Di lain tempat ada seorang gadis muda yang sedang membuat brownies pesanan dari beberapa teman dan tetangganya. Gadis itu adalah Laras, gadis berusia 20 tahun. Laras memang sering menerima pesanan berbagai kue dari para tetangga yang biasanya akan mengadakan acara di rumah mereka. Seperti hari ini Laras menerima 8 loyang kue yang harus di selesaikan sore ini.
"Ada yang bisa Ibu bantu nggak Mbak." Ibu Tia datang mendekati Laras yang sedang mengaduk adonan brownies.
Laras tersenyum melihat Ibunya yang baru pulang dari pasar. Ya, orang tua Laras memang bekerja di pasar menjual sayuran dan lauk matang, sedangkan Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu yang membuat berbagai furniture seperti lemari, meja kursi dan banyak lainnya.
"Enggak usah Bu, Ibu istirahat aja. Ini embak juga udah hampir selesai kok, cuma tinggal ngeoven doang." Jawab Laras dengan lembut.
Ya, Ibu Tia pasti capek karena beliau sudah harus memasak berbagai macam masakan dari jam 2 dini hari dan menjualnya di pasar setelah semuanya matang. Ibu Tia akan berangkat ke pasar diantar oleh Ayah Roni setiap jam 5 shubuh sebelum Ayah Laras mengantarkan Dino, adik Laras yang masih kelas 1 SMP itu sekolah sekaligus ke tempat kerjanya. Sedangkan tugas di rumah sebagian besar menjadi tanggung jawab Laras. Ya seperti menyapu, mencuci piring dan mencuci baju menjadi salah satu tugas yang harus Laras lakukan.
"Ya sudah, kalau gitu Ibu ke kamar dulu ya, kalau nanti Ibu ketiduran tolong di bangunin sebelum dzuhur ya Mbak." Ujar Ibu Tia berpesan kepada laras.
Laras menganggukan kepalanya.
"Iya Bu nanti Mbak bangunin sebelun dzuhur." Jawab Laras seraya tersenyum.
Mengenai Laras, sebenarnya semenjak lulus sekolah dari SMA dia bekerja di sebuah toko kue, dan ya dari sanalah dia bisa belajar membuat berbagai macam kue. Namun sayangnya sang pemilik memutuskan untuk pindah keluar kota dan menjual toko kuenya yang ada disini. Yang menurut Laras tentu saja sangat disayangkan karena toko tempat dia bekerja ini sudah memiliki nama di sini. Sebenarnya Laras diajak untuk ikut mereka ke luar kota untuk bekerja di toko roti mereka juga. Namun karena Ibu Tia tidak mengizinkannya, jadilah Sya sekarang masih menjadi seorang pengangguran selama hampir 2 bulan ini. Karena mau bagaimana lagi, untuk mencari pekerjaan bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih Laras hanya memiliki ijazah SMA.
Dan akhirnya tepat sebelum dzuhur Laras sudah menyelesaikan 5 brownies, dan tinggal menunggu 3 lagi yang masih di oven.
...~~~~...
Tepat pukul 3 sore sesuai dengan perjanjian, Laras pergi untuk mengantarkan brownies-brownies pesanan tetangga dan temannya menggunakan sepeda.
Satu persatu Laras antarkan brownies itu kepada pemiliknya. Dan sekarang ini Laras ada di tempat Ririn, dimana ini adalah tempat terakhir untuk Laras mengantarkan brownies.
Tok.. tok.. tok..
" Assalamu'alaikum, Ririn.... " Ujar Laras memanggil temannya sedari SMP itu.
Tidak lama kemudian pintu terbuka, terlihat Ririn sedang mengenakan mukenanya.
" Wa'alaikumsalam Ras... Eehh ayo masuk... Aku mau sholat dulu soalnya. " Ujar Ririn kepada Laras. Tadi saat Ririn mendengar suara Laras, dia memang sudah menggunakan mukenanya untuk bersiap sholat.
" Eehh... ya udah aku tunggu disini. Kamu sholat dulu sana. " Ujar Laras kepada Ririn. Kebetulan sekali Laras juga sedang mendapat halangannya, jadi dia tidak terlalu terburu-buru untuk pulang.
Setelah mempersilahkan Laras masuk, Ririn segera beranjak dari ruang tamu untuk menunaikan sholat.
Sembari menunggu Ririn sholat, Laras memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan yang menderanya.
" Maaf lama ya nunggunya. " Ujar Ririn seraya membawa secangkir teh untuk Laras.
"Nggak papa Rin, santai aja kayak yang sama siapa." Ujar Laras seraya tersenyum. "Eeh tumben Rin rumah kamu sepi, yang lain lagi pada kemana?" Tanya laras kepada Ririn. Pasalnya setiap dia kesini sore biasanya ada Ibu dan Ayahnya Ririn.
Orang tua Ririn adalah seorang guru, Ibunya seorang guru SD sedangkan Ayahnya seorang guru SMA. Dan Ririn adalah anak tunggal mereka. Karena kondisinya yang berkecukupan inilah Ririn bisa kuliah. Tentu saja dengan mengambil jurusan pendidikan sama seperti kedua orang tuanya.
"Itu Ibu sama Ayah lagi pergi kondangan ke acara hajatan temennya." Jawab Ririn. "Oo iya, ini jadinya berapa Ras?" Tanya Ririn kepada Laras.
" 50 ribu Rin, kayak biasa kok belum naik." Jawab Laras.
"Kamu brownies seenak ini tapi jualnya murah banget tau nggak Ras. Ini tuh kalau di jual lebiha dari 70 ribu juga pasti masih cocok harganya." Ujar Ririn kepada Laras. Menurut Ririn brownies buatan Laras tidak kalah dengan kue-kue buatan merek toko terkenal. Itu juga yang membuat Ririn hampir setiap minggunya pasti membeli brownies buatan Laras itu. Bahkan dia merekomendasikan kepada teman-temannya juga.
"Takut aku kalau jual terlalu mahal Rin, nggak papa lah di jual segini asal masih ada untungnya. Lagian kalau nggak terlalu mahal kan biar semua orang bisa terus order, contohnya aja kamu." Jawab Laras seraya tertawa kecil.
Setengah jam di rumah Ririn akhirnya Laras berpamitan untuk pulang karena sudah semakin sore.
"Ya udah aku pulang dulu Rin, udah sore juga soalnya." Ujar Laras kepada Riri.
" Ooo gitu, ya udah salam buat Tante sama Om ya." Ujar Ririn seraya memberikan uang brownies kapada Laras.
" Loh kok 70 ribu Rin, kan harganya cuma 50 ribu." Ujar Laras dengan bingung karena Ririn memberikan uang pecahan berwarna biru dan hijau itu.
"Hehehe... Itu buat kamu aja, itung-itung buat ongkos kirim karena udah di anterin sampe rumah browniesnya." Ujar Ririn kepada Laras.
"Aduh Ras, nggak usah... Lagian aku anternya kan naik sepeda buakn naik motor. Jadi nggak perlu uang bensin." Ujar Laras menolak pemberian Ririn. Dia tidak enak karena setiap megantarkan brownies pesanan Ririn pasti gadis itu akan memberinya uang lebih untuk ongkos kirim. Memang sih rumah Ririn sedikit lebih jauh di bandingkan yang lain, memakan waktu hampir 10 menit jika naik sepeda, itu pun juga harus melewati jalan raya.
"Eeh, rejeki nggak boleh ditolak loh. Kalau kamu enggak mau ya udah kasih ke Dino aja buat dia jajan." Jawab Ririn.
" Makasih ya Rin, kalau gitu aku pamit pulang dulu. Ditunggu pesenannya lagi loh." Ujar Laras seraya tersenyum. Dari dulu Ririn ini memang sangat baik kepadanya, dan Laras janji suatu saat nanti dia akan membalas kebaikan keluarga Laras. Ingat sekali dulu saat Laras harus membayar buku dari sekolah, saat itu orang tuanya sedang tidak memiliki uang. Dan tiba-tiba saja Ririn membayarkan buku itu untuknya, dia bilang itu atas perintah ibunya. Tidak akan Laras lupakan kebaikan mereka.
"Siyapp..." Jawab Ririn seraya tertawa kecil.
"Kalau gitu aku pamit dulu ya, Assalamu'alaikum." Ujar Laras berpamitan kepada Ririn.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan Ras."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
bunda sya emang ke sini y thor
2023-07-17
0
Arindaa
banyakk typo ya guyss
but, it's okee
2022-07-22
0
Bambang Setyo
Laras ini pekerja keras anaknya..
2022-05-25
1