"Menurut info yang saya dapat, dana Perusahaan itu semakin hari semakin berkurang, " jawab Enita membuat Ifna melotot, kaget.
"Apa?berkurang?" ulang Ifna tak percaya.
"Iya, Bu. "
"Coba ceritakan secara detail, kenapa bisa berkurang?padahal sebelumnya keuangan Perusahaan cabang kita dalam keadaan stabil, kan?" tekan Ifna, tegas.
Ifna tidak Percaya bahwa Perusahaan cabang yang dia dirikan selama ini ada masalah seperti itu sedangkan yang dia tahu bahwa Perusahaan itu baik-baik saja, tidak ada masalah apapun.
Sekarang dia malah mendengar berita dari sekretarisnya, Enita bahwa dana Perusahaan tersebut semakin hari semakin berkurang.
"Mengapa aku jadi pemimpin bisa seteledor itu ya?!" umpatnya pada diri sendiri dalam hati, kesal.
"Begini, Bu ceritanya... "
Dengan lancar Enita menceritakan tentang dana yang semakin berkurang di Perusahaan itu karena, ada oknum yang tidak beres di Perusahaan itu.
'Bra... kkkkk!' Enita kaget.
"Mengapa hal seperti ini, kau baru bilang sekarang!" Ifna menatap tajam Enita.
"Ma…maafkan saya, Bu, saya tidak ingin mengganggu privasi anda dengan keluarga anda, " ucap Enita, gugup lalu menundukan kepalanya.
"Setidaknya, kau memberi tahuku dari awal, Enita!karena, semua ini juga menyangkut pekerja-pekerja lainnya kasihan mereka, mereka adalah tulang punggung keluarga kalau gaji mereka berkurang, keluarga mereka mau makan apa?!" omel Ifna, kesal.
"Sekali lagi, maafkan saya, Bu. "
"Ya, sudah lah." Ifna mengibaskan tangannya. "Oh.. iya, siapa oknum di balik semua inj?" tanya Ifna, tajam.
"Manager baru, Bu, " jawab Enita.
"Apa?! Manager baru?" Enita mengangguk mantap.
"Manager baru? kayaknya di Perusahaan itu, aku belum menerima pekerjaan seorang Manager deh yang ada hrd dan direktur, ada apa ya?" batin Ifna, cemas. "Jangan-jangan ada yang gak beres nih, "pikiranya, curiga.
" Bagaimana, Bu? apa diperlukan mata-mata untuk penyelidikan selanjutnya?" Ifna menggeleng cepat.
"Biar aku saja yang melakukannya. "
"Apa perlu saya temani?"
"Gak usah, kamu jaga Perusahaan aja dengan baik," putus Ifna, tegas.
"Baik, Bu kalau ada apa-apa, hubungi kita aja," saran Enita. Ifna mengangguk.
Beberapa menit setelah kepergian Ifna..
"Zen," panggil Enita pada ajudannya.
"Iya, Mbak Enita ada yang bisa saya bantu?" sahut Zen, sopan.
"Zen, tolong awasi Bu Ifna, aku takut ada apa-apa dengan beliau, karena di sana, mereka memperlakukan anak buahnya dengan kejam," titah Enita menatap Zen, datar dan tegas.
"Baik, Mbak. "
"Kalau ada apa-apa, hubungi aku biar aku yang mengerahkan orang-orang kita ke sana. "
"Siap, Mbak. "
"Apa yang terjadi? selidik Ifna saat mengetahui ada keluhan-keluhan dari para Pegawai Perusahaan cabangnya yang dia kungungi.
"Kami tidak tahu, Bu Ifna mengapa gaji kami semakin berkurang? padahal sebelum Pak Deri datang gaji kami tidak pernah berkurang, adu seorang satpam bernama Tio membuat tanya di wajah Ifna.
"Siapa itu, Pak Deri?" tanya Ifna penuh selidik.
"Beliau Manager baru di Perusahaan inil,Bu" jawab Pegawai lainnya.
"Astaga! bener-bener gak beres, jangan-jangan orang dalam pelaku semua ini," pikir Ifna, geram.
"Bu, tolong beri kami keadilan, keluarga kami mau makan apa nanti kalau gajinya tiap hari dikurangi?" pinta seorang karyawati, memelas.
"Jangan cemas, aku akan mengatasi semua ini. " Ifna berjanji.
Ifna menyusuri Perusahaan cabangnya menyamar sebagai pegawai biasa dan dia berpura-pura bergabung dengan pegawai lainnya untuk mengerjakan tugas.
Hingga pada saatnya..
Mata indahnya tertuju pada seorang lelaki berdasi, terlihat begitu angkuhnya berjalan melalui para pegawai.
Dan telinganya dengan tajam mendengar Percakapan lelaki itu yang entah dia bicara pada siapa?
"Apa dia…?"
"Iya.. Bu, beliau Pak Deri, Manager baru di sini." Ifna pun manggut-manggut mengerti.
"Jangan bilang, siapa aku sebenarnya. " Karyawati yang duduk di sebelahnya melotot kaget.
"Kenapa, Bu?"
"Turuti saja kata-kataku!"
"Baik, Bu. "
Manager itu masuk ke ruang pribadinya, Ifna pun sayup-sayup memasang telinganya untuk mendengar apa yang terjadi, dia juga merekamnya lewat video di androidnya karena pintu agak sedikit terbuka.
"Manager ini, keliahatannya teledor, " ujar Ifna dalam hati yang membuat kesempatannya untuk menyelidiki semua ini.
"Untungnya, pegawai-pegawai bodoh itu tidak tahu bahwa uang-uang itu sudah aku gelapkan. " Membuat Ifna melotot dan menutup mulutnya karena kaget.
Lalu menunggu percakapan berikutnya..
"Tenang saja, dijamin aman, mereka hanya pegawai kecil tidak tahu apa yang terjadi," ucapnya berlagu pada seseorang di android.
"Akh.. hhh, Winto kau tahu lah! orang-orang yang bekerja di sini, rata-rata lulus SD semua paling tinggi sih lulus SMA. "
"Kurang ajar! ternyata dia lah pelaku semua ini, Manager baru yang masuk entah lewat pintu mana?!" umpatnya dalam hati, jengkel.
"Ternyata dia pelaku Penggelapan uang di Perusahaan ini? Awas ya! tidak akan aku biarkan ini terjadi. " Dia pun bersumpah.
Beberapa jam kemudian...
"Eh... kamu!" panggil seorang lelaki.
Ifna mencari sumber suara dan ternyata yang memanggil Manager baru itu.
"Saya?" tunjuk Ifna pada diri sendiri.
"Iya, kamu, siapa lagi?" Deri geram.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Ifna, sopan.
"Apa kamu pegawai baru di sini? saya kok merasa asing melihat kamu?" tanya Deri, balik.
"Idih.... nanya balik lagi, " gerutu Ifna dalam hati.
"Iy.. iya, Pak," jawab Ifna, gugup.
"Melalui siapa? kok.. seenaknya masuk ke Perusahaan milik saya?!" tanya Deri, jengkel.
"Lha situ, seenaknya menawarkan diri jadi Manager, perasaan aku belum klaim posisi Manager deh. Apa? Perusahaan kamu?ha……ha... aaa, mimpi ya, Mas?" balas Ifna yang tentu saja dalam hati.
"Maaf, Pak menurut info yang saya dapat, ini bukan Perusahaan anda deh."Deri pun membelalakan mata menatap tajam Ifna, Ifna pun membalasnya.
"Apa?! kamu, pegawai baru sudah berani ya! sama atasan, baru pertama kali saya mendengar karyawati tidak tahu malu kayak kamu!" ucapnya dengan suara lantang dan terdengar oleh pegawai lainnya.
"Berani amat ya, Pak Deri nyentak bu Ifna, " celutuk seorang karyawati.
"Iya, kebayang kalau tahu kebenarannya karyawati baru itu atasannya, mukanya kayak apa?" celutuk seorang karyawan sambil terkekeh yang lain pun ikut terkekeh geli.
"Kayak kepiting rebus, pastinya. "
"Bener banget tuh. "
"Lantas, anda menjadi Manager di sini, atas izin siapa?!" balas Ifna menantang.
"Kurang ajar! siapa yang mengajari kamu gak ada etika?!" Ifna tersinggung.
"Gak ada etika? apa anda sendiri juga punya etika?! kalau anda memang pemimpin Perusahaan di sini, mengapa gaji kami terus berkurang? dibawa lari kemana gaji kami, Pak?" semakin tersulut lah emosi Deri.
"Kamu itu, cuma karyawati kecil gak usah ikut campur masalah atasannya, mengerti?!" sentaknya membuat Ifna berjengkit karena kaget.
"Maaf, Pak itu juga masalah kami. "
'Plak!' Ifna mengusap pipinya yang terkena pukulan dan memandang tajam Manager gila itu. " Lantang kamu ya!!"
"Pak kalau anda tidak merasa salah, mengapa harus marah?!"
"Karena, kamu sudah membuat saya emosi, kamu sudah menghabiskan waktu saya!"
Pegawai lain terkejut saat Manager itu menampar atasannya.
"Berani amat dia menampar Bu Ifna!" ungkap seorang karyawan, geram.
"Iya, memang dia siapa?cuma manager doang aja, menampar seorang Direktur Perusahaan pusat? wuah.. cari masalah nih Manager?"
"Maaf, Pak saya hanya ingin tahu saja karena, mencurigakan, bukan?masa' gaji kami bisa berkurang?"
"Eh.. hhh, itu bukan urusanku lah!" sahut Deri, seenaknya.
"Urusan anda juga lah, Pak kan anda atasannya. " Amarah Deri pun memuncak hingga ke ubun-ubun.
"Kamu! dengan tamparan yang saya berikan, gak membuat kamu kapok ya kurang ajar sama atasannya sendiri?!" Manager Deri mendelik ke arah Ifna.
"Baik, detik ini juga kamu pergi dari sini, aku pecat kau!"
"Seharusnya yang pergi dari sini itu anda bukan saya, "balas Ifna dengan tenang.
"Awas kamu!" ancam Deri sambil menelepon seseorang.
"Kalian, ke sini ada karyawati gila di Perusahaan kita. "
"Segera!"
Beberapa jam kemudian...
"Mbak, Bu Ifna dalam bahaya!" seru Zen, cemas.
PT Anugerah Jaya.
"Apa?!"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments