"Mungkin Tuan Efron lagi sibuk,Tuan." Jawab sang asisten rumah tangga yang telah lama mengabdi pada keluarga Hadi Kusuma.
"Huh! Selalu begitu..." Gerutu Hadi sembari tersenyum miring.
"Apa saya harus hubungi,Tuan?" Tanya Bi Nem.
"Gak perlu." Jawab Hadi mengibaskan tangannya, cuek."Dia mungkin sibuk dengan perusahaannya." Lanjutnya tersenyum getir.
Bi Nem yang sudah lama bekerja di keluarga Hadi Kusuma mengerti sifat keluarga ini termasuk Tuannya Hadi Kusuma yang berperan sebagai Ayah sekaligus Ibu bagi sang Tuan muda Efron Hadikusuma.
Karena sang Ibu meninggalkannya dan Putranya untuk seorang pria kaya, ya....istilahnya Bi Nem yang selalu bertahan disaat tuan nya masih susah, waktu itu usia Efron baru tiga bulan atau empat bulan.
Bi Nem juga tidak terlalu lama bekerja di keluarga itu agak malam dia sudah pulang untuk mengurus kembali suami dan anak-anaknya.
Di ruang santai
Hadi berusaha menghubungi Efron, tapi sayang nada sibuk selalu terdengar, Hadi mengusap wajahnya yang masih awet itu penuh kesedihan.
"Efron, kamu di mana sekarang? Saking sibuknya kamu jadi lupa sama Papa." Gumam Hadi sembari mengempaskan napasnya.
"Kasihan Tuan Hadi." Tutur Bi Nem dalam hati sambil memandang kasihan tuan nya.
Perusahaan Derafa.
Efron sedang memimpin rapat di Ball room suatu ruangan yang bukan hanya cocok buat meeting bisa juga cocok buat ruang untuk pernikahan karena ruang memiliki kapasitas yang cukup luas.
"Kita akan menciptakan sarung tangan ramah lingkungan untuk kegiatan rumah tangga." Ungkap Efron membuka rapat.
Semua peserta rapat hanya diam memperhatikannya, ada yang santa melipat tangannya ke dada nya, ada yang memandang Efron dengan tatapan berharap.
Beberapa menit kemudian....
"Sekarang kalian bisa tentukan pendapat kalian." Putus Efron memandang kanan kiri semua peserta.
"Pak apa penjualan nya gak terlalu tinggi? Saya takut masyarakat yang kurang mampu belum tentu dapat membelinya."
"Itu sudah merupakan harga pasar lagipula harga tersebut ramah untuk semua kalangan karena kita memberi diskon, sementara diskonnya dua puluh persen dulu kalau sudah banyak yang minat perlahan kita tingkatkan diskonnya sehingga masyarakat yang kurang mampu bisa membelinya."
"Wuah...ide bagus tuh." Ungkap semua peserta, setuju sambil saling berbisik.
Dok...dok...suara ketukan tangan Efron di mejanya mengagetkan semua peserta rapat.
"Ada lagi?" Tanya Efron, dingin.
"Maaf, Tuan saya pulang dulu, suami dan anak-anak saya sedang menunggu saat ini." Pamit Bi Nem sembari membungkuk.
Sejenak Hadi memandang Bi Nem dari atas hingga bawah dengan tatapan datar sembari mennghentikan kegiatannya yang dipandang malah membuang muka
"Besok datang lagi kan?" Tanya Hadi ingin meyakinkan.
"Te...tentu saja, Tuan." Jawab Bi Nem....Kaget
Hadi tersenyum dingin, lalu....
"Pulanglah!" Putus Hadi.
"Tuan gak apa-apa ditinggal sendiri?" Tanya Bi Nem, cemas
"Saya sudah biasa tinggal sendiri apalagi saat Efron selalu sibuk dengan perusahaannya " Jawab nya yang berujung curhat.
"Ck...Ayah dan Anaknya sama-sama dingin, tapi kasihan Tuan Hadi yang selalu kesepian karena Tuan Efron yang selalu sibuk sana sini sehingga melupakan Ayahnya sendiri." Batin Bi Nem.
"Rapat hari ini kita sudahi dulu, ada yang mau tanya di sesi terakhir ini?"
Semua peserta terdiam.
"Ada yang gak setuju? Bilang aja."
Para peserta masih diam membisu
"Baiklah, kalau tidak ada, rapat kita sudahi dan kalian ke meja nya masing-masing.
"Kak Ifna hari ini pulangnya kok..agak cepat ya?" Tanya Seina, tersenyum.
"Ya...kepengen.ketemu kamu lah." Jawab Ifna sambil menepuk pelan punggung tangan Adiknya.
"He...ee bisa aja Kakak ini." Balas Seina terkekeh.
"Kalau bukan karena kangen kamu, apalagi? Aku juga nanti ke perpustakaan Siena.
"Apa gak takut dipecat, Kak?" Tanya Seina, cemas memandang dalam.Kakaknya lalu duduk berhadapan dengan Kakaknya.
"Ya...gak lah, dan gak mungkin juga ada yang .berani pecat alku." Jawab Ifna lalu tertawa kecil.
"Berarti hebat dong Kakakku." Puji Seina, bangga.
"Ish...biasa aja, kali." Balas Ifna.
"Apa Kakak mau makan?" Tawar Seina.
"Gak usah, aku cuma kangen kalian." Jawab Ifna tanpa ragu.
"Yach...Kak Ifna, kangennya kok sama kita? kita gak berjauhan kali , Kak." Sindir Seina
"Gak boleh?" Balas Ifna memandang tanya.
"Eh...siapa bilang gak boleh, boleh kok...Boleh."Sahut Seina, gugup sambil tertawa kikuk.
Lalu mereka asyik mengobrol kadang saling tertawa, terkadang obrolan masa lalu jadi topik pembicaraan.
"Sein, apakabar Rilan saat ini?" Pertanyaan sang Kakak membuat Seina agak sedikit kaget wajahnya yang cerah kini jadi mendung.
"Eh....kamu kenapa?" Tanya Ifna, khawatir.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dwi Minarsih
mf kak, kalau boleh saran bisa kah tulisan nya jangan acak bingung baca nya🙏🙏🙏
2024-02-26
0
jaran goyang
𝑗𝑔𝑛 𝑝𝑗𝑔 𝑥 𝑘𝑘
𝑏𝑠𝑒𝑛 𝑏𝑐
2023-12-19
0