ada kesalahan, semacam Aku ini terlalu banyak tahu seperti sudut pandang orang ketiga, mohon maafkan dan minta sedikit koreksi. (Yahh, setahun lebih ane pake sudut pandang orang ketiga mulu sih, jadi kebiasaan pake penilaian ane sendiri, bukan berdasarkan MC...)
Itu aja deh, sampai jumpa next chapter!
Salam,
Rio Andriana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
مردم عادی
Menaikkan alisnya? Bukannya menaikkan alisku atau gak menaikkan sebelah alisku ya thor yg bener?
2022-12-31
1
Egaega
Mana enak makan pakai roti, kalo dikasih nasi akan kupikirkan lagi
2022-07-30
0
Bebas merdeka
siippp
2022-05-22
0