Pertemuan pertama

Bu Ainun berdiri di depan kamar yang ditempati Chayra. Mengetuk-ngetuk pintu kamar itu dengan pelan. "Ayra, bangun, Nak. Waktunya Tahajud."

Chayra mengerjapkan mata. Ini hari pertamanya bermalam di pesantren. Dia menguap seraya bangkit, berjalan mendekati pintu kamarnya.

Ceklek !

Bu Ainun yang masih berdiri di depan pintu kamar keponakannya tersenyum. "Waktunya Tahajud, Sayang." Membelai lembut kepala keponakannya.

Chayra membalas senyuman Bu Ainun. "Iya,, Tante. Eh, Ummi. Ayra ambil air wudhu' dulu."

Bu Ainun tersenyum mendengar ucapan Chayra yang masih belum terbiasa memanggilnya Ummi. "Kita shalatnya di Majelis Ta'lim, Nak. Kita gabung dengan para Santri. Ummi tunggu kamu di depan."

"Iya, Ummi." Chayra berbalik. Segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu'. Tidak mau Umminya menunggu terlalu lama.

Selesai mendirikan shalat dan berdo'a. Bu Ainun minta izin pada keponakannya untuk kembali ke rumah.

"Ummi balik duluan, Nak. Mulai sekarang, kamu harus membiasakan diri mengikuti kajian sebelum shalat Subuh." Bu Ainun menatap sekitar yang dipenuhi Santri.

"Ummi lihat apa?" Tanya Chayra.

Bu Ainun masih memperhatikan sekitar.Dia berbicara tanpa mengalihkan perhatiannya pada Chayra. "Ummi sedang mencari... Ah, itu mereka. Saras, Tania!" Mengeraskan suaranya, memanggil dua orang gadis yang terlihat sedang ngobrol santai usai shalat.

Dua gadis itu menoleh serentak. Mereka segera bangkit setelah mengetahui siapa yang memanggil mereka. Berlari kecil mendekat ke arah Bu Ainun dan Chayra.

"Apa Ummi memanggil kami?" Saras bertanya dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Iya, Nak. Ummi mau minta tolong sama kalian. Ajak keponakan Ummi bersama kalian. Semoga kalian bisa akrab dalam waktu dekat. Kalian sepertinya seumuran karena sama-sama baru menamatkan Sekolah Menengah Atas."

Saras dan Tania mengangguk.

"Dengan senang hati, Ummi." Tania tersenyum seraya menatap Chayra. "Ayo.." Merangkul Chayra sok akrab.

"Kalau begitu, Ummi kembali dulu ya.. Kenalan dengan teman-teman baru kamu, Nak.

"Iya, Ummi."

Bu Ainun berlalu dari hadapan keponakannya.

"Namamu siapa?" Saras bertanya pada Chayra yang hanya duduk diam sejak kepergian Bu Ainun.

"Saya Chayra Azzahra. Biasa dipanggil Chayra atau Ayra juga bisa." Chayra tersenyum kaku.

"Saya Saras dan ini Tania. Kami berdua sudah enam tahun disini. Jadi, Ummi Ainun sangat mengenal kami dengan baik." Jelas Saras.

Tania hanya terkekeh mendengar penjelasan Saras yang tidak pernah diminta Chayra.

"Kamu kenapa, Tania?"

"Aneh aja. Tidak ada yang meminta penjelasan sama kamu. Tapi, kamu malah sibuk menjelaskan panjang lebar." Tania kembali terkekeh.

Chayra hanya tersenyum melihat dua gadis teman barunya itu.

"Iihhh, kamu menyebalkan, Tania...!" Saras memukul-mukul pelan tubuh Tania. Mukanya bersemu merah karena malu.

"Aku juga butuh penjelasan itu." Ucap Chayra tiba-tiba. Saras langsung menghentikan aksinya.

"Tuh kan, Ayra juga pasti butuh informasi tentang kita." Saras tersenyum penuh kemenangan.

Chayra hanya tersenyum menanggapinya.

Tiba-tiba, perhatian mereka teralihkan pada sosok laki-laki tampan yang berjalan di kejauhan.

"Wahh, mimpi apa aku semalam? Ustadz Ghibran sampai ngajar di kelas kita malam ini?" Tania terlihat heboh. Perhatiannya tidak teralihkan dari sosok tampan yang masih berjalan semakin mendekat ke arah kelas mereka.

"Ini bukan malam lagi, Tania. Ini sudah mau pagi." Ralat Saras. "Belum tentu juga Ustadz Ghibran mengajar di kelas kita."

"Makanya bantu aku berdo'a biar dia masuk ke kelas kita."

Chayra yang dari tadi hanya menjadi pendengar akhirnya angkat bicara karena penasaran. "Memangnya kenapa? Kalian terlihat sangat berharap kalau dia yang mengajar kita?"

"Kamu mau tau?" Ucap Tania dengan heboh.

Chayra menganggukkan kepalanya.

"Dia itu Ustadz paling tampan di sini

Dia Ustadz paling lemah lembut di sini. Dia Ustadz favorit di sini. Pokoknya, dia Ustadz yang paling perfect." Tania menjelaskan dengan berapi-api. Tindakannya itu membuat teman-temannya yang sekelas dengannya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Assalamualaikum,"

Suara ucapan salam membuat mereka terdiam. Perhatian mereka tertuju pada orang yang mengucapkan salam.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wa baarakaatuh." Jawab para Santri serentak.

Bagai mendapat angin segar. Tania senyum-senyum sendiri. Meremas jari-jari tangannya yang saling bertautan.

Chayra meliriknya dengan heran. Dia menyentuh lengan Tania. "Kamu kenapa?"Tanyanya berbisik.

"Aku terlalu senang karena Ustadz Ghibran benar-benar masuk ke kelas kita."

Chayra menautkan alisnya. "Kamu berlebihan, Tania."

Tania hanya nyengir mendengar ucapan Chayra.

Bagaimana kabar kalian ?" Suara Ghibran membuat mereka kembali memfokuskan perhatiannya ke depan.

"Alhamdulillah, kami baik, Ustadz."Jawab mereka serentak.

Ghibran tersenyum lembut. Sebenarnya, dia tidak suka di panggil Ustadz. Namun, para Santri segan kalau harus memanggilnya kakak. Dia memperhatikan adik bimbingannya satu persatu. Tatapannya terhenti pada sosok gadis yang duduk sekitar dua meter di depannya. Gadis itu terlihat asing di matanya.

Mendapat tatapan dari laki-laki di depannya. Chayra tersenyum seraya menundukkan pandangannya.

Dada Ghibran berdebar. Ada perasaan aneh yang berdesir di dadanya. Jarang-jarang dia berjumpa wanita yang seperti ini. Dia menarik nafas dalam mencoba mengatur irama jantungnya.

"Dek.." Panggilnya pelan.

Yang dipanggil masih menunduk.

"Dek.." Panggilnya lagi.

Saras menyenggol lengan Chayra agar segera mengangkat wajahnya. Bukannya mengangkat wajahnya, Chayra malah terlonjak kaget. Berjingkat berdiri seraya melafadzkan istighfar. "Astagfirullahal'adzim..!" Menjerit seperti orang ketakutan.

"Kamu kenapa, Ayra?" Saras dan Tania bertanya kompak dengan nada panik. Menarik tangan Chayra agar duduk lagi.

Chayra malah melongo. Semua mata tertuju padanya. Mereka penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan Chayra.

"Ayra.." Panggil Saras lagi, melambaikan tangannya di depan wajah Chayra.

"Iya, iya, ada apa?!" Chayra tergagap. Mengumpulkan kembali kesadarannya.

Para santri di belakangnya cekikikan melihat tingkahnya.

"Kamu kenapa, Ayra?" Tania mengulang pertanyaan Saras.

"Aku..? Aku kenapa ya..?"Tanyanya balik.

Sontak, ucapannya mengundang gelak tawa orang yang sekelas dengannya. Tak terkecuali Ghibran.

Saras menghembuskan nafasnya dengan kasar, memutar bola matanya. Sedangkan Tania menepuk jidatnya. Mereka tak percaya dengan kekonyolan yang dibuat Chayra.

Ghibran masih tersenyum. Mencoba memanggil Chayra lagi. "Adek.." Ucapnya pelan.

Chayra langsung menoleh diikuti oleh Saras dan Tania. "Iya, Ustadz." Jawabnya pelan.

"Tadi saya yang memanggil kamu, tapi kamu tidak menoleh. Terus Saras menyenggol lengan kamu. Tapi, kamu malah terlonjak kaget. Apa tkamu tidur tadi?"

Chayra menggeleng pelan. "Astaghfirullah, saya tidak tidur, Ustadz. Cuman, tadi saya kaget aja." Jawabnya mencoba membela diri. Kembali menundukkan kepalanya.

Ghibran kembali tersenyum. Mengalihkan topik pembicaraan karena melihat muka Chayra bersemu merah. "Apa kamu Santri baru, Dek?"

"Iya, Ustadz. Dia ini santri baru, tapi sudah tamat Sekolah Menengah Atas. Sama seperti kami. Dan satu lagi. Ustadz juga perlu tau, kalau dia ini keponakannya Abah Ismail dan Ummi Ainun." Tania menjelaskan dengan panjang lebar.

Ghibran terlihat keheranan mendengar penuturan Tania. "Saya tanya dia, Tania, bukan kamu." Jawab Ghibran.

"Ustadz.. ihh, nyebelin deh. Saya kan hanya membantu Ayram. Dia kan masih malu menjawab pertanyaan dari Ustadz." Tania menyebikkan bibirnya.

"Kamu sih, kebiasaan sering nyerocos. Orang yang ditanya, kok kamu yang sibuk jawab." Saras ikut menimpali.

"Sudah, kalian jangan berdebat. Kalau begitu sekarang kita isi dengan perkenalan dulu dengan keluarga baru kita."

"Iya,.Ustadz.." Para Santri menjawab serentak.

"Dek, bisa minta tolong kamu maju ke depan. Teman-teman baru kamj mau melihat wajahmu." Ucap Ghibran.

Chayra mengangguk, maju perlahan dan duduk berjarak beberapa langkah di samping Ghibran. Dia mengangkat wajahnya lalu tersenyum kepada teman-teman barunya.

"Berdiri saja, Dek, tidak apa-apa." Ghibran mempersilahkan Chayra memperkenalkan diri sambil berdiri.

Chayra menggelengkan kepala. "Saya lebih nyaman kayak gini. Terima kasih tawarannya, Ustadz." Chayra tersenyum kepada Ghibran.

Dada Ghibran kembali berdesir melihat senyuman manis Chayra. Dia tersenyum kaku. "Silahkan, Dek kamu bisa mulai."

Chayra mengangguk, mengucap salam terlebih dahulu sebelum mulai memperkenalkan diri.

Chayra melanjutkan ucapannya. "Sebelumnya, saya minta maaf mengganggu waktu belajar teman-teman. Nama saya Chayra Azzara. Teman-teman bisa memanggil saya Chayra atau Ayra juga bisa. Saya orang baru di sini. Saya tidak tinggal di Asrama Santri. Tapi, saya tinggal di rumah Abah Ismail. Karena kebetulan beliau adalah Om saya."

"Ayra, apakah sebelumnya kamu juga tinggal di Pesantren?" Seorang santri yang duduk di paling belakang barisan melontarkan pertanyaan.

"Tidak pernah. Tapi, kedua orang tua saya Alumni di Pondok Pesantren ini. Kalau saya tidak seperti itu. Saya bahkan sekolah di Sekolah Negeri. Tapi, saya juga belajar kitab di rumah. Jadi Alhamdulillah, kitab-kitab dasar yang diajarkan di sini, saya sudah menamatkannya di rumah."

"Alhamdulillah." Ucap Ghibran.

"Apa yang mendorong kamu sehingga mau masuk pesantren setelah menamatkan Sekolah Menengah?" Satu pertanyaan datang lagi.

"Chayra tersenyum hambar mendengarkan pertanyaan itu. "Sebenarnya, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk tinggal di Pesantren. Tapi ..." Chayra menjeda ucapannya. Terdengar helaan nafas berat darinya. "Ini permintaan Om dan Tante. Eh, salah sebut. Maksud saya permintaan Abah Ismail dan Ummi Ainun. Kata beliau, karena ini merupakan wasiat dari Almarhum Bapak saya. Jadi, saya wajib menaatinya tanpa kata tapi."

Ghibran tertegun mendengar jawaban Chayra.

"Jadi, ayahmu sudah wafat?" Tanyanya pelan, takut menyinggung Chayra.

Chayra mengangguk ragu. "I..iya, Ustadz." Menundukkan kepalanya.

"Maaf, kalau pertanyaanku menyinggungmu."

"Tidak, Ustadz." Jawab Chayra, kembali tersenyum hambar.

"Kamu boleh kembali ke tempatmu." Ghibran mempersilahkan Chayra kembali duduk di atas sajadahnya.

"Terimakasih, Ustadz." Chayra berjalan dengan berjongkok lalu duduk dengan nyaman di atas sajadahnya.

Ghibran kembali menatap para adik santrinya.

"Chayra Azzahra, namamu indah. Aku suka namamu." Ucapnya tiba-tiba. Para santri bertepuk tangan riuh.

"Ciie... Ustadz suka namanya atau orangnya?" Lontaran dari salah seorang santri membuat Ghibran melototkan matanya. Wajahnya memerah. Bukan karena marah, tapi karena malu dengan pertanyaan itu.

Dadanya kembali berdebar. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan santri itu.

"Apakah Ustadz Ghibran jatuh cinta pada pandangan pertama padam ?" Tanya Tania dengan pelan. Namun, nada bicaranya agak sedih.

Chayra mengangkat bahu. "Jangan ngomong sembarangan karena itu bisa jadi fitnah. Dia kan bilang suka namaku, bukan aku." Ucapnya sambil menjepit hidung Tania.

"Ternyata kamu orangnya asyik ya, Ayra. Aku mau deh jadi teman permanent kamu." Saras langsung menyela. Tidak mau terlibat dengan urusan laki-laki. Sengaja menyela ucapan Tania, agar teman baru mereka tetap nyaman berteman dengan mereka.

Chayra beralih menatap Saras. Mengembangkan senyumnya, menepuk pelan pundak Saras."Terimakasih,"

Tania tiba-tiba memeluk Chayra dari belakang.

"Hhhmmm..!"

Suara deheman Ghibran membuat Tania sadar kalau sekarang berada di mana.

* * *

Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!