Aku berjalan dengan tenang, tetapi hatiku merasa tidak nyaman, karena ini adalah pertama kalinya aku berjalan keluar rumah tanpa keluargaku.
Yah, meskipun aku sering melakukannya saat akan pergi ke taman di dekat rumahku untuk bermain dengan temanku, tetapi ini adalah pertama kalinya aku pergi, tanpa memberitahu keluargaku.
Ditambah situasinya masih kacau begini, aku sedikit mengharapkan ada orang yang lebih tua yang selamat dari getaran besar tadi.
Aku masih tidak paham, apakah getaran tadi bisa dibilang gempa atau tidak. Tetapi aku tidak tahu yang mana benar dan yang mana salah, karena saat ini aku masih kecil.
Aku sebenarnya memiliki pikiran lain tentang penyebab getaran itu. Yaitu serangan Monster.
Berita di televisi bisa dibilang didominasi oleh Monster dan Hunter, dua kubu yang selalu bermusuhan.
Aku tidak terlalu paham alasannya kenapa Monster dan Hunter bisa bermusuhan, karena berita di televisi selalu menayangkan tentang Hunter yang bertarung melawan Monster.
Tentang Hunter, ayahku pernah bercerita kalau ia adalah mantan Hunter, ia pensiun saat ibuku melahirkan kakakku sepuluh tahun lalu.
Sebagai hitungan sederhana dari anak usia tujuh tahun yang membuat hitungan ini setelah mengingat usia ayahnya, ayahnya saat ini berusia tiga puluh lima tahun.
Jadi, menurutku, ayahku pensiun saat berusia dua puluh lima tahun. Yah, ini sebenarnya bukan informasi penting juga sih...
Ayahku juga pernah bercerita kalau beberapa Hunter memiliki kekuatan yang besar, yang katanya mampu menghadapi banyak Monster berkekuatan besar.
Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak, tetapi yang pasti aku tidak ingin menjadi Hunter karena aku tidak memiliki tubuh yang kuat, hanya tubuh yang lembek.
Kakakku memiliki mimpi menjadi Hunter rank SS, Hunter yang kukatakan sebelumnya bisa melawan banyak Monster berkekuatan besar. Tetapi mimpinya berakhir tadi...
Tadi apa ya? Sekarang sudah siang atau sore sebenarnya?
Aku berhenti saat melihat seorang perempuan yang duduk di ayunan seorang diri.
Pakaian perempuan itu amatlah lusuh, aku menebak kalau ia bernasib sama denganku.
"Pakaiannya sama denganku, mungkinkah dia berniat berangkat ke sekolah?" Gumamku, mencoba mencerna situasi seorang diri.
Tak lama, tatapan kami berdua bertemu dan perempuan itu ternyata habis menangis.
Kesimpulan itu kuambil setelah melihat tatapan matanya yang serasa kosong, tidak menatap apapun, meskipun wajahnya menghadap ke arahku.
Aku berjalan dengan tegap dan mendekati perempuan itu sambil menggaruk kepalaku.
Canggung, hanya itu yang bisa kurasakan setelah mendekati perempuan itu dan berdiri di hadapannya.
"Apakah kau lapar?" Tanyaku.
Perempuan itu diam saja, jadi aku tidak tahu apa jawabannya.
Aku menaikkan alisku, aku merasakan sesuatu di pergelangan tangan kiriku.
Aku mengangkat tangan kiriku dan melihat apa yang ada di pergelangan tanganku.
"Ini... Ini jam!" Aku berteriak, entah kenapa hari ini aku banyak berteriak setelah lolos dari kematian.
Perempuan itu terkejut dan ia berniat lari, tetapi aku menahannya dan menyuruhnya duduk di ayunan itu lagi.
"Duduk!"
Perempuan itu tertegun saat melihatku berteriak kepadanya, membuatku merasa sedikit bersalah.
"Ee, maafkan aku, aku telah mengalami hal yang mengerikan..." Aku melepaskan tangannya dan duduk di atas tanah, di hadapannya.
Perempuan itu menaikkan alisnya sebelum ia berkata, "Kota ini diserang Monster..."
"Eh? Darimana kau tahu?" Aku tidak tahu apakah perempuan ini berbohong atau tidak, tetapi untuk saat ini aku harus menerima berbagai informasi yang berharga, sekalipun itu dari maling sandal sekalipun.
"Kedua orang tuaku adalah Hunter, tadi keduanya pergi meninggalkanku di taman ini saat mengantarkanku ke sekolah, dan aku sudah melihat banyak hal yang mengerikan..." Perempuan itu menutup wajahnya rapat, membuatku mempercayai semua omongannya.
"Sudah berapa lama kau disini?" Tanyaku.
"Sejak pagi tadi dan sampai sore ini, aku belum makan..." Jawab perempuan itu lalu ia menambahkan, "Namaku adalah Senja, siapa tahu kau memerlukannya..."
Aku menggaruk kepalaku, bagaimana bisa aku melupakan hal sepenting itu?
"Namaku Langit, salam kenal ya..." Aku mengulurkan tanganku dan Senja menyambut tanganku.
"Karena kau dan aku sama-sama lapar, bagaimana kalau kita berkunjung ke sebuah tempat yang mungkin menyediakan makanan?" Usulku. Senja mengangguk.
Aku menarik tangan Senja dan berjalan menjauhi taman itu, pergi ke suatu tempat yang mungkin menyediakan apa yang kami inginkan.
***
"Aku ditinggalkan di taman ini selagi dua orang tuaku mengambil senjata mereka di rumah kami, seterusnya aku tidak tahu nasib keduanya..."
Aku menunduk, setidaknya aku memahami rasanya kehilangan karena aku sudah merasakannya.
"Saat aku duduk di ayunan itu, banyak orang berlarian tanpa arah dengan panik, membuatku ikut panik dan ingin berlari juga, tetapi aku mengingat pesan kedua orang tuaku..."
"Jangan panik saat melihat kepanikan, panik hanya akan memperburuk suasana. Tenanglah dan cobalah mencari tahu apa yang terjadi..."
"Itukah pesan kedua orang tuamu?" Aku menggigit roti besar yang kupegang.
"Benar..."
Saat ini, kami berada di sebuah toko kecil yang kebetulan memiliki persediaan barang yang cukup banyak di dekat taman tadi.
Kami mengambil masing-masing satu roti sambil berkali-kali meminta maaf pada toko yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Yah, kami sebenarnya terpaksa mengambil langkah mencuri karena kami tidak memiliki uang, sebagai tambahan, tidak ada yang melihat, hehehe...
"Lalu? Apa yang terjadi selama kepanikan itu?" Tanyaku lagi lalu melipat bungkusan roti dan memasukkannya ke dalam seragam sekolahku.
Senja bercerita lagi, sementara aku membersihkan seragamku yang mustahil kubersihkan hanya dengan tangan saja.
Karena aku tidak membawa tas, hanya membawa diri yang memakai seragam sekolah yang kotor, aku terpaksa memasukkan rotiku ke dalam seragamku.
Yaa, aku tadi sebenarnya berniat kembali ke rumahku, mencari tasku diantara reruntuhan rumahku, tetapi aku mengurungkan niatku saat memikirkan orang yang kubawa. Tambahan, aku tidak tahu dimana tasku mungkin berada, hehehe...
Aku tidak memakai sepatu awalnya, baru tadi di toko ini saja aku mengambil sepasang sandal sebagai alas kakiku untuk sementara.
"Emm, Langit..." Senja memanggilku sambil melipat rotinya lalu memasukkannya ke dalam tasnya, "Masukkan rotimu disini..."
Ia mengulurkan tasnya, aku menaikkan alisku, hampir saja aku ingin bertanya darimana ia mendapatkan tas itu, tetapi aku tersenyum tipis dan memasukkan rotiku ke dalam tasnya.
Senja memakai seragam sekolah lengkap, dari atas hingga bawah, seragamnya amat lengkap dan ia juga memakai sepatu.
Tetapi sepatunya dan seragamnya sudah kotor, aku sudah mendengar kisahnya tadi saat kami beristirahat sambil memakan roti.
Setelah ia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, ia melihat kepanikan dan ia berencana berlari mengikuti kepanikan itu, tetapi ia mengurungkan niatnya dan memilih bersembunyi di semak-semak. Ia mengatakan kalau itulah yang membuat seragamnya kotor, jadi aku paham sekarang.
Senja melihat serangan Monster, yang memakan manusia yang dilihatnya. Kalau tidak dilihatnya, maka ia tidak akan memakannya.
Senja mengatakan kalau ia amat bersyukur karena keberuntungannya, tidak dimakan oleh Monster pemakan manusia itu, karena ia memiliki mimpi yang ingin ia capai.
"Oh ya, Senja..." Aku membuka kancing nomor dua dari atas seragamku, menampilkan kaos tipis yang kupakai sebelum seragamku, "Apa mimpimu yang ingin kau capai?"
"Mimpi, ya?" Senja memejamkan matanya sambil menghembuskan napasnya, "Mimpiku menjadi Hunter, seperti dua orang tuaku..."
"Bukan Hunter biasa yang tidak mampu melindungi kota ini, tetapi Hunter yang bisa melawan banyak Monster kuat seorang diri..." Senja mengepalkan tangannya.
Aku yang mendengarnya hanya bisa menundukkan kepalaku, mungkinkah mimpiku sudah bisa kutentukan mulai sekarang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
༼ 𝕐𝕆𝕌 𝕄𝔸𝔻 𝔹ℝ𝕆‽ ༽
besok dia bertemu bocah perempuan yg bernama malam. 🤣
2023-02-21
0
Harman LokeST
bukan mimpi tapi kenyataan
2022-06-26
0
Bebas merdeka
okkkk
2022-05-22
0