Pagi-pagi Dani sudah bangun dari tidurnya. Seperti yang sudah di katakan, hari ini Dani mulai bekerja di Kantor milik keluarganya.
Rasanya Dani ingin sekali menghilang sekarang. Apa menariknya bekerja hanya duduk bersama tumpukan kertas yang menggunung? Sungguh rasanya tidak menarik sama sekali.
Untuk pertama kalinya Dani menggunakan setelan jas formal. Eittss, tapi rambutnya masih dia biarkan panjang saat ini, Dani terlalu malas untuk pergi ke salon.
Dengan langkah santainya, Dani turun ke meja makan. Terlihat semua orang sudah berkumpul di sana.
"Anak Mami yang paling ganteng sekarang mulai kerja di kantor nih. " Ujar Mami Irene menggoda Dani. Tapi tetap saja itu tidak berpengaruh kepada ekspresi wajah Dani yang selalu datar. Dia juga tidak menjawab ucapan dari Maminya itu.
Dani duduk di samping Mami Irene.
" Kamu nanti mau berangkat ikut Papi atau mau bawa mobil sendiri Dan? " Tanya Papi Adi kepada Dani.
"Bawa mobil sendiri aja Pi." Jawab Dani singkat.
"Emang kamu tau jalan ke kantor dek? " Tanya Danisa seraya mengejek Dani.
"Taulah, jalanan di Jakarta aku juga masih hafal semua Kak, jangan di kira lama tinggal di Canberra terus jadi lupa jalan." Jawab Dani.
"Udah ngobrolnya nanti lagi habisin dulu makanannya. Kamu mau sarapan apa sayang? " Tanya Mami Irene kepada Dani.
Mata Dani menyusuri hidangan di meja. Hanya ada roti panggang dan nasi goreng. Menu sarapan yang selalu ada di meja makan keluarganya. Tidak lupa juga jus dan secangkir kopi untuk para laki-laki di rumah ini.
"Roti aja Mi. " Jawab Dani.
Sebenarnya bisa saja Dani mengambil sendiri, tapi Mami Irene memang selalu mengambilkan untuknya. Seperti yang Mami Irene lakukan untuk Papinya.
Sembari menunggu Mami Irene menyiapkan sarapannya, Dani mengambil cangkir berisikan kopi yang ada di depannya.
Saat pertama kali menyesapnya, dahi Dani langsung berkerut begitu merasakan kopi ini.
"Ini siapa yang buat kopi? " Tanya Dani kepada Mami Irene.
"Ya embak biasa, memang siapa lagi." Jawab Mami Irene. "Kenapa emangnya? enggak enak Dan?" Tanya Mami Irene.
"Enak kok." Jawab Dani singkat.
Memang rasa kopi ini enak, bahkan sangat enak. Dani rasanya tidak percaya kalau kopi ini buatan salah satu asisten rumah tangganya.
Setelah menghabiskan sarapannya, semua orang bersiap untuk berangkat bekerja. Kecuali tentu saja Mami Irene.
"Laras ayo kita berangkat sekarang...." Ujar Danisa memanggil pengasuh baru putrinya.
" Iya Kak." Tidak menunggu lama Laras menghampiri mereka. Terlihat Laras yang menggendong Tas bergambar Princess Aurora milik Lala.
Tidak ada yang menyadari kalau sejak Laras datang menghampiri mereka ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Ya, siapa lagi kalau bukan Dani. Dani memperhatikan Laras dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Rasanya Laras sangat tidak cocok untuk menjadi seorang baby sitter. Selain usianya yang masih muda, paras Laras yang imut ini justru terlihat seperti adik dan kakak jika bersandingkan dengan Lala.
Tidak seperti kebanyakan baby sitter keluarga kaya yang selalu menggunakan seragam kemanapun mereka pergi, maka Laras berbeda. Danisa tidak memberikan seragam untuk Laras. Dia membebaskan Laras dalam hal berpakaian asal baju yang dia gunakan sopan.
"Ayo Mbak Laras kita ke mobil duluan." Ujar Lala mengajak Laras keluar. Tapi sebelum pergi tentu saja gadis cantik menyalami satu persatu anggota keluarganya.
"Hati-hati di jalan ya cucu Grandma." Ujar Mami Irene seraya mengecup kedua pipi Lala.
"Sekolah yang pinter ya cucu Grandpa, nanti kalau nilai Lala bagus akan Grandpa belikan hadiah untuk Lala." Ujar Papi Adi yang tidak lupa juga mengecup kedua pipi cucu tunggalnya itu.
Sedangkan Dani? Laki-laki itu mencium dahi Lala seraya menyodorkan selembar uang berwarna merah untuk Lala.
" Ini buat princess uncle biar belajarnya tambah semangat." Ujar Dani kepada Lala.
Tentu saja Lala langsung bahagia, siapa anak kecil yang tidak suka jika di beri uang saku secara cuma-cuma. Terlebih selama ini gadis kecil ini memang tidak pernah di beri uang saku karena tidak boleh jajan sembarangan. Danisa selalu membekali Lala dengan makanan dan cemilan sehat.
"Terimas kasih uncle Dani. Lala sayang uncle." Setelah mengecup kedua pipi Dani sebagai tanda terima kasih, Lala langsung berlari keluar menggandeng tangan Laras sebelum Mommy nya itu mengambil uangnya dan di kembalikan kepada Dani.
"Adek iihh, sudah kakak bilang jangan beri Lala uang. Nanti dia malah jajan sembarangan." Omel Danisa kepada adik bungsunya itu.
Berbeda dengan Danisa yang lebih protectif kepada putrinya, Dimas justru lebih santai. Dia bahkan beberapapa kali pernah membiarkan Lala untuk jajan di pinggir jalan tanpa sepengetahuan istrinya itu. Tapi tetap saja Dimas mencari tempat yang sekiranya lebih higienis di bandingkan yang lain.
"Sekali-kali bikin ponakan seneng Kak, lagian Lala juga pasti bosen kalau makan makanan terlalu sehat yang rasanya hambar begitu. Makan makanan yang mengadung micin sekali-kali juga enggak papa kok." Jawab Dani dengan enteng. Menurut Dani kakaknya ini terlalu berlebihan dalam hal kebersihan dan kesehatan.
Berbeda dengan Danisa yang kesal mendengar jawaban dari adiknya itu, Dimas justru mengulum senyum. Menurutnya apa yang Dani katakan itu memang ada benarnya.
"Kamu ini, lain kali enggak boleh begitu Dani. Nanti kalau Lala jadi kebiasaan jajan yang enggak sehat gimana coba?" Ujar Mami Irene ikut mengomeli Dani.
Ya, wanita di keluarga Persada ini memang kadang terlalu berlebihan kalau sudah mengenai kebersihan dan kesehatan.
"Udah ahh aku berangkat dulu. " Ujar Dani mengakhiri pembicaraan mereka.
Dani pergi keluar meninggalkan anggota keluarganya yang masih duduk di kursi mereka.
Sesampainya di luar, Dani mendapati Lala dan Laras yang sedang bercanda di dekat mobilnya.
"Uncle Dani mau berangkat kerja ya?" Tanya Lala kepada Dani begitu melihat unclenya.
"Iya princess, uncle mau berangkat kerja supaya bisa punya banyak uang. Biar uncle bisa beliin Lala mainan sama jajan." Jawab Dani dengan lembut. Meski begitu tatapan matanya tidak pernah lepas dari Laras yang saat ini terlihat tidak nyaman dengan kehadirannya. Tentu saja Dani tau kalau Laras tidak nyaman dengan adaya dirinya disini. Saat melihatnya tadi Laras bahkan langsung menundukkan kepalanya. Dan sekarang gadis di depannya ini terlihat menyibukkan dirinya dengan berpura-pura megecek barang bawaan di Tas sekolah Lala.
"Kamu kenapa nunduk terus?" Tanya Dani kepada Laras.
Laras tetap menundukkan kepalanya karena merasa jika Dani bukan bertanya kepadanya.
"Laras, saya sedang berbicara sama kamu." Ujar Dani dengan suara datarnya.
Seketika Laras mengangkat kepalanya.
"Saya Mas?" Tanya Laras dengan bingung. Tidak dia sangka Dani akan mengajaknya berbicara.
"Iya, disini yang namanya Laras cuma kamu kan? Kalau saya panggilnya Lala itu berarti saya sedang berbicara dengan ponakan saya." Jawab Dani dengan suara dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Judes amat Mas Dani😅
2022-09-04
0
Sitorus Boltok Nurbaya
pesona Laras sdh mulai buat Bucin🤣🤣
2022-06-23
0
Bambang Setyo
😁😁😁😁ngapain si dani pake negur2 segala...
2022-05-25
1