Meskipun baru jam delapan malam, malam ini kurasakan seperti jam dua belas malam, saking lamanya waktu berjalan.
Bayangkan saja, dari pagi hingga sore, aku pingsan tertimpa... Ranting pohon besar di halaman belakang rumahku, lalu bertemu dengan Senja di sebuah taman, seorang diri sambil bermain ayunan, hingga kami bercerita di sebuah warung yang ditinggalkan.
Semua itu terjadi hanya dalam sehari, banyak hal sudah terjadi dalam sehari ini.
"Banyak yang terjadi..." Aku duduk di atas kasur besar yang rapi bersama Senja yang sudah tidur di sebelahku.
Yaa, aku terpaksa mengambil langkah ini meskipun aku sebenarnya tidak ingin tidur bersama orang lain, apalagi orang itu baru kukenal hari ini, aku bisa dimasukkan ke penjara oleh orang yang salah paham dan tak tahu umurku sekarang.
"Apa yang harus kulakukan? Mencari bantuan? Kemana?" Aku mulai berpikir, apa yang bisa dilakukan oleh anak usia tujuh tahun di situasi seperti ini? Selain menangis dan minta tolong?
Tetapi entah kenapa, aku malahan tenang, bahkan sampai membantu seseorang. Padahal masih tujuh tahun, TUJUH TAHUN...
Apa yang membuatku bisa seperti ini? Itu masih menjadi pertanyaan besar dalam pikiranku...
Cahaya bulan masuk ke kamar besar itu melalui jendela kamar dan aku menatap jendela yang tertutup tirai berwarna merah itu dengan tatapan sedikit sedih.
"Aku berharap ada yang bisa menemukan kami berdua..." Gumamku sebelum merebahkan diri dan memejamkan mataku lalu tidur.
***
Esok paginya...
Aku bangun setelah merasakan cahaya matahari yang terik menerpa mataku dan aku bangun perlahan sambil mengucek mataku. Aku melirik ke sebelahku, ke tempat Senja sebelumnya tidur.
Senja sudah tidak ada, kemana dia?
Di sebelahku tidak ada siapapun, dan juga, tempat tidur kami kacau sekali!
Aku melompat dari tempat tidur dan bergerak keluar kamar tanpa merapikan tempat tidur. Aku harus memastikan keselamatan orang yang kuselamatkan kemarin.
Aku keluar dari kamar dan berkeliling, menghabiskan tenaga hanya untuk mengetahui kalau orang yang kucari sedang duduk di dekat jendela sambil mengelus lembut seekor kucing.
"Ee..." Aku sedikit kesal melihatnya, baru bangun bergerak cepat mencari orang, eh yang dicari malah duduk santai bersama kucing. Tapi tunggu dulu...
"Wah, kucingnya imut sekali!" Aku sedikit gemas saat melihat kucing itu, dan aku langsung mendekati kucing itu dan mengangkatnya, "Gemuk juga dia..."
"Kau perhatikan lebih baik, dia itu sebenarnya kurus..." Senja berdiri dan menyerahkan sepotong roti pada kucing itu, "Karena kau baru bangun dan mungkin saja lapar, kau bisa mengatakan kalau dia gemuk..."
"Eh, masa?" Aku menurunkan kucing itu lalu menadahkan tanganku, "Bagianku?"
"Ada di tasku, ambil saja sendiri. Aku sudah siap pergi ke tempat tujuan kita semalam..." Senja berjongkok dan menunggu kucing itu selesai makan, "Cepat sedikit, hari sudah siang..."
Aku diam saja dan melakukan apa yang disuruhnya. Aku berjalan ke dapur dan mencari rotiku.
Saat sudah dapat, aku tidak memakan roti sambil duduk, tetapi sambil berjalan menuju gudang yang ada jauh di belakang, di dekat kamar mandi tempatnya dan Senja mandi semalam.
"Aku harap aku bisa menemukan sesuatu yang bisa dipakai untuk melawan Monster..." Gumamku sambil membuka gudang itu.
Entah apa yang dipikirkan mantan pemilik rumah ini, gudangnya tidak dikunci, tetapi kuncinya masih terpasang di lubang kuncinya.
Pintu gudang kubuka dan ruangan itu terlihat amat gelap. Aku mencari saklar lampu dan menyalakan lampu agar isi ruangan itu bisa kulihat dengan baik.
"Uh, ini gudang atau kamar? Rapi sekali..." Aku menggaruk kepalaku dan mencari sesuatu, yang aku sendiri tidak tahu apa yang harus kucari.
"Senjata, ya?" Aku tersenyum tipis memikirkan diriku yang bertarung.
Tubuh kecil serta lemah seperti ini, berusaha memakai senjata yang kupikir berat, sepertinya itu aneh, aku hanya bisa menghela napas memikirkan itu saja.
Pandanganku masih menyusuri gudang itu sambil sesekali menggigit roti bagianku semalam.
Saking rapinya, aku sampai tidak tahu dimana senjata sederhana di rumah ini disimpan, hingga akhirnya aku melihat rak yang dipenuhi oleh benda-benda tajam.
Aku mendekati rak itu dan melihat berbagai benda tajam, yang melintas di pikiranku saat melihat benda-benda itu adalah...
"Mungkinkah alat membersihkan halaman?"
Aku mengambil satu benda yang memiliki ukuran panjang dan di ujungnya terdapat cakar-cakar seperti garpu, mungkin namanya garpu taman, batinku.
"Ugh, berat..." Aku menjatuhkan garpu taman itu dan aku melihat sebuah tombol di tempat garpu taman itu tadi diletakkan.
"Apa ini?" Aku yang penasaran dengan tombol itu menekannya dan rak itu terbagi dua kemudian menunjukkan sebuah senjata yang terlihat lemah di mataku.
"To-Tongkat?!"
Aku meraih tongkat itu dan memeriksanya, "Tidak, tongkat ini pasti bukan senjata biasa, melainkan senjata yang lebih kuat dari benda-benda di rak luar itu..."
Tongkat itu ringan dan saat aku mengayunkannya, tongkat itu lebih ringan lagi dibandingkan saat memegangnya saja.
Tetapi masalahnya, aku melihat beberapa bagian yang retak, membuatku sedikit ragu memakainya.
Ada satu tombol di dekat tangan kananku dan sebuah garis-garis yang berisi angka-angka berjumlah besar.
"Jika aku asal pakai, maka tongkat ini bisa saja hancur dan aku tidak akan bisa kembali ke rumah ini..." Selain memikirkan itu, aku juga memikirkan Senja.
Jika aku gagal melindunginya, maka saat itulah hidupku akan berakhir. Aku tidak ingin hal itu terjadi.
"Tetapi aku tidak ingin mati tanpa perlawanan!" Aku mengepalkan tanganku kuat dan mengambil dua benda lagi dari rak itu kemudian menghabiskan roti bagianku.
Setelah rotiku habis, aku berjalan keluar gudang itu dan mencari Senja yang sudah menunggu di ruang tamu sambil mencoba menyalakan televisi.
"Aku ingin mencari informasi selagi kau sarapan, tapi ternyata sarapanmu cepat juga..." Senja meletakkan remote televisi lagi di tempatnya dan mendekatiku, "Apa saja yang kau bawa itu?"
Aku memberikan tongkat pada Senja sambil berkata, "Ini senjata untukmu membela diri, kau harus memakainya saat ada Monster yang mendekatimu dan berniat memakanmu."
"Bagaimana aku tahu Monster itu ingin memakanku atau tidak?" Tanya Senja, yang membuatku kembali berpikir keras.
"Apa ya? Aku saja tidak tahu, tetapi sesuatu dalam diriku menyuruhku mengatakan itu padamu..." Aku menaikkan bahuku setelah berpikir lama tidak mendapatkan hasil satu pun.
Tapi itu benar, pikiranku memberitahuku agar menyuruh Senja memakai tongkat itu untuk melawan Monster dan uniknya, aku sendiri tidak ada memikirkan itu sejak aku menemukan tongkat itu.
"Lalu kau sendiri? Apakah kau berencana melawan Monster dengan dua sabit itu?" Tanya Senja setelah dia melihat dua sabit yang kubawa di tangan kananku.
"Bagaimana lagi, tidak ada benda kuat yang bisa kuangkat di gudang itu, hanya dua sabit ini saja yang bisa kuangkat bersama tongkat itu..." Aku mengangkat sabitku tinggi-tinggi.
"Itu saja yang bisa kuberikan, jangan sia-siakan tongkat itu..." Aku melirik tas yang dibawa Senja sambil bertanya, "Apakah kau sudah memasukkan semua perlengkapanmu?"
"Belum, aku hanya menunggu apa saja yang harus kita bawa, kan kau yang mengurus semuanya sejak kemarin..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
R
senja laki atau cewe😌
2023-08-29
0
Harman LokeST
ambil itu Senjata
2022-06-26
0
Kang_Wah_Yoe
👍👍
2022-03-19
0