Angin berhembus, menerpa wajahku yang sedikit berkeringat, membuat wajahku terasa sedikit sejuk.
Kami berdua kini berada di sebuah rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya saat kepanikan tadi yang disebutkan oleh Senja tadi.
Senja sudah masuk rumah itu sejak sore tadi, setelah kami berbincang di toko kecil yang mungkin lebih cocok kusebut warung.
Ia mengatakan akan melihat-lihat situasi rumah itu sebelum memutuskan apakah bisa dipakai untuk beristirahat atau tidak. Aku sebenarnya ingin ikut, tetapi Senja tidak ingin diantar jadi aku memilih diam di luar rumah saja.
Aku duduk sambil memeluk lututku, aku benar-benar bersyukur bisa selamat dari pohon itu. Aku mengelus pelan kakiku sambil bergumam, "Untung saja aku selamat..."
"Langit, rumahnya aman kita tinggali!" Suara Senja terdengar dan aku berdiri dengan cepat sambil meregangkan punggungku.
"Ya, baiklah!"
***
"Pertama setelah kita menemukan tempat tinggal yang bisa kita jadikan tempat istirahat, selanjutnya kita memerlukan makanan dan pakaian..." Aku berkata sambil memakan roti tadi sore.
Malam telah tiba dan setelah kami bersih-bersih dengan malas, kami pun makan... Makan roti yang tadi kami ambil tanpa izin dari warung tadi.
"Itu adalah tiga kebutuhan utama, kan? Itu memang harus kita cari..." Senja mengangguk, "Tapi dimana kita harus mencari makanan dan pakaian? Minuman juga?"
Aku diam mendengarnya, aku sebenarnya berani saja kembali ke warung tadi untuk mencari makanan dan minuman kemudian kembali, tetapi sepanjang perjalanan, mungkin aku akan menemukan beberapa Monster yang berkeliaran.
Tadi saja, saat kami akan ke rumah ini, kami dikejar-kejar oleh Monster kecil yang terlihat kelaparan. Untung saja fisik kami berdua sedikit lebih kuat dari Monster kecil itu, jadi kami bisa kabur dan bersembunyi di sebuah tong sampah, sempit-sempitan berdua di dalam tempat kotor itu.
"Tentang pakaian, yang kita pakai sekarang amat bau karena kita masuk tong sampah tadi itu, kan?" Senja menutup mulutnya dengan wajah yang jijik saat memikirkan hal itu.
Aku mencium lengan seragamku dan mengernyitkan keningku saat mencium aroma tak sedap di seragamku.
Senja tertawa kecil melihat tingkahku, membuatku sedikit senang.
"Mungkin, aku sudah memutuskan akan menjadi apa selanjutnya..." Aku menyandarkan punggungku di sandaran kursi makan, "Aku akan mengikuti jejak ayahku..."
"Menjadi Hunter?" Tanya Senja dan aku mengangguk.
"Tetapi aku perlu latihan keras, tubuhku saat ini tidak memungkinkan untuk memegang senjata berat semacam yang dimiliki Hunter lainnya..." Aku menaikkan bahuku.
Suara perut berbunyi terdengar dan membuat kami berdua ingin tertawa, tetapi kami menahan tawa kami karena sadar kalau kita berada dalam situasi yang berbahaya.
"Langit, antarkan aku mandi..." Senja berkata dengan wajah malu.
"Hah?" Aku mengorek telingaku, aku yakin dengan pendengaranku kalau Senja ingin aku mengantarnya mandi.
"Aku ingin mandi, kau juga mandi..." Senja berkata lalu berdiri dan meletakkan tasnya, "Setelah itu kita bisa menyusun apa saja yang bisa kita lakukan selanjutnya."
"Ah, benar..." Aku mengangguk dan berdiri sambil melepas seragamku, "Ayo, kita periksa rumah ini lebih jauh..."
***
"Untuk apa kita mencari senter?" Senja bertanya dengan alis terangkat.
"Agar kita hemat listrik, aku tahu kalau setiap rumah setidaknya memakai listrik yang tidak sedikit, jadi aku ingin menghematnya dengan bantuan senter dan beberapa benda yang membantu kita bertahan hidup..." Jawabku sambil mengaduk-aduk sebuah laci, "Disini tidak ada..."
"Sudah jelas tidak akan ketemu, kau mencarinya di laci buku catatan, jadi kau tidak akan menemukannya..." Senja menepuk dahinya.
Aku berdiri dan mengambil beberapa baterai di laci itu, "Sepertinya kita bisa hidup beberapa hari dengan baterai ini..."
Senja melihat baterai itu dan mengangguk, "Bisa jadi, aku tidak tahu berapa lama baterai bisa bertahan..."
"Tentu saja kau tidak tahu, aku saja juga tidak tahu sebenarnya." Aku menggaruk kepalaku dan memasukkan baterai itu ke dalam saku celanaku, "Kita cari lagi..."
"Kalau kita mencari senter dulu, kapan aku mandinya? Ataukah kau takut pada rumah ini?" Tanya Senja sambil menatapku dengan tatapan menyelidiki.
"Aneh-aneh saja kau, aku mencari senter agar kita tidak ketahuan..." Aku berjalan ke depan sebuah ruangan, "Bagaimana kalau kita memeriksa ruangan ini?"
"Boleh..." Senja mengangguk dan kami berdua masuk ke ruangan itu setelah kubuka pintunya.
Ruangan itu bisa disebut kamar dengan keberadaan kasur yang cukup besar, pas untuk tempat tidur dua orang dewasa bagiku, dan satu lemari yang kutebak adalah lemari pakaian.
"Senja, kau periksa lemari itu, cari sepasang pakaian tebal untuk kita berdua, dan beberapa pakaian ganti. Kita memerlukan itu untuk sekarang..." Aku menunjuk lemari itu dan aku berjalan ke sebuah meja di dekat tempat tidur, "Aku akan mencari senter disini..."
Yang kuminta mengangguk dan mencari benda yang kuinginkan, begitu juga denganku yang masih berkutat mencari senter.
"Emm, Langit..." Senja mendekatiku sambil menyerahkan dua handuk, "Apakah kau memerlukan ini?"
"Boleh, kalau kau mau, kita bisa saja berbagi satu handuk, tetapi aku yakin kalau kau tidak akan mau..." Jawabku sambil melirik dua handuk yang ditunjukkan Senja.
"Kenapa kau mengatakan itu?" Senja menaikkan alisnya, bingung dengan jawabanku.
"Hemat..." Aku berdiri dan mengambil satu senter besar serta satu senter kecil dari dalam laci, "Kita tidak akan bisa bertahan hidup jika melalui hari kita seperti biasa. Kita harus tahu kalau saat ini berbeda dari hari kita biasanya..."
Senja tertegun dan ia menunduk, membuatku merasa sedikit bingung melihatnya.
"Ada apa? Apakah aku salah?" Tanyaku sambil menyentuh kedua pundak Senja, "Kuharap aku tidak membuatmu sedih..."
"Tidak, hanya saja kau terasa lebih dewasa saat ini, jadi sepertinya aku akan bersamamu hingga bantuan datang..." Jawab Senja lalu menyerahkan satu handuk dan satunya lagi ia sampirkan di pundaknya, "Kita harus mandi, hari sudah mulai gelap..."
Aku mengangguk dan berjalan mendekati lemari dan memeriksa lemari itu, mengambil satu pakaian yang amat besar dan berjalan keluar kamar itu sambil menarik tangan Senja yang sudah siap dengan keperluannya.
***
"Langit, apakah kau masih disana?" Senja yang sedang mandi bertanya dari dalam kamar mandi.
Aku menggaruk kepalaku dan menjawab, "Masih!"
Setidaknya, Senja sudah bertanya hal yang sama sebanyak lima kali dan ia sudah menerima jawaban yang sama sebanyak lima kali pula.
Aku menguap sambil melihat jam tanganku yang melingkar di pergelangan tanganku.
Aku kurang bisa membaca jam, tetapi percayalah kalau aku tahu beberapa macam waktu, seperti jam tujuh pagi, jam delapan malam, ataupun jam lima sore, hal semacam itu aku tahu sih...
Kalau jarum panjang di angka enam dan jarum pendek di angka dua belas, maka aku akan memilih melompat dari atas tempat tidur dan mendarat dengan sebelah kaki dibandingkan harus membaca jam itu di usia tujuh tahun.
"Aku tidak tahu akan bertahan sampai kapan kami berdua bertahan dengan benda yang sedikit ini..." Aku bergumam sambil membenamkan kepalaku di handuk yang kulingkarkan di leherku hingga menjadi seperti syal yang sering muncul di film tentang musim dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Harman LokeST
untungnya ada baterai 🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋🔋
2022-06-26
0
Kang_Wah_Yoe
👍👍👍
2022-03-19
0
DNK • SLOTH SINN
next
2022-03-09
0