Christo mengeluarkan tiga kotak yang isinya tak kuketahui lalu memasukkan ketiganya ke dalam pemanas dan bergabung dengan kami di sebuah meja.
"Jadi, sembari menunggu makanan hangat jadi, kita akan bercerita sedikit..." Christo meletakkan kedua tangannya di atas meja, "Bagaimana ceritanya kota Surabaya hancur hanya dalam waktu singkat?"
"Amat singkat paman, hanya dalam hitungan jam kota ini hancur..." Aku menaikkan bahuku, "Dan paman ingin mendengar kisah lengkapnya? Tanya Senja saja..."
Christo menatap Senja, "Jadi namamu Senja, ya? Aku ingin mendengar detail cerita hancurnya kota Surabaya ini darimu yang mungkin telah melihat kehancurannya langsung."
Senja mulai bercerita, sementara aku memperhatikan penampilan Christo lebih seksama.
Menurutku, penampilan Christo benar-benar mencerminkan kalau ia adalah Hunter rank S, ia setidaknya kuperkirakan memiliki kemampuan yang amat hebat saat melihatnya bisa menyusul kami yang berlari duluan. Itu wajar saja sih karena dia lebih tua dari kami...
Ia membawa dua benda di punggungnya, yang mungkin adalah senjatanya. Dan satu lagi, aku sebenarnya memikirkan ini sejak tadi...
"Paman, kenapa paman dipanggil Si Gigi Hitam?" Tanyaku sambil menunjuk punggungku sendiri, "Dan apa yang paman bawa di punggung paman?"
Christo menggenggam gagang benda yang ia bawa di punggungnya lalu menariknya.
"Aku dipanggil Si Gigi Hitam karena senjata yang kumiliki..." Christo mengangkat senjatanya tinggi-tinggi lalu ia mengarahkannya ke leherku, "Senjata ini kusebut Golok Gigi Hitam lo..."
Christo menarik goloknya lagi lalu meletakkannya di atas meja, "Jika aku menekan tombol ini, maka akan keluar seperti ini..."
Christo menunjukkan salah satu tombol dari dua tombol yang ada di perbatasan antara besi golok itu dan gagangnya dan menekannya.
Gigi-gigi tajam berwarna hitam keluar dari bagian tengahnya dan memanjang hingga melewati sisi tajam golok itu.
"Jika aku menekannya lagi, maka gigi-gigi ini akan tersimpan kembali, dan jika aku menekan tombol ini..." Christo menekan tombol tadi lagi lalu mengangkatnya, "Perhatikan baik-baik..."
Christo berdiri dan mengarahkan ujung goloknya ke depan, "Jika kutekan tombol ini, maka golok ini akan menghasilkan panas..."
Ia menekan tombolnya dan tiba-tiba, sisi tajam goloknya berubah warna menjadi merah menyala, bahkan ada asap yang keluar dari besi yang terlihat terbakar itu.
"Golok Gigi Hitam terbuat dari logam Flaming yang banyak ditemukan di luar negeri. Logam semacam ini banyak ditemukan di..." Christo menyimpan lagi goloknya, "Kurasa tidak akan ada gunanya bercerita pada kalian karena kalian berdua masihlah kecil..."
Rasanya, aku ingin mencekik paman sombong ini dan memberitahunya kalau aku tidak bisa disebut anak kecil...
Tapi tunggu dulu, bukankah aku memang anak kecil? Darimana aku mendapatkan pikiran kalau aku bukanlah anak kecil?
"Nah, makanannya sudah jadi..." Christo berjalan mendekati pemanas makanan yang ada di toko itu lalu mengeluarkan tiga makanan yang ia panaskan tadi, "Mari kita makan dulu..."
Ia menyajikan makanan itu di hadapan kami dan saat aromanya sudah tercium, perutku rasanya menjerit meminta agar makanan itu dimasukkan ke perutku.
"Aku yakin kalian pasti belum makan makanan yang hangat sejak kemarin, jadi aku memberikan makanan ini pada kalian..." Ia memberikan dua sendok, "Makan saja, anggap saja dunia sudah menjadi milik kita sendiri..."
Senja tidak mengatakan apapun sejak tadi dan ia mengambil satu sendok dan memakan bagiannya dengan lahap.
Aku tersenyum tipis dan aku ikut makan dalam diam sambil sesekali melirik Christo yang makan dengan tenang.
***
Karena perut kami sudah terisi makanan hangat dan rasa lapar kami sudah hilang, kami memutuskan untuk meminta bantuan pada Christo untuk mencari organisasi Hunter di kota ini.
Tapi sebelum itu, kami mengisi persediaan makanan dan minuman di toko itu dengan mengambil berbagai barang dan menyimpannya di tas Senja.
Christo yang melihatnya hanya bisa menghembuskan napas, mungkin dia tidak tahu harus berkata apa lagi...
Setelah selesai dengan urusan kami, Christo menuntun kami ke organisasi Hunter yang sebelumnya ia sebut organisasi Hunter SuraBaya.
"Seingatku, di kota ini dulunya ada seorang Hunter rank S, julukannya adalah Si Cakar Merah. Tapi kudengar dia pensiun..." Christo mengelus dagunya.
"Siapa namanya?" Tanyaku. Kalau ada Hunter sekuat itu disini, kenapa Surabaya bisa hancur?
"Hmm, namanya adalah..." Christo berpikir keras, "Ah, namanya adalah Joko Taru..."
Rasanya, jantungku seperti hancur saat mendengar nama itu...
Joko Taru adalah nama ayahku, yang kukatakan telah pensiun sepuluh tahun lalu.
"Ia tidak menceritakan kalau ia adalah Hunter rank S..." Tanpa sadar, aku bergumam sendiri.
"Hah? Apa maksudmu ia? Apakah kau kenal dengannya?" Christo mendengar gumamanku dan langsung saja, aku sedikit terkejut.
"Ee, tidak, aku tidak mengatakan sesuatu..." Aku menggelengkan kepalaku.
"Jangan bohong, aku tahu kalau kau sebelumnya mengatakan ia saat aku bercerita tentang Si Cakar Merah..." Christo berhenti dan kami pun ikut berhenti.
"Ceritakan apa yang terjadi padanya, sampai ia tidak bisa melindungi Surabaya?" Christo berbalik dan dari tatapannya, ia serius dengan pertanyaannya tadi.
Aku mengepalkan tanganku, pada akhirnya aku tidak bisa menyembunyikan identitas ayahku di hadapan Hunter yang setara atau bahkan lebih kuat dari ayahku.
"Joko Taru adalah ayahku, ia pensiun lima tahun lalu saat kakakku lahir, hanya itu yang kuketahui..." Aku menunduk.
"Apakah kau tahu, kalau ayahmu adalah sosok yang kuat?" Tanya Christo dan dari cara bicaranya, ia terdengar seperti berusaha menenangkanku.
"Apa maksud paman?"
"Joko Taru Si Cakar Merah adalah sosok yang kuat, ia disebutkan setara dengan sepuluh Hunter rank A. Ia memiliki cakar yang kuat di kedua tangannya dan ia amat lincah, seperti ayam..."
"Sebab itulah, julukan lain ayahmu adalah Si Ayam Merah..."
"Apakah kekuatan ayah hanya begitu saja?" Tanyaku dengan kepala masih menunduk.
"Tidak, ia bisa mengalahkan dua Monster yang setara dengan Hunter rank S seorang diri, ia juga bisa melawan beruang hutan hanya dengan fisiknya saja, dan masih banyak lagi..."
"Tapi aku harus tahu, kemana dia sampai dia tidak melindungi Surabaya?" Christo kembali menatapku.
"Dia... Dia mati saat berniat membantu keluargaku kabur..." Aku meneteskan air mata, "Aku tidak tahu kalau ia adalah sosok sekuat itu..."
Christo menunduk dan ia terlihat sedikit marah, tetapi ia tidak menunjukkannya ke hadapanku.
"Kuharap kau salah, mari kita berjalan lagi..." Christo mengangkat wajahnya dan berjalan lagi sambil menarik kedua tangan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
John Singgih
sedih dan kesal saat tahu si cakar merah telah tewas
2022-02-28
1
nabawi ahmad
alur lumayan bagus
2022-01-23
3