Ibunya Chayra

Chayra duduk termenung di depan meja belajarnya.Tuntutan teman-temannya yang memintanya menjelaskan alasannya yang tidak menepati janji, membuat pikirannya kalut.

Dia tidak terbiasa pada situasi seperti ini. Berualang kali dia beristighfar untuk menenangkan pikirannya. Namun, usahanya belum membuahkan hasil.

Ketukan di pintu kamarnya membuatnya bangkit dengan malas dan membuka pintu kamarnya.

Ceklek !

Chayra tersenyum samar melihat raut wajah hawatir ibunya di depan pintu. "Kamu belum sarapan, Nak. Ini sudah jam sembilan. Ibu tidak mau kamu sakit gara-gara kamu telat makan." Ucap Bu Santi. Membelai lembut kepala putrinya yang tertutup hijab.

"Ayra belum lapar, Bu. Nanti kalau sudah lapar Ayra pasti makan. Ibu jangan khawatir. Ibu berangkat saja ke toko."

"Kamu kenapa sih, Nak?" Tanya Bu Santi seraya merengkuh pundak anak gadisnya. "Ibu lihat dari kemarin kamu terlihat tidak bersemangat. Apa teman-temanmu menolak alasanmu tidak bisa kuliah bersama mereka?''

"Ayra belum bilang sama mereka, Bu. Tapi.."

"Tapi apa, Nak? muka kamu terlihat sangat kusut seperti ini." Bu Santi mengusap-usap wajah Chayra lembut.

"Nggak tau aja, Bu. Kenapa sulit sekali menjelaskan pada mereka. Padahal, Ayra yakin mereka pasti akan memahaminya." Ucapnya seraya memeluk ibunya.

Bu Santi membelai kepala putrinya dengan lembut.

"Andai saja Bapak masih ada ya, Bu." Chayra tiba-tiba mengingat sosok Almarhum Bapaknya.

"Ini sudah takdir, Nak. Jangan menyalahi takdir. Hal itu jangan terlalu di pikirkan. Bapakmu sudah tenang di sisi-Nya." Ucap Bu Santi seraya mengecup pelan kening anaknya. Menangkup wajah Chayra yang masih terlihat kusut. "Kalau begitu Ibu berangkat dulu ya, Nak. Kamu sarapan sekarang, jangan nanti. Kamu sering lalai kalau sudah malas makan. Kesehatan itu penting, Nak. Jangan sampai kamu terkena maag nanti."

"Iya, Bu. Ayra makan kok sekarang." Chayra tersenyum singkat, berlalu dari hadapan ibunya menuju dapur.

Bu Santi menatap nanar kepergian anaknya. Tiba-tiba saja matanya sedikit memanas. Jujur, sejak kepergian suaminya, Arianto. Dia jadi harus ekstra sabar menghadapi kedua anaknya.Terutama Bian, adiknya Chayra. Kalau Chayra mudah di atur karena perangainya yang lemah lembut dan penurut, walaupun keras kepala.Tidak seperti Bian, selain keras kepala, dia juga agak sulit di atur. Karena di usianya yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah, Arianto malah di panggil Ilahi pada tragedi kecelakaan pesawat terbang.

Bian tidak mendapatkan belaian kasih sayang seorang ayah karena usianya kala itu yang baru satu tahun.

Menjadi single parent membuat Bu Santi harus bekerja lebih giat. Arianto meninggalkan sebuah Toko di depan rumah sakit swasta untuk istri dan kedua anaknya. Sehingga, Bu Santi tidak perlu mencari pekerjaan. Dia hanya perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk menjaga Toko. Ada beberapa kariawan yang dia pekerjakan di tempat itu. Namun, dia harus datang setiap hari untuk memantau barang yang keluar masuk Toko.

Bu Santi meninggalkan rumah dengan perasaan yang kurang nyaman. Sikap Chayra yang tidak seperti biasanya membuat perasaannya kalut. Dia berjalan pelan mendekati mobilnya yang terparkir cantik di garasi rumahnya. Menghidupkan mesinnya, menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menembus keramaian kota.

* * *

Usai sarapan, Chayra kembali ke kamarnya. Duduk merenung lagi di depan meja belajarnya. Terkadang, dia kasihan sama ibunya yang harus bekerja keras untuk menghidupinya dan Bian. Ibunya bahkan tidak pernah memikirkan kehidupan pribadinya.

Lamaran dari orang silih berganti berdatangan.Tapi, Bu Santi selalu menolak dengan kata-kata halus dan memberikan sedikit pengertian, agar mereka tidak salah mengartikan penolakannya.

Yang menjadi prioritas utamanya sekarang hanya kedua anaknya. Bu Santi tidak mau mengambil resiko, jika nanti suami barunya memandang kedua anaknya dengan sebelah mata.

Lama menjanda tidak membuat Bu Santi hilang pesonanya sebagai wanita cantik. Dia tetap menawan.Tapi, karena dirinya lebih menutup diri pada laki-laki. Sehingga, tidak ada isu yang tidak pantas di dengar yang beredar di masyarakat. Jadi, gelarnya sebagai janda muda tidak meresahkan warga sekitar.

Chayra yang paham kondisi ibunya jadi merasa kasihan pada ibunya. Dia menyuruh ibunya menikah lagi agar tidak kesepian.Tapi, Bu Santi tetap pada pendiriannya.

"Kalian berdua adalah prioritas utama ibu saat ini.Kalian adalah harta ibu yang paling berharga."

kata-kata itu yang selalu di ucapkan Bu Santi pada kedua anaknya jika Chayra menyuruhnya memikirkan masalah pribadinya.

Chayra menghembuskan nafasnya dengan kasar. Merenung terlalu lama membuatnya tidak semangat. Dia bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Selesai mandi, Chayra mendirikan empat rakaat shalat Dhuha. Setelah itu, dia keluar rumah untuk memetik sayur di halaman belakang rumahnya.

Kembali dari halaman belakang, Chayra meletakkan hasil panennya di meja dapur. Dia mencuci tangannya, lalu memilih berbagai jenis sayuran hasil petikannya tadi. Memilih yang akan di masak sekarang dan menaruh sisanya di dalam kulkas.

Satu jam berkutik dengan alat dapur, akhirnya masakannya siap di hidangkan. Chayra membawa semua hasil masakannya dan menghidangkannya di atas meja makan. Sekilas dia mendengar suara mesin mobil masuk ke halaman rumahnya. Chayra melirik jam yang tergantung di dinding. Dia terlonjak kaget.

"Sudah jam setengah satu." Lirihnya. "Pantesan Ibu sudah balik." Ucapnya lalu berlari kecil membukakan pintu untuk Ibunya.

"Assalamualaikum," Suara salam Ibunya dari depan pintu .

"Wa'alaikumsalam.."Jawab Chayra sambil membuka pintu. Senyumnya mengembang melihat senyuman Ibunya, lalu mencium punggung tangan wanita yang sudah melahirkannya itu.

Bu Santi mencium aroma masakan yang menyeruak ke indra penciumannya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum sambil menatap anaknya. "Kayaknya anak ibu sudah nggak galau lagi nih." Godanya pada Chayra.

"Tadi Ibu buru-buru pulang, karena berpikir sampai rumah Ibu mesti masak dulu baru bisa makan. Eh, tau-taunya putri kesayangan sudah masak enak. Seneng banget Ibu kalau kayak gini."

Chayra menyebikkan bibirnya mendengar godaan ibunya. " Ayra merasa tidak baik kalau terlalu lama sedih dan memikirkan hal yang tak perlu di pikirkan."

Bu Santi tertawa kecil mendengar jawaban putrinya. "Itu kamu sudah tau. Terus, kenapa dari kemarin tampangmu menyedihkan?"

"Namanya juga lagi ada masalah, Bu. Yang namanya masalah, pasti dipikirkan lah.Tapi kan, Ayra tidak berlarut-larut sedihnya. Cuma beberapa jam aja, Bu.''

"Kamu terlihat kusut sejak satu hari yang lalu, Nak. Bukan beberapa jam." Ralat Bu Santi mendengar jawaban anaknya.

Chayra kembali menyebikkan bibirnya mendengar kata-kata Ibunya. Kelakuannya membuat Bu Santi menahan tawanya.

"Iya, Bu satu hari, bukan beberapa jam." Jawabnya, mengulang ucapan Ibunya sambil memanyunkan bibirnya membuat Bu Santi tidak bisa lagi menahan tawanya.

"Udah, sekarang kita makan siang dulu, setelah itu baru kita shalat." Bu Santi melangkah menuju dapur. Namun, tiba-tiba dia menghentikan langkahnya, berbalik menatap putrinya. "Adikmu belum pulang sekolah, Nak?" Tanyanya.

"Belum, Bu."Jawab Chayra singkat.

"Kita makan saja duluan kalau begitu."

"Tumben nanyain Bian dulu. Biasanya juga lansung makan." Ejek Chayra.

"Lagi inget aja." Jawab Bu Santi, mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi kayu untuk menikmati makan siang bersama putrinya.

"Ibu kenapa nggak cari kariawan yang bisa menjadi kasir aja, biar Ibu nggak terlalu capek bolak balik ke Toko." Kata Chayra membuka pembicaraan di sela-sela makan siang mereka.

"Rencananya Ibu juga begitu, Nak. Tapi, masih di pikir-pikir dulu. Ibu takut salah orang nanti. Mirna juga mau kembali sih katanya. Tapi, Ibu belum tau entah kapan."

"Memangnya sulit ya, Bu, mencari orang yang benar-benar tangguh dan bisa di andalkan."

"Kalau dipikir-pikir sih memang agak sulit, Nak. Apalagi di zaman ini, menilai seseorang tidak bisa hanya dari tampang wajahnya saja."Jawab Bu Santi.

Chayra nyengir mendengar jawaban ibunya.

"Ibu sedang menyusun rencana sekarang. Mudah-mudahan cepat mendapatkan orang yang dapat dipercaya. Andai saja Mirna tidak ikut suaminya. Ibu tidak akan sesusah ini sekarang." Bu Santi menghela nafas berat.

Chayra manggut-manggut mendengar penjelasan ibunya.

"Kalau kamu udah di pesantren nanti. Ibu nggak mungkin terus-terusan di Toko dan meninggalkan adik kamu sendirian di rumah. Jadi, rencana Ibu, begitu kamu berangkat ke Pesantren. Ibu harus lebih banyak waktu di rumah.

"Kenapa nggak dari sekarang cari kariawan, Bu. Biar nanti ibu bisa lebih santai dan bisa langsung tenang begitu aku berangkat."

"Nanti dah di pikir lagi, Nak. Ibu pusing sekarang." Jawab Bu santi. Menyelesaikan makan siangnya, lalu beranjak dari meja makan.

Chayra membereskan sisa makan siang, membawa piring kotor ke wastafel dan lansung mencucinya. Dia mengikuti langkah ibunya, masuk ke Musholla kecil di dalam rumahnya. Mereka menunaikan shalat Zuhur berjamaah.

Begitulah kehidupan keluarga Bu Santi. Tidak lengkap, tapi selalu berusaha untuk saling melengkapi. Walaupun tanpa seorang ayah di tengah-tengah kehidupan kedua anaknya. Bu Santi selalu berusaha menjadi orang tua yang terbaik untuk mereka. Tanpa melibatkan orang lain termasuk mertua dan juga saudara Almarhum suaminya.

* * *

Terpopuler

Comments

Seona Young

Seona Young

Entah sendiri atau masih punya suami seorang Ibu pasti akan berjuang untuk anak-anaknya agar anaknya tak kurang suatu apapun 🙂

2022-04-14

5

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!