Cinta dan kagum

Chayra dan dua temannya melanjutkan langkah mereka menuju Masjid Santri. Setelah kepergian Ghibran, tidak ada yang membuka percakapan lagi. Mereka diam hanyut dalam pikiran masing-masing. Ada perasaan tidak nyaman dalam hati masing-masing dari mereka.

Saras dan Tania duduk menunggu Chayra yang masih melaksanakan shalat dua raka'at lagi. Mereka hanya diam menatap Chayra yang masih bersujud. Karena Chayra melaksanakan shalat empat raka'at. Sedangkan mereka berdua hanya dua raka'at saja.

Tidak seperti biasa. Pagi ini saat melewati kolam ikan, mereka hanya menarik nafas dalam menikmati sejuknya udara di sekitar kolam. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Namun, udara di sekitar kolam itu masih sangat sejuk.

Chayra mulai bosan dengan suasana ini. Suasana hening karena Saras dan Tania yang biasanya cerewet, kali ini mereka benar-benar diam seribu bahasa.

Beberapa menit menunggu, tetapi masih hening. Akhirnya, Chayra membuka percakapan lebih dulu.

"Kok aku bosan banget ya dengan suasana seperti ini."

Saras mengernyit heran. Menoleh ke arah Chayra. "Maksud kamu?"

Chayra menatap Saras. "Aku hanya ingin kita bercanda ria seperti biasa. Bertukar cerita tanpa ada rasa canggung seperti ini."

Perhatian mereka teralihkan ketika terdengar dengusan dari Tania. "Kami hanya sedang mencoba menata hati kami, Ayra. Mencoba menerima dengan lapang dada, kalau Ustadz Ghibran memang benar-benar ada rasa sama kamu. Jadi jangan salahkan kami kalau kami bersikap seperti ini.

Chayra terkejut mendengar ucapan Tania. Menautkan alisnya menatap Tania. Namun, gadis yang di pandangnya menatap lurus ke depan. "Kenapa kamu ngomong begitu, Nia?

Tania menatap Chayra sekilas. Lalu kembali menatap lurus ke depan, ke arah ikan yang lalu lalang di dalam kolam. "Kalau Ustadz Ghibran benar-benar mengajakmu ta'aruf. Kamu tau apa yang akan terjadi pada kami?"

Chayra menggeleng pelan. "Kamu terlalu berlebihan dalam menanggapi ucapan Ustadz Ghibran, Nia. Ustadz Ghibran tidak pernah bilang dia menyukaiku."

"Tapi dari caranya menatapmu sudah menunjukkan, bahwa dia memandangmu sebagai wanita yang istimewa di hatinya. Caranya menatapmu berbeda dengan cara dia menatap kami yang dia anggap tidak lebih dari seorang murid, Ayra. Maafkan aku, Ayra. Aku tidak marah padamu. Aku.. aku hanya sedang mempersiapkan diri untuk patah hati." Tania menarik nafas sejenak.

"Huuaaa...! Ayra, kamu beruntung sekali mendapatkan hati Ustadz Ghibran." Tania menghambur ke dalam pelukan Chayra. Tangisnya pecah, persis seperti tangisan anak kecil yang tidak dibelikan ice cream.

Saras cekikikan melihat tingkah dua orang yang sedang berpelukan di depannya. Dia menepuk-nepuk punggung Tania berniat untuk menguatkan.

"Sabar, Tania. Kamu memang di takdirkan hanya untuk mencintai tapi tidak untuk di cintai.."

Tania melepaskan pelukannya. Tatapan matanya langsung menatap Saras dengan tatapan sinis. "Kamu tega banget, Saras, ngomong gitu. Sebenarnya aku tidak cinta sama Ustadz Ghibran. Aku cuma kagum daja sama dia."

Saras memutar bola matanya. "Kagum sama cinta itu beda tipis, Tania. Kekaguman itu adalah awal dari jatuh cinta. Jadi, ketika kamu mulai kagum sama seseorang. Itu berarti rasa cinta akan segera tumbuh."

"Tapi aku nggak merasa gitu."

"Terus tadi kenapa kamu sakit hati ketika Ustadz Ghibran bilang suka dengan cara Ayra menundukkan pandangannya? Ustadz Ghibran baru bilang gitu. Aku pengen banget lihat reaksi kamu kalau dengar Ustadz Ghibran bilang.." Saras memperbaiki posisi berdirinya lebih tegap. "Chayra Azzahra, Ana uhibbuka Fillah!"

"Stop, Saras! Jangan dilanjutkan. Aku belum siap." Tania membungkam mulut Saras dengan telapak tangannya.

Chayra menggeleng-gelengkan kepalanya. "Astagfirullahal'adzim, kalian berhayal terlalu jauh. Nia, jangan nodai pikiranmu dengan hal yang tidak pasti. Kasihan otakmu kalau harus disuruh memikirkan hal yang tidak perlu di pikirkan."

Tania melepaskan bekapan tangannya dari mulut Saras. "Dengar itu, Saras. Tidak bisakah kamu memberikan aku motifasi, agar aku tidak terlalu patah hati saat mendengarkan kalimat itu suatu hari nanti."

Saras melongos. "Katanya cuma kagum. Kalau kamu hanya kagum, kamu tidak akan kecewa ketika kamu mendengar dia jatuh cinta pada orang lain."

Percakapan mereka terhenti saat anak bungsu pak Ismail yang bernama Amrina Rosyada yang baru berumur empat tahun datang mendekati mereka.

"Kak Ayra di suruh pulang sama Ummi. Kata Ummi, Kakak belum sarapan. Nanti kakak sakit lagi, kalau tidak makan.

Chayra menunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan bocah itu. Mengusap pelan kepala Amrina. "Terima kasih, Dek, udah ngingetin Kakak. Maaf ya, Kakak jadi ngerepotin Adek gara-gara Kakak telat pulang."

Anak kecil itu mengangguk. "Ayo Kak, kita pulang." Meraih tangan Chayra. Namun, matanya mendongak menatap Saras dan Tania. "Kakak yang ini dan yang ini, mau ikut tidak, sarapan di rumah Rina?" Menunjuk Saras dan Tania secara bergantian.

Saras dan Tania menggeleng. Saras ikut menunduk seperti yang dilakukan Chayra. "Kak Saras sama Kak Tania sarapan di Asrama, Dek. Kakak nggak boleh sarapan di rumah Adek Amrina."

"Kenapa, Kak? Tidak ada orang yang marah kok." Tanya Amrina polos.

"Nggak boleh, Dek. Kakak harus masak dulu baru boleh makan." Tania yang menjawab.

Chayra menggendong tubuh kecil bocah imut itu. Ketika dia dekat dengan bocah itu, dia selalu teringat pada Amanda. Bocah yang selalu nemplok padanya dulu di rumah. Bagaimana kabar Manda ya sekarang? Batinnya. Ah, entahlah. Dia bahkan belum pernah menyentuh handphonenya sejak hari pertama dia di Pesantren. Dia hanya mengetahui kabar Ibu dan adiknya dari Pak Ismail dan Bu Ainun. Sejak sampai di Pesantren ini. Pak Ismail Belum mengizinkan Chayra menggunakan ponselnya.

* * *

"Ayra, sini, Nak."

Chayra mendekati Pak Ismail yang sedang duduk santai di Ruang Keluarga. Dia duduk di sofa yang bersebrangan dengan Pak Ismail. Bu Ainun yang duduk di sebelah suaminya hanya tersenyum pada keponakannya.

"Iya, Abah, ada apa?"

"Bagaimana perasaanmu setelah satu bulan di Pesantren?"

"Alhamdulillah, Ayra semakin nyaman Abah."

Pak Ismail mengangkat tas ransel yang dia letakkan di kaki sofa. Menyerahkannya benda berwarna merah maroon itu pada Chayra. "Ini laptop dan handphone kamu. Abah harap, kamu menggunakannya dengan bijak dan tidak menggangu jadwal ngaji kamu."

Bibir Chayra mengulas senyum. Meraih tas itu lalu memeluknya dengan erat. "Alhamdulillah, akhirnya kalian berdua kembali padaku." Beralih menatap pak Ismail. "Terimakasih, Om. Eh, Abah. Insya Allah, Ayra akan menggunakannya dengan bijak."

"Kamu ini, Nak. Sudah satu bulan lho, kami disini. Tapi, kamu masih saja sering salah manggil kami." Ucap Bu Ainun.

Chayra tersenyum meringis. "Maaf, Ummi. Ayra kan, masih beradaptasi dengan panggilan baru ini."

Pak Ismail tertawa kecil. "Kamu ada-ada saja, Nak. Iya, sudah. Silahkan, kalau kamu mau memeriksa barang-barang kamu."

"Nanti saja, Abah, kalau Ayra sudah di kamar. Mmm.. Abah. Apa Ayra boleh bertanya?"

Pak Ismail mengangguk. "Mau menanyakan apa, Nak?"

"Mmm.. Bagaimana dengan rencana kuliah Ayra?"

"Kamu nggak perlu khawatir. Abah sudah mendaftarkan kamu. Abah sudah minta tolong sama Ghibran untuk mengantarkan formulir pendaftarannya. Nanti dia yang akan mengantarnya kemari."

"Terimakasih, Abah. Maaf, kalau selama ini, Ayra banyak merepotkan Abah.'

"Tidak sama sekali, Nak. Ini sudah menjadi kewajiban Abah dan Ummi sebagai orang tua kamu." Pak Ismail menarik nafas dalam. "Sekarang kamu masuklah ke kamar. Hubungi ibu kamu. Dari kemarin dia mendesak Abah untuk ngomong denganmu. Tapi, Abah tetap tidak mengizinkan karena belum satu bulan."

Mendengar nama ibunya, Chayra langsung bangkit."Kalau begitu, Ayra ke kamar dulu ya, Abah, Ummi."

Pak Ismail dan Bu Ainun mengangguk serentak.

Chayra tersenyum lalu bergegas masuk ke kamarnya. Dia langsung mencari handphonenya di dalam tas dan segera menghubungi ibunya. Dia sungguh sudah sangat rindu pada Ibu, Bian dan tiga temannya. Alesha, Amira dan Tina. Bagaimana kabar mereka sekarang.

Chayra tersenyum membayangkan wajah orang-orang terdekatnya. Satu bulan berpisah dengan mereka membuatnya ingin kabur saja untuk menemui mereka. Namun, segera ia tepis pikiran buruk itu.

* * *

Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!