Laras For Dani
Pagi ini Dani bangun dari tidurnya dengan perasaan yang begitu malas. Kenapa? Karena semalam lagi-lagi Mami tercintanya itu menghubungi dia menyuruhnya untuk pulang ke Indonesia. Bukan Dani ingin bersikap durhaka kepada orang tuanya karena terus menolak perintah mereka, tapi mau bagaimana lagi, Dani tidak mau kalau harus meneruskan perusahaaan keluarga. Awalnya memang perusahaan itu juga di handle oleh kakak perempuannya yang bernama Danisa. Tapi sejak memiliki seorang putri 5 tahun yang lalu akhirnya wanita itu memutuskan untuk resign dari kantor dan memutuskan fokus dengan keluaga kecilnya. Tinggal berpindah-pindah mengikuti bisnis sang suami, Dimas . Dengan banyaknya bisnis yang dia miliki, Danisa dan Dimas harus berpindah negara hampir setiap 1 tahun sekali membawa Lala putri kecil mereka. Dan sekarang ini mereka sedang menetap di Perancis.
Karena kakaknya yang sudah resign itulah akhirnya setelah 5 tahun Papinya menyerah untuk mengurus perusahaan sendiri dan sekarang ini sedang meminta bantuan sang Mami untuk membujuknya agar mau kembali ke Indonesia membantu mengurus perusahaan. Karena Papi tau kalau kelemahan Dani adalah Maminya.
Dani beranjak dari tidurnya untuk membuat secangkir kopi hitam kemudian duduk di balkon menikmati batang rokok ysng menyala. Pemandangan dari apartemennya yang berada di lantai 21 ini tmemang selalu bisa memanjakan matanya. Terlebih saat sore menjelang. Meskipun lokasinya tidak dekat dengan pantai tapi cukup membuat sunset di langit terlihat selalu indah untuk di nikmati.
Menyesap kopi hitam yang masih mengepul itu membuat lambung Dani terasa lebih hangat dan aromanya tentu saja membuatnya menjadi sangat rileks.
Seperti pagi sebelumnya, pikirannya kembali menerawang kepada kejadian 10 tahun yang lalu. Entah bagaimana bisa dia dengan mudahnya memberikan hatinya kepada wanita rubah seperti itu. Aaahhh sudahlah, semakin dia memikirkannya membuat suasana hatinya menjadi terasa semakin tidak enak.
Dani beanjak dari balkon memutuskan untuk membuat sarapan, simple saja hanya omelet dengan 2 sosis sebagai tambahan. Baru setelah itu dia akan bersiap untu mandi kare 1 jam lagi dia ada pekerjaan memotret beberapa model untuk majalah fashion musim panas tahun ini.
Bertepatan dengan Dani menyelesaikan sarapannya, ponsel miliknya bergetar.
Ddrrtt... ddrttt... ddrrtt...
Dengan malas Dani mengangkat panggilan di ponselnya.
Terlihat nama 'ROY' dilayar ponselnya.
"Yaa...." Ucap Dani dengan datar seperti biasa.
"Apa kau sudah bangun?" Tanya Roy disebrang telefon. Sebuah pertanyaan yang sangat bodoh menurut Dani.
"Belum." Jawab Dani santai. Kenapa masih bertanya, padahal sudah jelas jika dia mengangkat panggilan telefon ini. Hal ini sudah sangat menjelaskan kalau dia sudah bangun bukan?
"Jangan bercanda Dan, hari sudah semakin siang dan kau ada jadwal memotret untuk sebuah majalah ternama 45 menit lagi. Cepatlah bersiap, aku akan datang ke apartemenmu 10 menit lagi." Ujar Roy kepada Dani.
Dani mendengus kesal, dipikirnya Dani melupakan jadwal penting ini mungkin. Kalau saja Roy bukan manager sekaligus temannya sejak mereka kuliah mungkin sudah dari dulu dia mencari pengganti Roy karena kebawelannya yang hampir menyamai Maminya itu. Ditambah Roy cukup baik dalam mengurus semua jadwal memotretnya. Itu juga salah satu alasan yang membuat Dani mempertahankan laki-laki yang sebulan lalu baru saja di karuniai seorang bayi perempuan itu.
"Hem..." Jawab Dani singkat, setelahnya dia mematikan ponselnya sepihak tanpa memberitahu Roy terlebih dahulu.
Dengan malas Dani pergi ke kamar mandi dengan membawa sebuah handuk di lehernya.
15 menit sudah cukup untuk Dani menyelesaikan acara mandinya itu. Dan ya, begitu Dani keluar dari kamarnya sudah ada Roy yang sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi dan roti panggang.
" Sudah selesai ya?" Tanya Roy kepada Dani. Sebuah pertanyaan yang menurut Dani tidak memerlukan jawaban karena sudah terlihat dengan amat jelas.
Roy yang sudah terbiasa denggan sikap cuek dan dinginnya Dani itu pun biasa saja saat tidak mendapatkan sebuah jawaban atas pertanyaanya kepada Dani. Dengan cepat dia menghabiskan kopi dan rotinya kemudian keluar mengikuti Dani yan sudah menghilang terlebih dahulu di balik pintu.
"Aku lihat suasana hatimu sedang tidak baik, kenapa lagi? Apa Mami Irene masih terus memintamu untuk kembali ke Indonesia?" Tanya Roy begitu dia sampai di mobil yang mana Dani sudah ada di dalamnya.
Dani menghela nafas pelan.
"Begitulah, Mami tidak akan berhenti menerorku sampai dia berhasil membuatku kembali ke Indonesia." Ujar Dani menjawab pertanyaan dari Roy.
"Memang apa salahnya kalau kau melanjutkan bisnis keluarga? Bukankah itu justru membuatmu bisa jauh lebih kaya dari sekarang?" Tanya Roy santai. Karena memang setau Roy perusahaan keluarga Dani bukanlah perusahaan kaleng-kaleng. Perusahaan yang bemain di bidang furniture dan properti itu bahkan sudah merambah ke Asia dan Eropa.
Dani hanya diam mendengar uucapan Roy. Sampai akhirnya..
" Kamu tau sendiri kalau bukan masalah uang yang membuatku tidak ingin kembali menetap lagi di Indonesia." Jawab Dani datar.
Sekarang gantian Roy yang menghela nafasnya berat. Sosok Dani yang terlihat seperti seorang Bad Boy ternyata memiliki sebuah trauma tersendiri kepada seorang wanita. Yang bahkan kejadian itu sudah terjadi hampir lebih dari 10 tahun yang lalu.
Pembicaran mereka terhenti saat setelah mereka sampai di lokasi pemotretan. Dengan gaya cool seperti biasa Dani duduk di kursinya seraya menikmati secangkir kopi yang sudah di siapkan untuknya, sedangkan para staf bekerja menyiapkan peralatan untuk pemotretan.
Dari sekian banyaknya model cantik yang pernah menjadi objek fotonya, tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatiannya. Sikap yang Dani lakukan hanyalah sebatas profesionalitas semata.
Namun ada 1 model yang berani mendekatinya yaitu Clara Laurencia. Wanita 27 tahun yang juga berasal dari Inonesia itu begitu gencar mendekati Dani meskipun laki-laki itu terus bersikap taacuh kepadanya.
Dan untuk pemotretan kali ini pun Clara menjadi salah satu modelnya. Denga ceria dia duduk di samping Dani.
"Good morning Dani." Ujar Clara menyapa Dani.
"Morning." Jawab Dani seraya melirik Clara sekilas, perhatiannya kembali dia fokuskan kepada ponselnya.
Tidak patah semangat, Clara terus mencoba mengajak Dani untuk mengobrol. Tapi tetap tidak mendapat tanggapan berarti dari laki-laki berwajah dingin itu.
Sampai akhirnya karena sudah terlalu jengah mendengar suara Clara yang membuat telinganya sakit. Dani menatap kearah Clara dengan datar. Tapi bukannya berhenti berbicara, wanita itu justru terus berbicara dengan wajahnya yang merona karena merasa jika Dani tengah memperhatikannya.
"Bisakah kamu diam? Dan siapa namamu? Whatever karena aku tidak peduli, tapi kamu membuatku menjadi tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaanku." Ujar Dani dengan nada datar. Dan itu berhasil membuat Clara langsung terdiam setelah mendengarnya.
.
.
.
Heyy aku datang lagi dengan cerita baru...😊
Jangan lupa buat terus kasih kritik dan sarannya ya🤗😁
*Terima kasih**🙏💕*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Nendah Nurjanah
penasaran dengan kisah mama Daddynya bang Cio jadi baca nih
2023-05-28
0
Asma Susanty
baru mulai baca
2022-10-26
0
мєσωzα
kena mental gak tuh? 😀🤣
2022-10-03
0