Seperti yang sudah Mami Irene katakan, keesokan harinya setelah Lala pulang sekolah Laras langsung pergi ke dapur untuk membuat Muffin. Dini sudah membeli bahan-bahan kue yang akan di gunakan Laras.
"Betul kan Ras? Apa masih ada yang kurang? " Tanya Dini kepada Laras. Meskipun dia sudah membeli semua bahan dari catatan yang Laras berikan kepadanya semalam, tapi tetap saja siapa tau masih ada bahan yang tertinggal.
"Eehhmm, sebentar Mbak aku cek dulu. Tapi makasih banyak ya Mbak udah mau aku repotin. " Meskipun ini memang tugas Dini, tapi tidak ada salahnya kan kalau Laras berterimakasih kepadanya.
"Sama-sama Ras, kalau ada yang kurang langsung ngomong aja ya, nanti aku langsung keluar beli. "
"Kayaknya udah semua deh Mbak, sekali lagi makasih loh. " Laras sangat berterima kasih kepada Dini.
"Iya Ras sama-sama, santai aja kali nggak usah terima kasih terus. Ngomong-ngomong aku bisa bantu apa nih? " Ujar Dini menawarkan diri untuk membantu Laras membuat muffin.
"Mbak Dini emang nggak masak? " Tanya Laras kepada Dini. Pasalnya Mami Irene bilang kalau dia akan ada arisan di rumah, jadi apa iya suguhannya hanya muffin? Bukankah seharusnya Mbak Dini sibuk dengan berbagai masakan ya?
"Enggak Ras, tenang aja, Ibu Irene itu pengertian sama kita para pegawainya. Jadi kalau ada acara seperti ini, kita emang nggak pernah masak sendiri. Biasanya Bu Irene pesen makanan catering karena lebih simpel. Paling yang kita kerjain cuma tinggal nyiap-nyiapin aja sama beres-beres setelahnya aja." Ujar Dini menjelaskan kepada Laras.
Laras mengangguk paham, setelah itu di temani Dini Laras memulai pekerjaannya membuat muffin. Dimana Lala? Bocah cantik itu sedang tidur siang. Tadi sepulang sekolah saat perjalanan pulang dia tertidur.
Dini membantu Laras dengan menuangkan adonan kedalam cup dan memanaskan oven karena Laras sendiri tidak tau bagaimana cara menggunakan oven itu. Laras begitu terkejut saat mengetahui kalau oven di sini sangat besar, bahkan langsung muat untuk beberapa loyang. Tidak seperti oven milik Laras yang hanya muat 2 loyang per panggangan. Itu pun Laras masih menggunakan oven kompor.
Jika biasanya membuat 50 cup muffin bisa memakan waktu lebih dari 4 jam karena kapasitas oven yang tidak memadai, makan sekarang Laras hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk menyelesaikannya. Tapi tentu saja ini semua tidak lepas dari bantuan Dini.
"Arisan nya mulai jam berapa Mbak? " Tanya Laras kepada Dini, sejak tadi Laras berniat untuk bertanya tapi dia selalu lupa.
"Jam 5 sih kata Bu Irene. " Jawab Dini.
Laras melihat kearah jam, masih pukul 3 sore. Dan Laras merasa lega karena sudah menyelesaikannya.
"Cateringnya belum dateng Mbak? " Laras bertanya kepada Dini. Ini sudah semakin sore dan makanan belum ada tanda-tanda akan segera sampai.
Setelah menyelesaikan muffin nya, Laras juga membantu Dini untuk menata alat makan dan yang lainnya.
"Belum, katanya sih jam 4 nanti. Bentar lagi kok. " Jawab Dini.
"Mbak Laras.... " Lala berjalan menghampiri Laras yang sedang mengelap alat makan.
"Lohh, Lala udah bangun? Gimana boboknya, nyenyak? " Tanya Laras begitu melihat kedatangan Lala. Laras langsung meletakkan sendok garpu yang sedang di lap dan berjalan mendekati Lala.
"Lala baru aja bangun. " Jawab Lala.
"Mau minum? " Tanya Laras kepada bocah cantik itu. Terlihat wajahnya sudah lebih segar di bandingkan tadi siang.
Lala menganggukkan kepalanya tanda iya.
"Mbak Dini lagi apa? " Tanya Lala saat melihat Dini sedang menata muffin di sebuah piring tingkat yang terlihat cantik.
"Mbak Dini lagi natain muffin La. " Jawab Dini seraya tersenyum.
" Muffin? Pasti Mbak Laras yang bikin ya? " Ujar Lala menebak.
"Kok Lala tau sih? " Tanya Dini kepada Lala.
"Tau dong, Lala gitu. " Ujar Lala seraya tertawa kecil.
"Lala tau karena aku pernah buatin buat dia sama kak Danisa Mbak. " Ujar Laras menyambung obrolan seraya memberikan segelas air minum untuk Lala.
"Oalahh, pantesan aja Lala tau siapa yang buat."
"Habis ini mandi yuk, udah sore soalnya. Ini badan Lala udah bau acem nih. " Ujar Laras kepada Lala.
"Tapi Lala mau muffin nya 1 dulu. Abis itu baru mandi, ya Mbak Laras. " Ujar Lala dengan wajah lucu.
"Baiklah, abis itu kita langsung mandi ya. " Ujar Laras seraya memberikan 1 cup muffin untuk Lala.
"Ihhh enak banget tau. " Lala memakan muffin dengan ekpresi yang begitu menggemaskan seolah ini adalah makanan terenak yang sedang Lala makan.
"Masak sih, enggak ahhh cuma enak doang enggak sampai yang banget. " Ujar Laras seraya tertawa kecil.
"Iihh Mbak Laras enggak percaya sama Lala. Makanya Masak Laras cobain dulu, biar bisa rasain enaknya. Mbak Laras kan belum makan. " Jawab Lala.
Setelah menghabiskan 1 cup muffin, sesuai janjinya Lala langsung pergi untuk mandi. Tentu saja dengan di bantu Laras karena bocah cantik itu belum bisa mandi sendiri. Kalau pun mandi sendiri tetap harus ada orang yang mengawasinya agar Lala mandi dengan bersih.
"Mbak Dini, aku ke atas dulu ya buat mandiin Lala. Nanti kalau masih sempet aku turun lagi bantuin. " Ujar Laras kepada Dini.
Sebenarnya Laras tidak harus membantu di dapur, karena ada banyak pegawai lain yang membantunya.
"Oke Ras. "
Sesampainya di kamar Lala, bocah cantik itu pergi ke tempat penyimpanan mainannya untuk mengambil beberapa mainan sebagai teman mandinya nanti. Ya, seperti anak kecil pada umumnya, Lala juga senang mandi jika sambil bermain. Dan Laras tidak keberatan akan hal itu.
"Gosok gigi dulu La. " Ujar Laras mengingatkan.
Lala langsung menuruti ucapan Laras.
Seperti yang kalian pikirkan, memandikan anak kecil itu terkadang memang tidak mudah. Sekarang ini baju Laras sudah agak basah karena Lala mengajaknya untuk bermain air. Tidak apa-apa, toh Laras bisa langsung mandi karena ini memang sudah sore.
"Udah yuk La, nanti badannya keriput kalau kelamaan main airnya. " Ujar Laras kepada Lala. Sudah lebih dari setengah jam Lala bermain air. Untung saja Lala memang tipe anak yang penurut, jadi saat Laras mengatakannya gadis cantik itu langsung menurut.
Laras langsung mengangkat Lala dari bath up. Membalur perut Lala dengan minyak telon agar lebih hangat sebelum memakaikan bajunya.
Selesai menyisir rambut Lala, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Muncullah sosok Dani dengan rambut dan jambang yang sudah di potong lebih rapi dari sebelumnya.
Seketika ini membuat Laras terpaku selama beberapa detik saat menatap Dani.
"Haii Princess... " Panggilan Dani kepada Lala itu seketika menyadarkan Laras dari ke terpukauannya akan ketampanan Dani yang baru ini.
Bagaimana bisa Dani berubah menjadi sosok yang begitu tampan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘😘
2023-09-01
0
susi 2020
😍😍🥰
2023-09-01
0
Sitorus Boltok Nurbaya
ehemmm... ehemmm... pura2 panggil Princess padahal mau ketemu Laras
2022-06-24
0