Kakekku meletakkan dua botol air dan satu kaleng minuman di atas meja lalu duduk di sofa.
"Kakek, sekarang kita akan kemana?" Tanyaku. Sudah cukup beberapa hari ini aku dan Senja diminta diam saja oleh kakekku.
"Kita tidak akan kemana-mana, kita akan berdiam lagi disini, kakek akan mencoba menghubungi kota terdekat..." Kakekku berdiri lagi dan berjalan menuju sebuah telepon, "Kakek harap telepon ini masih berfungsi..."
Kakekku mengangkat telepon dan menekan beberapa angka acak, yang kuketahui adalah nomor, entah itu nomor orang ataupun nomor sebuah organisasi.
Setelah beberapa lama menekan tombol angka sambil sesekali mengingat, kakekku berdiri dengan telepon yang menempel di telinga kanannya.
Beberapa detik kakekku diam begitu sebelum ia kembali menekan tombol angka, mengulangi yang sebelumnya ia lakukan.
Aku dan Senja diam saja, kami bisa saja memakai ponselnya Christo, tetapi siapa yang akan kita hubungi? Tidak ada yang kami kenal selain keluarga kami, teman-teman kami, kakekku, dan Christo tentunya, dan pastinya semua orang itu sudah tewas kecuali kakekku
"Langit, Senja, apakah kalian mau mengikuti kakek menuju kota sebelah?" Tanya kakekku setelah ia meletakkan telepon.
"Apakah ada respon?" Tanya Senja yang dijawab dengan gelengan.
"Kakek tidak tahu, apakah kota sebelah masih berdiri atau tidak, tetapi yang pasti, tidak ada yang menjawab, dan RedWhite juga tidak menjawab, jadi hanya itulah satu-satunya pilihan kita..." Kakekku berjalan mendekati jaketnya kemudian memakainya, "Kita harus keluar dari kota ini..."
Aku menghembuskan napas, memang hanya itulah satu-satunya pilihan terbaik yang ada yang bisa kami pilih. Menunggu lebih lama kurasa hanya akan memberikan waktu bagi Monster untuk menemukan kami dan membunuh kami.
Selama ini, kami menunggu dengan harapan bahwa bantuan akana datang, tetapi sepertinya bantuan itu tidak datang.
Tapi tunggu sebentar, apa maksud dari tindakan Christo beberapa hari lalu? Memotret Monster rank SS yang akan ia hadapi? Apa tujuannya?
Sebelum kakekku datang, kami sempat menerima pesan bahwa red apalah itu akan datang, membantu Christo menghadapi Monster itu. Tetapi mana bantuannya?
"Persiapkan diri kalian, kita akan keluar kota saat ini juga..." Kakekku mengambil Katananya dan meletakkannya di pinggangnya, "Bawa perlengkapan yang penting saja..."
Kami pun mempersiapkan segalanya, semuanya yang penting dalam perjalanan kali ini.
Senja memasukkan semua perlengkapan berkebun yang kami curi dari rumah yang kita tinggali dulu, tetapi kakekku mengeluarkan perlengkapan itu dan berkata, "Jangan bawa itu semua, sudah ada Pedang Api Hitam yang akan mengurus Monster, bawa saja..."
Kakekku membantu kami mempersiapkan bekal perjalanan, mulai dari pakaian, makanan, dan minuman.
Untuk pakaian, selama beberapa hari kami berkeliling kota, kami mengambil beberapa pakaian khusus untuk anak-anak dari beberapa rumah kosong, beberapa pakaian untuk orang dewasa juga diambil oleh kakekku, katanya untuknya sendiri dan untukku juga.
Makanan akan kami cari selama perjalanan, begitu juga dengan minuman. Tetapi kami tetap mempersiapkan persediaan di kota ini dengan mengambil beberapa roti tawar dan beberapa kripik.
Untuk minumannya kakekku menyarankan hanya membawa air putih saja, agar lebih mudah mencarinya.
Karena menurut perkiraan kakekku perjalanan kali ini akan berlangsung lama, tas yang dipakai Senja dan yang kutemukan kurasa tidak akan cukup, jadi nanti kami akan mencari tas lagi di rumah kosong.
"Sudah siap?" Tanya kakekku sambil memegang sarung pedangnya, gaya biasanya ketika berkeliling kota, "Mari kita berangkat..."
***
"Kemana perginya para Monster?" Frans menggaruk kepalanya, merasa bingung dengan situasi di kota itu.
"Kalau mereka kabur, seharusnya kita bisa menemukan mereka dalam perjalanan..." Putra mengetuk dagunya.
Semua orang menyetujui perkataan Putra, termasuk Frans. Hanya satu orang yang tidak menyetujuinya.
"Tidakkah kalian berpikir, kalau Hunter yang ada di kota ini sudah membersihkannya?" Tanya seorang perempuan muda, yang terlihat seperti berusia tujuh hingga delapan tahun.
"Dimana buktinya? Pikirkan, tidak ada bekas-bekas pertarungan di kota ini, kecuali mereka kabur..." Frans terdiam. Ia melihat sesuatu di depannya.
"Lihat? Itu saja sudah cukup untuk menunjukkan kalau Hunter di kota ini sudah berusaha melawan..." Perempuan muda itu menunjuk ke depannya. Ia kemudian diam.
Di depan pasukan kecil itu, terlihat tubuh Monster tanpa kepala dengan darah berwarna biru yang menggenang.
"Terlihat baru, ini seperti baru dibunuh tadi pagi, mustahil kalau beberapa hari lalu Monster ini dibunuh..." Putra memeriksa tubuh itu, "Dan luka penggalannya amat rapi, seperti mengingatkan kita pada seseorang..."
"Mungkinkah Christo?" Tanya perempuan itu, "Sepertinya para Monster sudah pergi, yang kita temui di perjalanan sepertinya adalah yang kabur."
"Hanya itu yang masuk akal, ayo kita lanjut..." Frans mengangkat tombaknya dan menunjuk ke depan, berjalan maju diikuti oleh pasukannya.
Semakin jauh mereka berjalan, semakin banyak tubuh Monster tanpa kepala yang berserakan, bahkan ada yang hanya tersisa potongan daging tanpa bentuk saja.
Penampilan itu cukup membuat pasukan kecil itu bergidik ngeri, termasuk Frans yang sudah terbiasa membunuh Monster sekalipun.
"Siapa yang bisa melakukannya?" Frans mengelus dagunya, "Kurasa Christo tidak akan bisa melakukannya..."
Perempuan muda tadi mengangkat senjatanya yang berupa senapan kemudian membidik ke depan, "Ada yang datang..."
Dari kejauhan, terlihat bayangan tiga orang yang mendekat, salah satunya yang paling tinggi membuat pasukan kecil itu menyadari ada yang datang.
Frans mempersiapkan tombaknya, "Bersiaplah, siapa tahu mereka adalah *******..."
Bukan rahasia lagi kalau setiap kota yang hancur bisa dijadikan markas sebuah kelompok penjahat, termasuk ******* sekalipun.
Ada berita di luar sana yang mengatakan kalau sebuah kota besar yang hancur karena serangan Monster berubah menjadi markas organisasi ******* terbesar di dunia, yang masih berulah hingga sekarang.
Ketiganya terus mendekat hingga akhirnya sosok yang paling tinggi menunjukkan dirinya.
"Siapa kau?" Tanya Frans sambil mengangkat tombaknya, bersiap menyerang jika yang ditanyai memberikan jawaban yang tak memuaskan.
"Aku hanyalah orang yang selamat, dua anak ini adalah cucu-cucuku..." Orang itu mengangkat tangannya dan menangkupkan kedua tangannya, "Biarkan kami lewat..."
"Mana bisa kami percaya semudah itu, apalagi setelah aku melihat kau membawa pedang di pinggangmu, kami tidak percaya..." Frans memasang kuda-kudanya, "Siapa kau?!"
"Aku hanyalah orang yang selamat, tidak lebih..." Orang itu mengangkat kedua tangannya, "Aku menyerah!"
Salah satu dari dua anak kecil yang dibawa orang itu sedikit kebingungan, sementara satunya tenang, menatap ke satu arah, ke arah perempuan muda.
"Kalau kau adalah orang yang selamat, kenapa kau membawa pedang dan memakai topeng?" Tanya Frans lagi, tanpa menurunkan tombaknya.
"Karena aku adalah mantan Hunter dari RedWhite dan aku datang kemari karena ingin berkunjung..." Ujar orang itu lalu berjalan mendekat, "Jadi, apakah kau akan membiarkanku lewat?"
"Kau adalah mantan Hunter RedWhite? Aku tidak ingat pernah ada Hunter dengan topeng di RedWhite..." Frans membungkuk sedikit dan berkata lagi, "Kau kucurigai sebagai *******..."
Frans maju dan menusukkan tombaknya ke arah kepala orang itu, tetapi orang itu mampu bergerak cepat menahan tombak itu.
Orang itu menarik pedangnya dan menahan ujung tombak itu yang mengenai sedikit topengnya dengan pedangnya dan sebelah tangannya yang memakai sarung tangan besi.
Melihat pedang yang ditarik orang itu, Frans sedikit tidak percaya, apalagi saat melihat wajah dibalik topeng yang berhasil ia belah hanya dengan satu tusukan saja.
"Kakek... Bintang?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Putrakelana
kakek bintang dilangit senja
2023-09-24
0
John Singgih
kakek bintang bertemu dengan juniornya di red white
2022-03-01
1
nabawi ahmad
good job thor
2022-01-24
1