Perasaan itu

Sudah hampir satu bulan tinggal di Pesantren. Chayra mulai terbiasa dengan kegiatan-kegiatan yang ada di Pesantren. Seperti terlihat pagi ini. Chayra duduk di pinggiran Majelis Ta'lim tempatnya mendirikan shalat tahajud tadi.

Chayra menunggu Saras dan Tania yang kembali ke Asrama untuk mengabsen adik-adik asuhan mereka. Agar tidak ada yang sampai terlambat ke Sekolah.

Ghibran yang baru keluar dari Masjid Santri usai melaksanakan shalat Dhuha, tertegun melihat gadis yang sedang duduk termenung sendirian itu. Dadanya selalu berdesir setiap melihat senyuman gadis yang baru beberapa hari ia kenal itu. Perasaan apa ini. Batinnya

Tiba-tiba, kakinya berjalan, melangkah pelan mendekati Chayra. Baru beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya. Apa yang akan dia katakan nanti, saat sudah berada di depan gadis itu. Namun, hatinya mengatakan, kalau dia harus mendekati gadis yang sedang duduk bersandar di tiang Majelis Ta'lim itu.

Langkahnya kembali terhenti saat melihat Saras dan Tania yang berlari kecil mendekati Chayra. Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar seraya beristighfar. "Astagfirullahal'adzim, apa yang aku lakukan?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Ghibran berbelok arah menuju Asrama Santri Putra. Tapi, hatinya berkata lain, memintanya untuk menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang. Rasa penasaran ingin melihat apa yang dilakukan gadis yang sangat ingin ia datangi tadi.

Chayra, Saras dan Tania berjalan menuju Masjid Santri. Mereka akan melaksanakan shalat Dhuha. Dan itu semua tak lepas dari perhatian seorang Ghibran Abdullah.

Bukannya melanjutkan langkahnya. Ghibran malah mengikuti tiga gadis tadi masuk ke dalam Masjid. Berdiri di sisi tirai pembatas antara Putra dan Putri. Di sana, dia bisa mendengar dengan jelas percakapan tiga gadis tadi.

"Ayra, aku lihat, kamu sepertinya sudah terbiasa melaksanakan shalat Dhuha. Apakah kamu selalu mengerjakannya sebelum kamu datang kemari?" Terdengar suara Saras.

Ghibran semakin menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan jawaban dari Chayra.

"Alhamdulillah, sejak aku masuk Sekolah Menengah Atas, aku selalu meluangkan waktu untuk mengerjakannya. Ibu juga selalu menuntut aku untuk bisa Istiqomah, ketika aku mengerjakan perbuatan yang bermanfaat. Jadi, aku merasa berat kalau harus meninggalkannya.

"Wah, kamu keren, Ayra. Kamu bukan seorang Santri. Tapi, jiwa Istiqomah kamu itu layak untuk di tiru." Ucap Tania. "Aku saja disuruh shalat dua rakaat saja masih terasa berat."

"Kalau dibiasakan, insya Allah, kita pasti terbiasa dan akan terasa ada yang kurang kalau kita belum mengerjakannya."

"Sudah, ayo kita mulai. Jangan kebanyakan ngobrol." Timpal Saras.

Ghibran yang masih berdiri di balik tirai, tertegun mendengar setiap kalimat yang terlontar dari mulut tiga gadis itu. "Gadis yang luar biasa." Gumamnya pelan. Berbalik keluar dari Masjid. Bergegas menuju Asrama Santri Putra. Takut keberadaannya di sadari tiga gadis itu.

* * *

Chayra mengerjapkan mata. Memicingkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra pengelihatannya. Melirik jam dinding yang terpampang di dinding kamarnya.

Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia segera bangkit dan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tidak mau terlambat lagi. Takut Umminya menunggu seperti kemarin. Hari kemarin Bu Ainun sampai bolak balik mengetuk pintu kamarnya karena matanya sangat sulit terbuka.

Usai melaksanakan shalat Tahajud. Chayra mendekati Saras dan Tania yang sudah duduk santai di tempat biasa.

Tampak Ghibran berjalan ke arah kelas mereka bersama seorang pria. Dia itu Rudi, teman seangkatan Ghibran. Mereka berjalan santai sambil ngobrol. Mereka berpisah untuk mengisi materi pada kelas yang telah ditentukan.

Sekitar satu jam Ghibran mengisi materi. Terdengar adzan Subuh berkumandang dari Masjid Santri. Mereka semua diam mendengarkan adzan. Membaca do'a setelah adzan usai adzan dikumandangkan.

"Baik, Adik-adik. Karena sudah adzan. Materinya kakak cukupkan sampai disini." Ucap Ghibran menutup kelasnya pagi ini.

"Iya, Ustadz." Jawab para santri serentak.

"Kakak tutup ya. Semoga ilmu yang Kakak sampaikan tadi bermanfaat. Sekian, Assalamualaikum warahmatullahi wa barokaatuh."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barokaatuh."

Ghibran bangkit lebih dulu, meninggalkan adik-adik bimbingannya. Setelah Ghibran keluar, barulah Chayra dan teman-temannya bangkit. Mereka langsung menuju Masjid Santri untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah.

Di tengah perjalanan menuju Masjid, Chayra malah gagal fokus dengan ucapan dua santri yang berjalan di belakangnya.

"Kok, sekarang Ustadz Ghibran rajin banget ya masuk ke kelas kita?" Tanya salah seorang pada teman di sampingnya.

"Iya, ya. Aku rasa setelah keponakannya Ummi Ainun itu ada di kelas kita. Bahkan, selama Ayra ada di sini, bisa di bilang selalu Ustadz Ghibran yang mengisi materi. Biasanya dulu selalu gantian dengan Ustadz Rudi atau Ustad Kholis." Jawab teman di sampingnya.

"Kayaknya Ustadz Ghibran jatuh cinta deh, sama Ayra."

"Menurutku juga begitu. Apa kamu pernah memperhatikan kalau Ustadz Ghibran sedang menyampaikan materi. Tatapannya selalu tertuju pada Ayra."

Teman di sampingnya menganggukkan kepalanya tanda menyetujui pendapat temannya.

Chayra hanya diam mendengarkan percakapan dua orang di belakangnya. Saras dan Tania hanya memandang Chayra. Merasa khawatir kalau ucapan dua orang di belakang mereka tadi menyinggung perasaan Chayra.

Tidak ada perubahan pada raut wajah Chayra. Mereka berdua bisa bernafas lega setelah mendengar Chayra berulang kali melafalkan Istighfar dengan suara lirih.

Saras dan Tania kagum dengan ketegaran Chayra. Walaupun sering dibicarakan oleh para santri. Tapi, Chayra tidak pernah tersinggung. Dia hanya akan beristighfar ketika mendengar dirinya menjadi topik pembicaraan.

"Sabar ya, Ayra." Tania menepuk pelan pundak Chayra. "Seharusnya mereka sadar diri. Siapa kamu dan siapa kami." Sambungnya. Tatapannya lurus ke depan, ke arah dua orang Santri yang sudah mendahului langkah mereka sejak tadi, karena mereka berjalan lebih lambat.

Chayra mengernyit heran. "Kok, kamu ngomong gitu, Nia? Kita ini sama-sama manusia biasa."

Tania menggeleng pelan. "Status sosial kita yang berbeda, Ayra. Kami hanya dari kalangan rakyat jelata."

Percakapan mereka terhenti ketika suara iqomah dikumandangkan dengan merdu dari dalam Masjid.

* * *

Pagi itu, selesai mengikuti kultum ba'da shalat Subuh. Chayra, Saras dan Tania berjalan santai sambil bercerita.

"Kamu tau, Ayra? Kalau kita nggak hadir saat di absen. Kita akan mendapatkan hukuman di sini. Dan hukuman itu akan membuat tanganmu yang cantik ini menjadi kebas atau bahkan sampai bengkok." Saras bercerita heboh sambil menarik-narik pelan tangan Chayra.

Chayra mengerutkan alisnya. "Memangnya hukumannya apa?"

"Menulis lafadz istighfar, atau lafadz Tahmid, Tahlil, Bismillah dan bla...bla...bla... sampai ribuan kali." Jawab Tania tak kalah heboh.

Jawaban dari Tania membuat Chayra semakin bingung. "Maksudnya kamu?"

Saras menarik tangan Chayra mendekati sebuah bangku panjang di pinggir kolam ikan yang lumayan besar. "Sini, kita duduk dulu biar lebih santai."

Jejeran pohon mahoni yang rindang sepanjang pinggir kolam ikan itu membuat suasana pagi semakin sejuk.

Chayra menarik nafas dalam-dalam menikmati sejuknya udara di sekitar. "Subhanallah.. Sungguh indah ciptaan-Mu ya Allah." Gumam Chayra.

Saras dan Tania saling pandang melihat kekaguman Chayra.

"Kamu baru sekarang menikmati alam Pesantren ini. Sedangkan kami dari enam tahun yang lalu selalu menikmatinya." Ucap Tania.

Chayra menatap Tania sambil tersenyum. Tiba-tiba, dia teringat dengan hal yang mereka bahas sebelum duduk di bangku tadi. "Eh, Saras, Nia. Tadi kan aku nanya tentang hukuman yang kalian dapatkan. Kalian belum menjelaskan sampai aku paham."

"Gini lho, Ayra. Misalnya, sekarang kamu tidak hadir saat pengasuh mengabsen."

"Aku sudah paham kalau yang itu." Ucap Chayra memotong penjelasan Saras.

Tania meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Sssttt... dengarkan dulu, Ayra."

Chayra mengangguk pasrah.

"Satu kali kamu tidak hadir, itu berarti satu hukuman sudah menjadi milikmu. Misalnya, hukumannya kamu disuruh menulis lafadz istighfar sebanyak seribu kali."

Chayra membulatkan matanya tak percaya. "Menulis lafadz istighfar sebanyak seribu kali? Mengulang penjelasan Saras.

Saras dan Tania menggangguk serentak.

"Itu untuk satu hukuman."

Chayra menelan ludahnya tak percaya. Diam tertegun dan mencoba mencerna maksud Pesantren memberikan hukuman seperti itu. Setelah merenung beberapa saat, wajahnya berbinar senang. "Aku tau tujuannya. Itu semua agar kalian tobat dan kembali ke jalan yang benar."

Mereka bertiga tertawa serentak sambil menutup mulut.

"Hhmmm...!!

Suara deheman di belakang membuat mereka menoleh serentak.

"Kak Kholis!" Tania dan Saras langsung berdiri dan menundukkan kepala. Chayra ikut berdiri dengan bingung.

"Santai sekali kalian? Apa kalian tidak malu? Adik-adik kalian sudah berangkat dari tadi ke Masjid." Ucap Kholis sambil menepuk-nepuk tongkat yang dibawanya di telapak tangannya.

"Ayo..!" Tania menarik tangan kedua temannya. Berlalu dari hadapan Kholis dengan menundukkan kepala.

Baru beberapa meter berlalu dari hadapan Kholis. Mereka disambut dengan suara orang yang tertawa kecil di depan mereka. Serentak mereka bertiga mengangkat kepala.

"U.. Ustadz Ghibran!" Ketiganya tergagap melihat Ghibran yang bersandar santai di sebuah pohon mahoni.

Ghibran kembali tertawa kecil. "Kalian terlihat sangat lucu."

Tania menyebikkan bibirnya. Saras mengangkat sebelah bibirnya. Sedangkan Chayra, ia menundukkan pandangannya.

Ghibran berjalan mendekati mereka. Setelah berjarak sekitar satu meter. Berhenti di hadapan tiga gadis itu.

"Chayra Azzahra."

Mendengar namanya dipanggil, Chayra mengangkat kepalanya. Dia menatap Ghibran. Mereka berkontak mata sekilas lalu Chayra kembali menunduk.

Ghibran kembali tersenyum. "Aku.. aku suka caramu menjaga pandanganmu."

Deg !

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Ghibran langsung berlalu dengan gemuruh di dadanya. Jantungnya berpacu sangat cepat. Dia senyum-senyum sendiri Dan langsung kembali ke Asrama Santri Putra.

* * *

Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!