Kekonyolan Rudi

Ghibran benar-benar tidak masuk di kelas bimbingannya pagi ini. Dia masih malu karena kejadian kemarin. Dia juga sedang menyiapkan hati dan pikiran karena sore nanti adalah penentu nasib cintanya.

Usai melaksanakan shalat malam, Ghibran rebahan di atas sajadah. Pandangannya lurus ke atas, ke arah langit-langit Asramanya.

"Ghi, ayo kita ke Majelis Ta'lim. Ini sudah telat sepuluh menit." Rudi menarik kaki Ghibran.

"Aku nggak masuk pagi ini. Aku masih nggak enak sama adik-adik karena...." Ghibran terdiam. Masih ragu untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya untuk Rudi.

"Karena apa, Ghi?"

"Sudah, kamu berangkat aja sana, Rudi. Kalau ada yang tanya, katakan saja aku sedang kurang enak badan."

Rudi menyeringai heran. "Enteng sekali mulutmu menyuruh orang berbohong, Ghi?" Rudi menendang pelan betis Ghibran.

"Aku memang lagi kurang sehat, Rudi."

"Jangan bohong, Ghi!" Rudi menunduk, menempelkan punggung tangannya di dahi Ghibran.

"Nggak ada tanda-tanda kamu sakit. Demam juga nggak. Sakit apanya? Wajah kamu pucat juga tidak."

"Perasaanku yang sedang tidak sehat, Rud."

Rudi mendengus. "Perasaanmu yang tidak sehat, kenapa Santri yang harus jadi korban? Membimbing mereka kewajiban kita, Ghi. Jangan libatkan perasaan dalam hal ini."

Ghibran bangkit, Dia duduk di hadapan Rudi yang masih berdiri. Rudi tidak mau mengubah posisinya walaupun Ghibran mendongak menatapnya.

"Aku benar-benar nggak bisa fokus saat ini, Rud. Kemarin aja para santri habis-habisan ngeritik aku. Iya, gara-gara aku bersikeras mengatakan sudah menyampaikan materi sedangkan para Santri tidak mendengarkan apapun yang keluar dari mulutku."

"Hah?" Rudi melongo. Namun, tawanya tiba-tiba meledak. Ha..ha..ha. Ternyata gadis itu berhasil menjatuhkan harga dirimu. Cinta benar-benar membuatmu gila, Ghi. Sudah, aku mau pergi. Silahkan nikmati kegilaanmu pada wanita." Rudi langsung berlari usai mengatakan itu dengan tertawa terbahak-bahak. Dia tidak mau mendengarkan jawaban Ghibran.

Mendengar ucapan Rudi, Ghibran melototkan mata. Dia mengambil sandal di bawah kaki tempat tidur lalu berlari mengejar Rudi yang sudah berlari menjauh dari Asrama." Hei, Rudi! Sini kamu, kalau kamu benar-benar jantan!" Ghibran melempar sandal di tangannya sekuat tenaga.

Sekuat apapun dia melempar, tidak akan pernah sampai pada Rudi yang tawanya sudah terdengar samar di telinga Ghibran. Sedangkan Rudi masih cekikikan mengingat keberaniannya mengatakan itu kepada Ghibran. Mendengar teriakan Ghibran membuatnya kembali tertawa.

"Astagfirullahal'adzim.. " Ghibran mengusap mukanya kasar dan masuk kembali ke dalam Asrama.

Untung para santri sudah di Majelis Ta'lim. Kalau mereka masih di Asrama. Entah, apa yang akan terjadi jika mereka sampai menyaksikan kekonyolan dua orang tadi.

Ghibran duduk kembali di atas sajadahnya. Dia membuka sebuah kitab fiqih yang tadi sempat dia ambil dari rak di lemari kitabnya. Membolak balik lembar demi lembar. Tak satupun yang dia baca masuk ke dalam kepalanya.

"Astagfirullahal'adzim.." lirihnya pelan. Dia meletakkan kembali kitabnya. Dia mendekati ranjangnya mencoba memejamkan mata sebelum waktu subuh tiba. Tidak membuahkan hasil. Matanya merem, tapi tidak dengan pikirannya. Hatinya masih saja memikirkan seorang gadis yang selalu tersenyum tulus dan terlihat sangat manis di mata seorang Ghibran Abdullah. Gadis yang selalu melafalkan istighfar. Sehingga dia menjulukinya dengan julukan 'Gadis yang gemar beristighfar.'

Ghibran menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Pikirkannya benar-benar kacau. Beranjak bangun berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu'.

Ghibran mengibas-ngibaskan rambutnya yang sedikit basah karena air wudhu'. Dia sungguh terlihat sangat tampan. Andaikan ada wanita yang menatapnya saat itu. Pasti wanita itu akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sementara itu di Majelis Ta'lim..

Chayra terlihat gelisah karena tidak ada tanda-tanda kedatangan Ghibran. Sedangkan di kelas sebelah, Rudi sudah mulai menyampaikan materi.

"Ayra, apa Ghibran tidak memberi tahumu alasannya tidak hadir pagi ini?" Tania melontarkan pertanyaan secara tiba-tiba.

Chayra mengernyitkan alisnya."Apa alasanku berhak tau tentang urusannya. Aku juga tidak sedekat itu dengan dia, Nia. Jadi aku mohon, jangan berfikir terlalu jauh."

"Kamu kan orang yang spesial baginya." Ucap Tania sedikit berbisik. "Jangan marah, Ayra, aku cuma bercanda." Sambungnya sambil menarik mukenah Chayra agar mau menatapnya.

"Aku tau kamu suka bercanda, Nia. Makanya aku tidak mau terlalu meladeni semua omongan kamu."

"Sudah, jangan berdebat." Saras angkat bicara. "Lebih baik kita bahas yang lain atau mengulang pelajaran yang kemarin seperti teman-teman yang lain."

"Aku nggak mau. Aku mau Ayra menceritakan isi surat yang kemarin."

Saras membekap mulut Tania. "Pelankan suara kamu, Nia. Kita tidak sedang bertiga sekarang. Kamu sadarkan, kita sedang di kelas sekarang."

Tania menarik tangan Saras yang membekap mulutnya. "Aku tau, Saras. Aku kan tidak menyebutkan nama pengirimnya."

"Ssstt.. jangan berisik. Sini aku ceritakan." Chayra menarik tangan kedua temannya agar lebih mendekat padanya.

Wajah Saras dan Tania berbinar senang. Mereka langsung merapat pada Chayra.

"Dia mengajakku ketemuan." Chayra langsung pada poin pembicaraan tanpa basa-basi.

"Apa!" Saras dan Tania menganga tak percaya.

"Sejauh itu, Ayra? Terus kamu bilang apa?"

"Sebelum membalasnya kemarin, aku diskusikan dulu dengan Abah dan Ummi. Takut aku salah mengambil tindakan."

"Wah, kamu mengadukannya sama Abah Ismail? Pasti Abah Ismail langsung menolak. Iya kan, Ayra?" Saras mencoba menebak. Tania hanya mengangguk menyetujui pendapat Saras.

"Setelah mendengarkan penjelasanku, Abah menyetujui dan memintaku untuk menemuinya. Tapi, aku mendapatkan penentangan dari Ummi."

"Maksud kamu?"

"Ummi tidak menyetujui kalau aku menemuinya. Dia tidak mau ambil resiko kalau aku sampai berurusan dengan pengurus Pesantren. Ummi juga tidak setuju dengan rencana pertemuan ini."

"Aku masih belum percaya kalau Abah menyetujui kamu akan bertemu dengannya." Ucap Tania lagi.

"Mm..mm." Timpal Saras.

"Dia mendukung sejak awal. Bahkan Abah selalu membangga-banggakan Ustadz Ghibran di depanku. Kemarin aja, dia sempat berdebat panjang dengan Ummi karena keputusannya."

"Wah, keren." Tania mengacungkan jempolnya. "Terus kapan kamu akan bertemu dengannya?"

"Insya Allah, nanti sore ba'da shalat Ashar. Dan aku mau minta bantuan kalian berdua."

"Kami pasti siap membantumu." Ucap Tania lagi.

Chayra tersenyum. "Temani aku menemuinya."

"Masa iya kita nguping pembicaraan kamu nanti dengan Ustadz Ghibran."

"Ssstt... jangan menyebut namanya." Chayra meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.

Tania langsung menutup mulutnya. Dia menatap sekitar. Semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing. Dia mengelus dada. "Aman, Ayra, nggak ada yang dengar ucapanmu kok."

Chayra melanjutkan kalimatnya. "Apa kalian mau ada setan di antara kami jika kami bicara berdua?"

"Tentu kami akan menemanimu,Ayra. Jangan dengarkan ucapan Tania."

Percakapan mereka terhenti ketika azan Subuh terdengar dikumandangkan dari Masjid Santri.

Para Santri langsung bangkit, meninggalkan Majelis Ta'lim menuju Masjid.

"Chayra Azzahra."

Suara panggilan di belakangnya membuat Chayra menoleh. Saras dan Tania juga ikut menoleh.

Saras menautkan alisnya melihat Rudi berjalan cepat ke arah mereka. "Kenapa Ustadz Rudi memanggil kamu, Ayra?" Tanya Saras.

Chayra hanya mengangkat bahu.

Rudi menatap sekeliling setelah sampai di hadapan tiga gadis itu. "Ghibran titip salam untukmu, dia tidak bisa mengisi kelas karena kurang sehat." Ucap Rudi, matanya tajam menatap Chayra.

Perasaan penasaran yang mereka pendam dalam hati mereka masing-masing langsung terjawab saat mendengar kalimat Rudi.

"Ustadz Ghibran sakit apa, Ustadz?" Tanya Chayra dengan raut wajah khawatir.

"Hah, ternyata kau mengkhawatirkannya juga."

Rudi tidak percaya dengan jawaban Chayra. "Kamu mau tau dia sakit apa?"

Bukan hanya Chayra yang mengangguk, dua gadis di samping kiri dan kanannya juga ikut mengangguk.

"Dia sedang kurang sehat hati dan perasaannya karena memikirkan seorang wanita yang bernama Chayra Azzahra." Ucap Rudi cepat.

Tiga gadis di depannya diam melongo.

"Ayo, kita shalat berjamaah dulu. Nanti keburu iqomah. Jangan pikirkan laki-laki yang sedang kurang waras itu, Ayra. Nanti kamu ikut kurang waras."

Tiga gadis di depan Rudi hanya menganga tanpa menimpali ucapan Rudi. Mereka baru sadar kembali saat Rudi menepuk tangannya di depan wajah mereka. Dan Rudi langsung pergi meninggalkan mereka yang belum pulih kesadarannya.

* * *

Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!