Sujudku Pada Takdir Cinta

Sujudku Pada Takdir Cinta

Sebuah Keputusan

Empat orang gadis yang duduk di taman terlihat begitu bahagia. Entah, apa yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal tanpa melihat kondisi di sekitar mereka. Bahkan, salah satu dari mereka sampai mengeluarkan air mata.

"Udah, Guys, sudah. Gue capek tertawa dari tadi." Alesha angkat tangan tanda menyerah, tidak mau tertawa lagi. Air mata yang keluar karena terlalu banyak tertawa masih menitik jarang.

"Aku mau ke toilet dulu, aku sakit perut." Chayra bangkit lalu berlalu dari hadapan teman-temannya, mengikuti arah tanda panah yang menunjukkan letak toilet di taman itu.

Amira dan Tina masih cekikikan mengingat hal tadi yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal.

Capek tertawa, mereka diam dalam pikiran masing-masing. Chayra yang di tunggu tak kunjung balik dari kamar kecil.

"Ayra mana sih, kenapa lama banget?" Ucap Amira kesal. "Apa dia ngeluarin batu dari perutnya?" Sambungnya lagi.

"Sabar dong, Mira. Namanya juga orang sakit perut. Lho sih, buat lelucon nggak masuk akal." Jawab Tina sambil menepis pelan lengan Amira. Alesha menyetujui ucapan Tina dengan isyarat anggukan kepalanya.

"Eh, Guys. ngomong-ngomong apa rencana kalian sekarang?" Tanya Alesha tiba-tiba. Menatap Amira dan Tina yang duduk berhadapan dengannya.

Amira menautkan alisnya mendengar pertanyaan Alesha. Merubah posisi duduknya dan fokus pada Alesha. "Rencana apa maksud lho?"

"Maksud gue sekarang kan kita sudah menamatkan Sekolah Menengah Atas nih. Ya.. maksud gue rencana masa depan. Kalian mau kuliah kek, mau kerja kek atau apalah gitu."

"Gue tetap pada rencana awal kita." Jawab Tina. "Kita kan sudah mengadakan perjanjian sebelumnya, kalau kiga akan menempuh pendidikan di tempat yang sama sampai perguruan tinggi."

"Gue juga." Jawab Amira singkat.

"Gue juga gitu sih." Ucap Alesha. "Tapi, kayaknya ada yang akan mengubah keputusan dan tidak bisa bersama kita lagi.

"Maksud lho?!" Tanya Amira dan Tina kompak sambil memajukan sedikit badan mereka ke arah Alesha.

Alesha mengelus dadanya pelan karena kaget. "Biasa aja kali. Kalian ini mengagetkan gue aja." Alesha kembali merubah posisi duduknya. Yang gue maksud itu, Ayra." Alesha menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Sepertinya dia tidak akan kuliah bersama kita." Sambungnya.

"Kenapa?" Tanya keduanya kompak lagi.

"Ada sesuatu yang membuatnya nggak bisa bersama kita lagi." Alesha cemberut. "Ibunya kemarin bilang gitu sama gue. Kalau Ayra nggak bisa kuliah bersama kita karena suatu alasan. Dan hal itu bisa menjadi masalah kalau Ayra sampai melanggar."

"Apa itu?" Amira terlihat semakin penasaran. Menatap Tina yang juga terlihat keheranan mendengar cerita Alesha. Tidak biasanya mereka saling menyembunyikan sesuatu.

"Itulah yang perlu kita perjelas sama Ayra sekarang. Kita harus meminta penjelasan kenapa dia tidak tetap pada rencana awal. Tapi, sepertinya dia selalu menghindar." Ucap Alesha dengan nada kesal. "Sepertinya, sekarang dia sengaja berlama-lama di toilet, agar kita tidak menuntut penjelasannya sekarang."

"Jangan su'udzon dulu, Guys. Siapa tau Ayra memang sakit perut. Ayra juga tidak mungkin seperti yang kalian sangkakan." Sergah Tina.

Tiba-tiba orang yang di ghibah muncul dengan wajah yang agak pucat. Chayra duduk di samping Alesha yang menatapnya dengan tatapan heran. Chayra meringis pelan sambil memegang perutnya.

Alesha menepuk pelan pundak Chayra. "Lho kenapa, Ayra?"

Chayra menatap Alesha ."Nggak tau nih, perutku tiba-tiba mulas. Apa aku kebanyakan makan rujak yang tadi ya?"

"Lho sih, makan rujak kayak makan nasi. Nggak tanggung-tanggung tadi saya lihat Bapak rujaknya buat bumbu naruh cabenya sampai satu genggam." Amira terlihat kesal. Padahal yang membuat ulah adalah dirinya.

"Kan tadi yang minta dibanyakin cabenya lho, Mira." Tangkis Tina. "Kok sekarang malah nyalahin Bapak rujak?"

"Ya juga ya." Amira nyengir mendapati kesalahannya. "Udah yuk kita pulang aja. Kasihan tuh si Ayra menahan sakitnya." Sambungnya sambil bangkit lalu mendekati Ayra yang masih meringis memegang perutnya. Amira mengapit Ayra di lengan kirinya. Tina ikut bangkit dan mengapit Ayra di lengan kanannya. Mereka berdua kompak membantu Chayra berdiri.

"Hei, kenapa kalian berlebihan seperti ini sih?" Tanya Chayra sambil mencoba melepas apitan tangan teman-temannya.

"Lho diam, Ayra! Lho lagi sakit, jangan banyak protes!" Ucap Amira dengan nada sadis.

Chayra mengangkat sebelah bibirnya seraya menelan ludahnya mendengar nada bicara Amira.

"Sekarang kita antar lho pulang. Kita nggak mau lho kenapa-napa di sini. Jangan banyak protes." Sambung Alesha lalu berjalan di depan menjadi komandan.

Chayra menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Dia mengikuti langkah Alesha dengan Amira dan Tina yang masih mengapit kedua lengannya. Dia tidak mau membantah lagi. Karena dia tau apa yang di lakukan oleh teman-temannya hanya demi kebaikan dirinya.

* * *

Seminggu sejak kejadian di taman, Chayra lebih sering mengurung diri di kamar. Bukan karena dia masih sakit. Tapi, dia ingin menikmati waktu sendiri. Tinggal beberapa hari lagi, dia akan meninggalkan rumahnya menuju tempat yang lebih baik.

Chayra berjalan menyusuri kamarnya yang sederhana. Kamar yang berisikan tempat tidur yang nomor tiga. Meja belajar dan sebuah lemari pakaian, serta kamar mandi di pojok ruangan.

Dia membuka lemari pakaiannya dan menatapnya dalam diam. Ketukan di pintu kamarnya membuatnya terlonjak kaget. Sayangnya, dahinya berhasil di kecup pintu lemarinya. Dan..

Dug !

"Astagfirullah, aduh..!" Ucapnya meringis pelan sambil mengusap dahinya yang terbentur tadi.

"Nak, ada teman-teman kamu di luar."

Suara lembut Ibunya membuatnya segera berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Melihat Ayra yang masih mengusap-usap dahinya, Bu Santi mengernyitkan alisnya. "Kamu kenapa, Nak?" Tanyanya pelan. Menyingkap anak rambut Chayra yang menutupi dahinya.

"Kaget tadi, Bu. Kepalaku terbentur." Jawab Chayra.

Bu Santi tersenyum. "Udah di tunggu teman-temanmu, Nak."

"Oh.." Chayra hanya ber'oh ria lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Bu Santi keheranan melihat tingkah anaknya.

"Lho..kok, kamu masuk lagi, nak?" Tanyanya heran.

"Mau ambil jilbab dulu, Bu.."

"Kamu kan hanya di dalam rumah, Nak. Nggak apa-apa kok walaupun tidak pakai hijab. Kan teman-teman kamu perempuan semua."

"Mau membiasakan diri aja, Bu. Iya walaupun di dalam rumah." Jawab Chayra santai sambil memasang jilbab instan yang tadi diambilnya.

"Kalau begitu terserah kamu saja, Nak. Yang penting itu hal yang baik, Ibu akan selalu mendukungmu." Ucap Bu Santi sambil berlalu dari hadapan anaknya. Chayra nyengir lalu menutup pintu kamarnya.

Di ruang tamu..

Ketiga temannya sibuk dengan handphone masing-masing.Tidak ada yang menyadari kedatangannya. Lama Chayra berdiri menatap temannya satu persatu. Namun, tiga gadis itu benar-benar fokus dan tidak menyadari kedatangannya sama sekali. Chayra menghela nafas berat sebelum akhirnya mengucap salam karena merasa dirinya diabaikan.

"Assalamualaikum, teman-temanku yang cantik-cantik, yang sedang sibuk sendiri.."

Ketiga gadis itu kompak mengangkat wajah mereka. "Wa'alakumsa..." Belum selesai ketiganya menjawab salam, mereka malah salah fokus pada orang yang mengucapkan salam.

"Hmmm..! Ada yang tampil baru nih, di dalam rumah. Dan kayaknya dia benar-benar taubat." Celoteh Amira

"Gila, Keren! Lho makin Solehah aja nih." Sambung Alesha.

"Perlu di kembangkan." Sambung Tina lagi.

Chayra memutar bola matanya mendengar komentar teman-temannya. " Perasaan, kalian belum selesai menjawab salam deh. Kok, kalian malah sibuk ngomentarin penampilan orang?"

Mendengar omelan Chayra, mereka bertiga saling pandang. Lalu....

"Wa'alaikumsalam, Ustadzah!" Ucap ketiganya serentak. Mereka tertawa terbahak-bahak.

Chayra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil beristighfar melihat tingkah teman-temannya.

Bu Santi muncul dari dapur dengan membawa nampan berisi cemilan dan empat gelas teh hangat. Menggeleng-geleng pelan melihat tingkah anak-anak remaja itu.

"Kalian kalau sudah bersatu kayak gini, ributnya minta ampun." Ucapnya seraya tersenyum hangat.

"Ya.. begitulah kami, Bu. Kalau bersama ribut, kalau berpisah saling merindukan." Ucap Alesha, diikuti dengan anggukan kepala oleh yang lain. Seperti halnya kami menyayangi Ayra dan tidak mau berpisah dengannya.

Tiba-tiba Amira mendekati Chayra. Duduk di sofa yang diduduki Chayra. "Sebenarnya kami kesini mau memastikan sesuatu sama lho, Ayra."

Mendengar ucapan Amira, Chayra langsung menunduk karena paham maksudnya. "Maafkan aku, Mira. Aku nggak bisa menjelaskannya sekarang." Jawabnya, masih menundukkan kepalanya karena tidak siap menerima tatapan maut ketiga temannya.

"Terus kapan, Ayra?" Tanya ketiganya serentak.

Bu Santi bangkit. "Silahkan kalian lanjutkan. Ibu mau masak dulu." Melangkah menjauh, meninggalkan pembicaraan serius anaknya.

Chayra mengangkat wajahnya. "Beri aku waktu."

"Sampai kapan, Ayra? Sedangkan minggu depan lho sudah berangkat." Tanya Alesha.

Chayra mengembuskan nafasnya pelan diiringi dengan istighfar. Menegakkan kembali wajahnya dan menatap ketiga temannya. "Tiga hari sebelum aku berangkat, aku akan menjelaskan semuanya. Kita akan bertemu di taman tempat biasa kita ngobrol. Aku akan menjelaskan alasanku kenapa nggak bisa kuliah bersama kalian dan memilih ikut Om dan Tanteku tinggal di Pesantren."

"Baiklah, kami akan menunggu hari itu. Tapi, kamu harus berjanji, kalau hari itu tiba, kamu tidak akan ngelak lagi dan tidak membuat alasan yang lain."

Chayra mengangguk mantap.

* * *

Terpopuler

Comments

Inru

Inru

Alisha mampir thor, salam kenal 🤝

2022-09-09

0

Seona Young

Seona Young

baru mampir

2022-04-14

0

Windi Andi Anindya

Windi Andi Anindya

bismillah

2022-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!