"Anda? Pak Rangga?" tanya salah satu satpam sembari mengingat.
"Iya, ini aku, apa kau mengenalku?" tanya Rangga, balik.
"Iy..iya tentu saja dong, Pak masa saya tidak mengenal Bapak? Bapak kan pemilik Perusahaan ini." Satpam yang bernama Rahman itu tersenyum gugup.
"Tapi, dia tidak!" tunjuk Rangga ke arah Bram sembari menatapnya , tajam.
"Sebenarnya, ada apa ini, Pak?" tanya Rahman, hati-hati.
"Begini..." Rangga menceritakan apa yang telah terjadi.
Setelah selesai bercerita...
"Oh...begitu ya, ceritanya?" Rahman manggut-manggut.
"Mengapa orang seperti dia menjadi Manager di sini?!" tanya Awan dengan nada kesal.
"Maaf, Mas beliau ini adalah pengganti dari Maneger lama," jjawab Dika, anak buah Rahman mewakilkan.
"Maksudmu?" Rangga tidak mengerti.
"Iya..Pak, Manager lama sudah tidak bekerja di sini lagi, beliau pindah karena, ada urusan keluarga yang harus diselsesaikan." Dika menjelaskan.
"Mengapa harus pindah?" tanya Awan
"Kalau soal itu, kami sendiri kurang paham,Mas," jawab Rahman, pelan.
Bram terdiam, dia syok ternyata si pelamar kerja yang dia hina adalah pemilik Perusahaan ini.
Rangga menghela napas.
"Kalau aku tidak menyamar, aku tidak tahu apa yang dia lakukan selama ini pada pekerja yang baru saja melamar kerja?" ujar Rangga memandang tajam Bram.
"Pak Bram, dalam peraturan Perusahaan kita kan tidak ada pemungutan biaya, apa anda lupa?" tanya Rahman, sedih.
"Ah..sudah cukup! tidak ada gunanya!semuanya.sudah terjadi."
"Maaf, Pak Rangga kalau saya tahu, anda adalah...."
"Mengapa baru minta maaf sekarang?!" potong Rangga dengan nada tinggi." kemana tadi, sombongnya?! lanjutnya, kesal.
"Maaf, Pak tolong! jangan pecat saya, kalau anda pecat saya, saya dan keluarga saya mau makan apa?" rengek Bram.
"Jangan pecat? Manager sepertimu, memang harus dipecat kalau tidak, semua karyawan baru akan menderita karenamu!" tuding Rangga masih marah.
"Pak, tolong saya ,Pak! Saya dan keluarga butuh makan!" lirih Bram.
"Apa para pekerja-pekerja itu gak punya keluarga? apa mereka gak butuh makan? hah!!" pekik Rangga.
"Maaf, Pak saya khilaf."
"Khilaf?! Apa yang kau lakukan tadi pada atasan kami?!" cerca Deon, melotot.
"Ah...sudah!" cegah Rangga.
Lalu, memandang Bram yang sudah tertunduk malu.
"Kamu, kamu silahkan ke hrd dan bereskan barang-barangmu, kamu aku pecat secara tidak hormat!" putus Rangga, tanpa ampun.
"Tapi, Pak bagaimana dengan keluarga saya?" tangisan Bram semakin keras.
"Aku tidak mau tahu tentang semua itu, bukan kah kau tidak mau tahu tentang bagaimana susahnya hidup mereka?! sekarang cepat pergi!"
Bram pun pergi dengan hati yang penuh dengan penyesalan.
"Dan kalian," tunjuk Rangga."Kalian sementara aku pecat selama sebulan,"putusnya.
"Apa?!"
"Selama sebulan itu, kalian renungkan apa yang kalian lakukan? kalian sudah menerima orang yang tidak benar ke dalam perusahaan ini, seharusnya kalian tegas dengan adanya orang yang keluar masuk sembarangan ke Perusahaan ini, mengerti?" omel Rangga.
"Iya, Pak kami mengerti, kami minta maaf dan berjanji kelak tidak akan mengulanginya lagi," ucap Rahman, sungguh-sungguh.
"Semoga kalian menepati janji, ayo..kita pergi," komando Rangga kepada anak buahnya.
Di sebuah Rumah sakit..
Seorang lelaki muda sedang duduk di kursi roda menikmati pemandangan indah di belakang luar Rumah Sakit bersama seorang wanita seumurannya.
"Dia berhak tahu tentang penyakitmu ini," tutur wanita itu.
"Tidak, Wulan, aku tidak tega memberi tahunya."
"Mengapa?!" Wulan geram.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments