"Oh..ya..sudah saya kesana?" putus Ifna, kemudian.
"Gak perlu, saya bisa pesan taksi online." tolaknya.
"Klik!" percakapan pun ditutup.
"Teman lama?siapa ya?kayaknya aku gak pernah kasih tahu siapa aku deh." pikirnya.
Ifna beranjak dari duduk malasnya, dia mulai berganti pakaian dengan baju resmi, kemeja warna ungu dengan kerah berbentuk bulat dipadu blezer warna senada namun agak lebih tua dengan bawahan celana panjang pensil warna hitam tak lupa berdandan ala kadarnya hanya dipolesi cream wajah, fondation, terakhir bedak dan lipstik sebelum memakai lipstik terlebih dahulu dia memakai lipbalm .
Terakhir dia semprotkan leher dan pergelangan tangannya dengan parfum Casablanca warna merah menyala.
Beberapa menit kemudian..
Ifna terlebih dahulu menitipkan kunci rumah ke tetangga sebelah sebelum taksi online pesanannya datang.
Di tempat lain..
"Ayo..melamun ya?" tebak Wina sahabat Nesya.
"Apaan sih...sok tahu deh." sungut Nesya yamg memang benar lagi melamun.
Tanpa disuruh Wina duduk satu meja menghadap Nesya.
"Cih...pakai acara malu segala, pasti lagi mikirin Efron kan?pria pujaan kamu itu." Wina mencondongkan wajahnya dihadapan Nesya sembari mencibir.
"Ih..apaan, coba?" elak Nesya.
Padahal dalam hati berkata benar dan wajahnya bersemu merah saat memikirkan Efron sang sahabat yang dia taksir selama ini.
Wina menarik napasnya lalu menatap Nesya sekejap.
"Siapa sih..yang gak suka Efron?" ujarnya kali ini serius.
"Kamu juga suka?" seidik Nesya memicingkan matanya.
"Cemburu?"
"Enggak."
"Bilang aja.iya."
"Iya, aku cemburu, puas?puas?" kesal Nesya meniru Tukul Arwana di acara show Empat mata.
Wina terkekeh.
"Tapi kamu lupa, Nes aku sudah punya Revan." ucap Wina sambil mencubit pipi putih Nesya...Gemas.
"Ih...sakit, tahu!" protes Nesya sok galak.
"Aku gak lupa kok tapi siapa tahu ada cowok yang lebih kinclong dari Revan kamu langsung mau." ejek Nesya.
"Idih...ngeledek, ya...gak mungkin lah, dihatiku kan tetap ada Revan." Wjna menunjukkan dadanya.
"Cie..ee, yang lagi kasmaran, iya deh..percaya aku."Nesya mengalah sambil melirik nakal ke arah Wina.
Di Perusahaan Derafa.
"Jadwal kita hari ini rapat tandatangan kontrak dengan perusahaan cabang,Pak." jawab Mahmud saat ditanya jadwalnya.
"Apa latarbelakangnya?" tamya Efron, dingin.
Mahmud menceritakan latar belakang perusahaan tersebut yang diambang kebangkrutan sehingga semua karyawannya di phk.
Efron manggut-manggut.
"Baik, kita tunggu kedatangannya, apa masih lama?"
"Iya, Pak katanya di jalan lagi macet."
"Baiklah akan saya tunggu, apa jadwal saya berikutnya?"
Mahmud membuka catatannya..
"Pertemuan dan makan-makan dengan kolega di Cafe Permana pada jam lima sore." info Mahmud.
"Lalu?"
"Tidak ada lagi, Pak." jawab Mahmud.
"Baiklah, kamu boleh keluar."
"Ya,Pak permisi." pamit Mahmud sambil membungkuk.
"Hmm."
Di tempat lain.
"Tapi kan, Nes, Efron itu kan dingin kamu tahu kan itu?" Wina menautkan alisnya.
"Iya, aku tahu." jawab Nesya, santai.
"Lalu?"
Nesya menatap Wina sekejap lalu tersenyum kaku.
"Emang sih..dia pria dingin tapi sedingin-dinginnya seoramg pria kalau sudah terkena rayuan wanita pasti akan luluh juga kan?"
"Iya..ya." Wina membenarkan sambil mengangguk-angguk kayak burung beo.
Perusahaan Anugerah Cahaya.
Akhirnya sampai juga Ifna di perusahaan yang dipimpin olehnya, dia lalu turun dari taksi dengan perlahan dan dia gak perlu bayar lagi karena sudah dibayar dengan Ovo.
Beberapa menit kemudian..
"Dimana mereka?" tanya Ifna kepada sekretarisnya Enita sambil berjalan agak cepat dengan sepatu high heelnya.
"Di lobi, Bu mari saya antar." tawar Enita dengan ramah.
Ifna mengangguk.
Sampai di lobi..
"Siapa ya?!" seru Ifna, penasaran.
"Hai..Ifna, kamu masih inget kami gak?"
Ifna masih berpikir.
"Itu lho..teman sma kamu, hayo..inget gak?kita dulu bertiga selalu pulang sekolah baremg, ayo..inget-inget." kata wanita cantik itu.
"Siapa ya?"
"Kami siapa?ayo." lanjut si lelaki dengan senyum misterimya, misteri yang meledek.
"Oh..aku inget sekarang."
"Siapa?"
"Lana Gunawan?"
"Tama Wijaya?"
"Wuah...tebakanmu tepat sekali." ucap Lana senang sambil meranglul erat sang sahanat.
"Aku kangen sama kamu, If tahu gak?"
"Aku juga, sudah lama kita gak ketemu lho."balas Ifna
Beberapa menit kemudian..
Ifna memanggil ob untuk membuat minuman pada kedua tamunya.
"Kita berdua minum air mineral aja,If, ambil sendiri aja di situ." tunjuk Lana.
"Ya..sudah, tolong kamu sediakan gelas plastik yamg banyak ya buat persediaan tamu saya nantinya."titah Ifna.
Di tempat lain..
Karyawan dan karyawati sedang asyik bergosip tentamg kedatangan kedua tamu sang atasan.
"Eh..aku denger-denger nih Bu Ifna kedatanga teman lama lho."
"Oh..iya?"
"Iya, benar."
Di lobi..
"Kami kesini cuma kepengen ketemu sama kamu aja, If maklum sudah lama gak ketemu, kangen rasanya." Lana menggenggam erat tangan Ifna.
"Aku juga, senang rasanya teman lama bisa inget sama aku." tutur Ifna, bahagia.
Tama mengambil minuman mineral dengan menekan tombol hijau yang dingin lalu di letak kan di meja.
Mereka pun larut dalam obrolan mengenang masa-masa indah dulu terkadang diiringi canda dan tawa.
"Kok..kalian tahu aku bekerja di perusahaan ini?" Ifna mulai penasaran.
"Sebenarnya kami gak tahu, pas pencarian informasi melalui internet yang gak sengaja ternyata ada nama kamu di sana dan alamat tempat kamu bekerja." jawab Tama, enteng.
"Oh..begitu."
"Lalu Tama menghubungiku lewat chat whats app."lanjut Lana.
Ifna manggut-manggut mengerti.
Perusahaan Alvara..
Neoland Akbar adalah pemilik dari perusahaan dibidang Otomotif tersebut kakak tertua Ifna Dinasha sudah memiliki istri yang juga pemilik perusahaan tapi di bidang Asurransi belum memiliki anak karena kesibukan masing-masing.
Neoland yang di panggil Neo itu sedang serius memimpin rapat.
"Saya di sini akan memperkenalkan produk baru di perusahaan kita." begitu keputusannya.
"Pak apa produk kita yang baru ramah lingkungan?" tanya seorang karyawan.
"Seratus persen iya, karena saya sudah mencoba." jawab Neo, yakin.
"Pak Neo, apa harganya sesuaikan dengan harga pasar?"
"Pastinya iya.."
"Siapa lagi yang mau kasih pendapat?" Neo menatap satu persatu para karyawan dan karyawatinya.
Beberapa menit kemudian..
"Baiklah, rapat kita akhiri sampai di sini, kalian boleh kembali ke meja kalian masing-masing."
"Baik,Pak."
Mereka pun bubar.
Perusahaan Derafa..
Kerjasama kontrak pun berakhir dengan lancar, mereka saling pasang wajah bahagia.
"Terima kasih untuk investasinya Pak Efron, semoga perusahaan anda terus maju." ucap Arif Setiawan pemimpin perusahaan cabang, tulus sambil menjabat erat tangan Efron.
"Sama-sama Pak Arif semoga anda bisa memajukan kembali perusahaan anda dan mengembalikan para karyawan anda kembali." balas Efron dengan harap tulusnya.
"Amin Pak."
Setelah itu..
"Sekretaris Mahmud, tolong antarkan tamu ke depan pintu lobi ya." pesan Efron.
"Baik,Pak mari Pak Arif akan saya antarkan anda." tawar Mahmud.
"Tidak perlu sekretaris Mahmud, saya sendiri juga bisa." tolak Arif, santai.
"Gak usah sungkan Pak Arif."
"Gak apa-apa kok..saya takut mengganggu pekerjaan kalian."
"Ah..tidak juga." Efron mengibaskan tangannya, lalu memberi isyarat pada Mahmud.
Mahmud pun mengangguk mengerti.
Setelah tamunya pergi..
Efron mau bersiap-bersiap bertemu koleganya di Cafe tapi tiba-tiba hapenya berdering.
"Ada apa,Rama?" tanya Efron.
"Apa?!daerah mana?!" Efron mulai menampak kan wajah amarah.
Bersambung..
Ifna Dinasha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments