Tepat pukul 5 sore, supir dari Danisa menjemput Laras di rumahnya. Setelah berpamitan kepada orang tua dan adiknya Laras segera menaiki mobil mewah itu.
"Makasih ya Pak sudah mau di repotkan buat jemput saya, dan maaf tadi agak nungggu lama." Ujar Laras kepada sang supir.
"Iya Mbak sama-sama. Ini kan emang udah jadi tugas saya. Ooo iya ngomong-ngomong perkenalkan nama saya Asep supir keluarga Persada." Ujar Pak Asep memperkenalkan dirinya.
Laras terdiam, keluarga Persada? Sepertinya tidak asing nama itu untuk Laras, tapi siapa ya, Laras sendiri saat ini belum mengingatnya.
"Mbakk...." Panggil Pak Asep saat tidak mendengar jawaban dari Laras. Gadis yang saat ini duduk di kursi belakang ini justru terlihat sedang melamun.
"Ooo iya Pak. Nama saya Laras, eehmm saya di minta Kak Danisa buat jadi pengasuhnya Lala." Jawab Laras begitu tersadar dari lamunannya.
"Ooo Mbak Laras, kayaknya masih muda banget Mbak, umur berapa?" Tanya Pak Asep membuka pembicaraan.
" Umur 20 tahun bulan lalu Pak." Jawab Laras. " Kalau Pak Asep sendiri udah berapa lama kerja jadi supir?" Tanya Laras kepada Pak Asep.
" Saya sudah lama Mbak, udah hampir 20 tahun. Dan 15 tahunnya kerja di keluarga Persada. Dari Mbak Danisa masih SMA pokoknya." Jawab Pak Asep menceritakan pengalaman kerjanya.
"Ehhmm, kerja di keluarga Persada itu gimana Pak?" Tanya Laras, mungkin sedikit agak kurang sopan. Tapi Laras juga butuh tau agar nantinya dia bisa tau bagaimana harus bersikap nantinya.
"Hahaha... Mbak Laras pasti udah takut duluan ya. Tenang aja mbak, semua anggota keluarga Persada itu enggak seperti yang terlihat di luar kok. Mereka itu justru baik-baik dan ramah. Kalau enggak baik mana mungkin saya betah kerja disini sampai 15 tahun lamanya. Pada intinya keluarga Persada itu sangat menjujung tinggi sebuah kejujuran. Kesalahan apapun mereka masih bisa memaafkan asal itu bukan sebuah kebohongan." Ujar Pak Asep menjelaskan.
Jika di luar para anggota keluarga Persada terihat tegas dan mungkin agak sedikit kejam, terutama Heriadi Persada dan Danisa Karenina Persada, 2 orang yang begitu tegas saat menghadapi koleganya. Sedangkan Ramdani Aditya Persada si bungsu di keluarga Persada ini terkenal sebagai seorang fotografer dengan sikap dinginnya, sudah banyak model papan atas yang terang-terangan mengatakan kalau Dani adalah tipe ideal mereka, tapi selalu tidak mendapat tanggapan apapun dari laki-laki dingin itu. Nah, barulah Irene Catleya, wanita cantik keturunan Jawa-Jerman yang merupakan Ratu di keluarga Persada, satu-satunya anggota keluarga Persada yang terkenal dengan sikap ramah dan murah senyumnya. Wanita paruh baya yang kecantikannya seperti tidak lekang oleh waktu. Keluarga Persada juga terkenal dengan kedermawanan mereka, sudah banyak yayasan-yayasan sosial yang mendapatkan donasi darinya dan menjadi sangat terbantu.
Laras menganggukan kepalanya mendengar penjelasan yang Pak Asep berikan kepadanya.
1 jam perjalanan yang mereka tempuh dari rumah Laras, akhirnya Laras sampai di rumah megah milik keluarga Persada tepat setelah adzan magrib. Laras menatap bangunan yang tinggi menjulang ini. Tidak pernah Laras melihat rumah semegah ini sebelumnya. Ukurannya bahkan berkali-kali lipat dari rumah Laras. Halaman rumahnya juga sangat luas dengan banyaknya bunga-bunga yang tertanam rapi.
"Ini rumahnya Kak Danisa Pak?" Tanya Laras dengan polosnya kepada Pak Asep.
"Ini sebenarnya rumah milik keluarga Persada Mbak Laras, jadi bukan secara pribadi rumahnya Mbak Danisa."Jawab Pak Asep menjelaskan.
Laras mengangguk paham mendengar penjelasan Pak Asep. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Laras dan Pak Asep keluar dari mobil.
"Makasih ya Pak udah jemput saya." Ujar Laras kepada Pak Asep.
"Iya Mbak Laras sama-sama, ini memang tugas saya mengantarkan Mbak Laras." Jawab Pak Asep ramah."Kalau gitu saya masuk dulu ya Mbak mau ngasih tau Mbak Danisa dulu kalau Mbak Laras sudah sampai. Mbak Laras tunggu disini sebentar ya." Ujar Pak Asep kepada Laras. Karena biar bagaimana pun Pak Asep tidak bisa membawa orang asing masuk tanpa sepengetahuan sang pemiliki rumah.
"Iya Pak Asep." Sepeninggalan Pak Asep yang masuk kedalam rumah. Laras menatap sekitar, rasa takjub akan keindahan rumah ini belum hilang dari benak Laras.
Bagaimana bisa seseorang bisa membangun rumah sebegini megahnya. Laras tau kalau di dunia ini pasti juga masih banyak rumah yang lebih megah dari rumah ini. Tapi tetap saja, ini adalah rumah termegah yang pernah Laras lihat secara langsung.
"Mbak Larasss...." Terdengar suara anak perempuan yang memanggil nama Laras yang saat ini sedang menikmati pemandangan halaman rumah keluarga Persada.
Laras menolehkan tubuhnya, terlihat Lala yang berlari kearahnya.
"Hey Lala..." Ujar Laras begitu melihat Lala yang tidak lama kemudian di susul oleh Danisa dan seorang laki-laki di sampingnya yang Laras bisa tebak itu adalah suaminya Danisa karena wajahnya yang mirip dengan Lala.
" Hey Ras, macet nggak tadi di jalan?" Tanya Danisa kepada Laras.
"Enggak Kak, alhamdulillah jalanan lancar enggak macet sama sekali." Jawab Laras seraya tersenyum.
"Ooo iya kenalin ini suami aku namanya Dimas." Ujar Danisa memperkenalkan suaminya itu kepada Laras.
"Laras Pak." Ujar Laras menyalami Dimas.
"Dimas." Jawab Dimas ramah. Ya, Dimas memang laki-laki yang termasuk dalam kategori orang yang tidak banyak berbicara sama seperti Dani. Hanya saja Dimas orangnya lebih welcome terhadap orang baru dan tidak sedingin Dani.
"Kamu panggil aku Kak tapi panggil suami aku Pak, emang Dimas keliatan tua banget ya Ras." Ujar Danisa seraya terkekeh geli. Padahal dari segi usia Danisa dan Dimas hanya terpaut usia 2 tahun.
"Eeehhh, abisnya aku nggak tau harus panggil apa." Jawab Laras seraya tersenyum kikuk.
"Samain aja kayak kamu manggil Danisa." Ujar Dimas kepada Laras.
"Biar kamu lebih kelihatan lebih muda ya." Ujar Danisa menggoda suaminya itu.
" Mbak Laras ayo kita masuk, kemarin kan Mbak Laras udah janji sama Lala buat main bareng." Ujar Lala seraya menarik tangan Laras.
"Iya ayo masuk Ras, kok kita malah jadi ngobrol di depan pintu kayak begini." Ujar Danisa.
Laras menganggukan kepalanya, dia berjalan masuk bersama Lala yang menggandeng tangganya.
"Grandma.... Mbak Laras udah sampeeekk looo." Teriak Lala memanggil neneknya mengabarkan kedatangan Laras.
Laras tidak menyangka kalau Lala akan menyambut kedatangannya dengan exaited seperti ini. Laras jadi merasa terharu karena kehadirannya di sambut begitu baik.
"Wahhh, jadi ini yang namanya Laras, yang Muffin buatannya enak banget itu." Ujar Mami Irene seraya tersenyum ramah.
"Laras Buk." Ujar Laras menyalami tangan Mami Irene.
Laras merasa malu mendapat pujian dari Mami Irene.
"Umur kamu berapa Ras?" Tanya Mami Irene.
" Umur saya 20 tahun Bu." Jawab Laras seraya tersenyum.
"Wahhh masih muda banget ya."
Setelah adanya perbincangan singkat diantara Laras dan Mami Irene. Laras masuk dan di perkenalkan kepada Papi Adi dan tentunya Dani.
Jika sambutan dari Papi Adi ramah seperti anggota yang lainnya, maka sangat berbeda dengan respon yang Dani berikan. Dani hanya menatap Laras dingin sebelum dia beranjak dari duduknya dan naik ke lantai 2.
"Apa aku berbuat salah? Kenapa adik Kak Danisa itu seperti tidak suka padanya?" Tanya Laras dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
dimas danisa dani dino doni 🤔 keluarga D
2023-07-17
0
Sintia Dewi
sabar laras tunggu tanggal mainnya si dani bucin ke kamu...kue udh diakuin enak loh...tingga yg lain wkwkwk
2023-03-30
0
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Akhirnya bertemu dani dan Laras
2022-09-04
1