Efron masih terheran-heran pada wanita yang baru saja dijumpainya itu, bagaimana tidak? biasanya wanita-wanita yang dijumpainya tak pernah lepas memandang wajahnya yang tampan, tapi ini…
"Wanita aneh," batinnya sembari memasuki ruangan buku itu dan menggelengkan kepala.
Efron pun mencari buku yang dia incar dengan menggunakan laptop yang tersedia di dalam ruangan itu.
Setelah ketemu…
Dia langsung duduk di sofa dan membacanya dengan serius.
Bukan hanya dia yang ada di ruangan itu, tapi ada beberapa orang bahkan banyak, mereka ada yang serius membaca, ada yang membaca sambil mencatat, ada yang serius dengan laptop, dan lain sebagainya.
Siapa yang tidak betah dengan ruangan yang nyaman dan ber Ac disertai wifi yang tidak berhenti on.
Perpustakaan ini selain arsitekturnya yang keren, interiornya yang canggih juga kebersihannya terjaga.
Di ruangan lain…
"Kak, siapa pria itu? apa Kak Ifna mengenalnya?" tanya Siena, berbisik.
Ifna yang serius membaca buku tentang management itu langsung menatap sang Adik, lalu…
"Tidak!" jawabnya, yakin."Ada apa ya?" Ifna balik tanya.
"Oh…eng…enggak apa-apa kok, Kak aku cuma kira dia teman sekolah Kakak atau siapa-siapa Kakak," jawab Siena, gugup.
"Bukan, ketemu sama dia aja baru," balas Ifna yang diselingi anggukan Siena.
Beberapa jam kemudian…
"Danar, jemput aku di Perpustakaan Sien, sekarang juga!" tegasnya.
"Aku share lokasinya ke androidmu, aku akan menunggumu di lobi, sekarang ya!"
Perusahaan Derafa.
"Baik,Pak," jawab Danar, cepat.
Beberapa menit kemudian…
'Ding…dong.'
Notifikasi di android Danar pun berbunyi, dia pun langsung membuka pesan dari atasannya yang berupa share loc yang harus dia tuju.
Danar langsung ke tempat parkiran untuk mengambil mobil Pajero Sport menjemput atasannya.
Di Perpustakaan Sien.
Efron sedang duduk santai di lobi tepatnya duduk di sofa sambil menyeruput es capucino pesanannya yang sedotannya berbentuk ombak dan gelasnya berbentuk seperti toples.
Perpustakaan ini banyak terdapat ruangan, ada ruangan baca khusus anak-anak, ruang santai, ruang rapat atau diskusi.
Bukan hanya itu, ada beberapa cafe yang berada di Perpustakaan itu dengan menjual makanan nasional dan internasional.
Dan tidak lupa toilet yang tidak hanya canggih pemakaian dan interiornya, akan tetapi juga dijaga kebersihan dan keindahannya.
Bagaimana tidak rapi dan bersih? para cleaning servise di sini setiap hari membersihkannya dan Sien pun menggaji mereka dengan gaji yang tinggi karena, pekerjaan mereka yang terbilang menantang itu.
Tidak lupa tempat sampah organik dan non organik yang canggih.
Pelayanan nya pun ramah-ramah dan tidak memandang status dalam melayani para costumer, mereka menyambut para tamu dengan senyuman yang ramah.
Beberapa jam kemudian…
"Nah…itu dia," ucap Efron setelah melihat sebuah mobil Pajero parkir di Perpustakaan Sien.
Seorang pria turun dari mobilnya yang sudah dia matikan mesinnya.
Efron langsung memanggil pelayan dan membayar di kasir pakai Ovo, kasir itu mengucapkan terima kasih.
Dia pun keluar dari Perpustakaan itu...
"Pak Efron, barusan saja saya masuk untuk menemui anda di ruang lobi," kata Danar setelah melihat Efron keluar dari Perpustakaan.
"Akh..hhh…tidak usah, apa tamunya sudah sampai?" tanya Efron, datar.
"Tamu yang promosikan produknya itu ya, Pak?" Efron mengangguk.
"Sepertinya belum sampai, Pak, memangnya jam berapa, Pak?"
"Sekretaris Mahmud bilang jam sepuluh."
"Ini baru jam sembilan lewat dua puluh."Danar melirik arloji di tangan kirinya.
"Masih agak lama," sahut Efron.
Danar mempersilahkan atasannya masuk ke dalam mobil dia membuka kan pintu belakang untuk atasannya.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, Efron pun menikmati alunan musik yang di putar oleh Danar bukan kaset ataupun cd melainkan radio, ya radio Delta fm yang menjadi radio favoritnya sejak sma dulu sambil mengingat kejadian di Perpustakaan Sien.
Flash back on…
Efron keluar dari Perpustakaan itu setelah mengembalikan buku yang dibacanya dia tak berniat untuk meminjam hanya membaca, dia membuka pintu dengan kelima jarinya.
Lagi-lagi di ruangan yang berbeda dia bertemu dengan wanita yang sama seperti biasa wanita itu memandang dingin padanya.
"Siapa dia? mengapa wanita itu memandangku seperti itu?biasanya aku selalu yang bersikap dingin pada wanita yang tersenyum padaku, tapi wanita ini…" batin Efron berargumentasi.
Flash back off…
"Sudah sampai, Pak Efron." Danar mengingatkan sambil membuka seat bealt nya.
"Oke," jawab Efron, datar.
Danar turun dan tidak lupa membuka pintu belakang.
"Hmm."
Setelah masuk..
"Mahmud, apa tamunya sudah sampai?" tanya Efron pada sekretaris pribadinya.
"Belum, Pak," jawab Mahmud.
"Baiklah, kita tunggu saja," sahut Efron, dingin.
"Siap, Pak."
"Oh...iya, laporan keuangan Perusahaan tolong tunjuk kan padaku agar aku tahu apa sudah merosot atau masih stabil?" titah Efron, serius.
"Baik, Pak," sahut Mahmud menurut.
Di tempat lain…
Sein lagi-lagi bertemu Rilan yang digandeng seorang wanita yang menjadi selingkuhan sang kekasih.
Dengan wajah tidak senang Rilan memandang Seina.
"Sial! lagi-lagi aku bertemu deng…"
"Permisi!" potong Seina, santai dengan sengaja dia menyenggol bahu kekasih yang sudah menghianatinya itu tanpa rasa bersalah.
"Hah?! mengapa sikapnya?" tanya Wulan terheran-heran.
Rilan juga tidak tahu, mengapa Sein bersikap seperti itu padanya? apa dia marah? apa semenjak dia pura-pura selingkuh dengan Wulan sikap Seina jadi berubah dingin?karena, Seina mendapatkannya sedang berduaan dengan Wulan dan memutuskannya tanpa rasa bersalah.
"Mungkin sikapku yang kemarin memutuskannya, Wulan, dia mungkin masih marah dan sekarang malah sepertinya dia benci padaku," jawab Rilan, lirih.
"Ya…siapa sih yang gak marah? siapapun dia, diperlakukan seperti itu pasti lah marah," bela Wulan.
"Aku tahu, aku hanya tidak ingin dia tahu tentang penyakitku ini terpaksa aku berbuat ini padanya."
"Aku mengerti," balas Wulan, cepat.
Rilan tersenyum getir.
"Apa kamu mengenal laki-laki itu?" tanya seorang lelaki yang berjalan mengirnginya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments