Senja meletakkan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan semua isi tasnya.
Berhubungan ia mengatakan akan berangkat sekolah tadi pagi saat getaran-, tidak, lebih tepatnya adalah serangan Monster terjadi, isi tasnya adalah buku pelajaran, yang menurutku sama tebalnya dengan buku pelajaranku yang tertinggal di rumah.
"Jadi, apakah kau berniat meninggalkan semua bukumu disini?" Tanyaku sambil mengambil satu buku pelajaran dan membukanya.
Senja mengangguk dan ia menekan tasnya yang sudah kosong sambil berkata, "Mau kubawa pun, sekolahku pasti sudah hancur saat serangan tadi..."
Iya juga sih, kenapa aku tidak terpikirkan sampai sana?
"Mungkin saja, kau ingin belajar dalam situasi seperti ini, sebab itulah aku bertanya..." Aku tertawa kecil sambil mengambil senter dan menyorotkannya ke dalam tas Senja, "Tapi itu tidak mungkin, ya?"
Hari sudah malam saat ini, kamu baru saja selesai mandi dan mengganti pakaian kami menjadi pakaian yang lebih bersih dan besar tentunya. Jika kalian bertanya darimana kami mendapatkan pakaian bersih, maka aku bisa mengatakan kami mendapatkan pakaian bersih dari lemari pakaian rumah yang kami tempati saat ini.
Malam amat dingin, apalagi kami tidak menyalakan lampu agar tidak dicari oleh Monster buas pemakan manusia. Kami tidak ingin mati setelah berhasil selamat selama beberapa jam.
Karena itulah, satu-satunya penerangan yang kami miliki hanyalah dua senter yang berbeda besarnya, satu senter kecil yang dibawa Senja dan satu senter besar yang kubawa sebagai jaga-jaga jika seandainya senter kecil yang dibawa Senja rusak.
"Makan dulu..." Aku mengambil satu bungkus roti yang ada di atas meja lalu membukanya dan memakannya.
Senja melakukan hal yang sama sambil sesekali melihat wajahku, yang aku sendiri tidak tahu apakah wajahku menarik atau tidak bagi para perempuan.
"Aku baru tahu kalau tatapan matamu saat santai ataupun tegang itu sama seperti mata elang..." Ujar Senja setelah melihat lama wajahku.
"Kenapa kau mengatakan itu?" Aku bertanya dengan mulut yang berisi roti, membuat Senja memasang wajah kesal.
"Yaa, tatapan matamu terasa seperti elang, tajam saat memperhatikan sesuatu, sebab itulah aku bisa mengatakannya seperti itu..." Senja hanya memakan separuh rotinya dan menyimpan semua roti yang berjumlah empat bungkus utuh dan satu bungkus yang berisi separuh rotinya dan menutup kembali tasnya.
Menurutku, Senja mulai bisa mengikuti caraku bertahan hidup, dengan cara menghemat berbagai makanan yang ada serta mengurangi penggunaan benda yang boros baterai.
Benda yang memakai baterai yang kami miliki hanyalah dua senter saja, aku berencana menjelajahi rumah ini besok pagi, saat cahaya matahari menerangi bumi. Kalau malamnya kulakukan, aku tidak bisa melihat apa-apa sih...
"Jadi, apakah kita hanya akan duduk saja disini, menunggu hari esok?" Tanya Senja setelah ia selesai merapikan isi tasnya.
"Yaa, kita mau pergi kemana juga? Kalaupun pergi, paling kita hanya akan sampai warung itu saja, tidak lebih..." Aku mengelus dagunya, "Tapi kalau kita mencoba pergi ke organisasi Hunter di kota ini, mungkin kita bisa menemukan senjata kita bertahan hidup..."
"Kau berkata begitu seolah paham saja cara kerja senjata api itu..."
"Memangnya kau tahu cara pakai senjata api yang biasa dipakai para Hunter?"
"Tentu saja tidak, tapi aku tahu jenis-jenis senjata api yang dipakai..."
Senja menaikkan dua jarinya, "Senjata api yang kumaksud dibedakan menjadi dua, yang berat dan yang ringan..."
"Aku yakin yang berat pasti memiliki ukuran besar..." Aku mengelus daguku, ayahku pernah bercerita seperti ini saat kakakku yang katanya ingin menjadi Hunter rank SS menceritakannya padanya.
Menurut ayahku, senjata api memiliki berbagai jenisnya, tetapi yang utama jelas versi biasa-biasa dan versi terbaik.
Versi biasa-biasa, emm, lebih baik kita sebut versi sederhana saja...
Versi sederhana biasanya dipakai oleh Hunter rendahan dan harganya cukup murah. Kekuatannya juga tidak seberapa dan tingkat panas api yang diciptakannya biasanya tidak terlalu tinggi. Versi sederhana juga dibuat dengan logam sederhana, jadi jika sudah dipakai menyerang beberapa kali, maka senjata itu akan hancur.
Versi terbaik dimiliki oleh Hunter rank tinggi dan para Hunter rendahan yang memiliki banyak uang. Kekuatannya amat hebat dan tingkat panas api yang diciptakan amat tinggi, disebutkan bisa melebihi panas lava di gunung berapi sekalipun. Versi terbaik dibuat dari logam yang amat kuat. Aku lupa namanya, tapi saat mendengarnya, aku bisa merasakan kalau logam itu amatlah kuat.
Karena keistimewaannya itu, versi terbaik kadang memiliki nama tersendiri dan yang memilikinya ditakdirkan untuk menjadi Hunter hebat...
Senja menjelaskan dengan singkat dan aku yakin kalau ia tidak terlalu paham dengan senjata api itu.
"Jadi, jika aku menjelaskan saja tidak paham, maka seharusnya kau bisa menebak seberapa sulit memakai senjata api, kan?" Senja menatapku datar.
"Apakah kau meremehkan anak Hunter? Kusarankan jangan..." Aku mengangkat jempolku dan memasang wajah bangga, "Aku ta-..."
Aku diam saat mencoba mengingat cara memakai senjata api. Ayahku dulu pernah menjelaskannya sedikit, karena katanya, menjelaskan perlahan hanya akan membuat senjata apinya memiliki tingkat panas yang tidak terkira. Resiko terburuknya, senjata api bisa meledak.
Biarpun begitu, semua senjata api sebenarnya memiliki fungsi mengatur panas, jadi hal semacam itu terjadi pada senjata api generasi awal saja.
"Ta apa?" Senja tersenyum penuh kemenangan, "Kau tak tahu?"
"Iya, hehehe..." Aku menggaruk kepalaku.
Itu wajar saja sih, ayahku menjelaskannya saat aku masih berusia enam tahun, saat otakku masih tidak terlalu berkembang dan sulit menerima hal yang tidak dipahami. Penjelasan tentang senjata api saja kuketahui dari ayahku baru-baru ini.
"Aku sama..."
Dengan wajah tidak berdosanya, Senja berkata singkat dan maknanya itu amatlah dalam.
"Ya sudah..." Aku menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku dan berkata, "Ini baru jam... Delapan malam, bisa apa kita sekarang?"
"Seandainya sekarang tidak seperti ini, maka aku akan mengajakmu duduk di halaman rumah sambil bercerita santai, tetapi sepertinya itu mustahil kita lakukan..." Senja tertawa kecil lalu berdiri dan memakai tasnya, "Kita ke kamar saja, rebahan..."
Aku menghembuskan napas panjang dan berdiri sambil membawa senter, "Karena kita tidak ada kerjaan, hanya itulah yang bisa kita lakukan sekarang, rebahan..."
***
Di sebuah hutan, seorang kakek berjalan menjauhi rumahnya sambil berkata pelan, "Keluargaku sepertinya dalam bahaya..."
Kakek itu mengambil sesuatu yang panjang melengkung, yang diselimuti oleh sesuatu berwarna hitam.
"Apakah era kekuasaan Monster telah mencapai puncaknya?" Kakek itu menghembuskan napasnya saat ia berjalan menjauhi rumahnya.
Tak lama, ia merasakan kehadiran sosok yang lebih lemah darinya dan ia langsung menarik senjatanya yang kini ia pegang.
"Meskipun sudah pensiun dan menjauh dari kehidupan pembunuhan, para musuh pun sesekali datang menyapa ya?" Kakek itu tersenyum tipis lalu berlari menjauhi rumahnya dengan senjata yang berkilauan di bawah sinar bulan.
"Pedang Api Hitam, lindungi aku dari semua kekacauan ini..." Gumam kakek itu sambil mempercepat larinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Putrakelana
umur segitu belum ada nafsu
2023-09-24
0
rere
ehem inget umur lho ya
2022-10-07
0
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2022-06-26
0