Ba'da shalat Ashar. Chayra, Alesha dan Tina berangkat ke rumah Amira. Mereka sepakat menggunakan mobil Alesha karena cuaca yang mendung. Khawatir kalau turun hujan mereka akan basah jika memakai sepeda motor. Chayra memilih menitipkan motornya di rumah Alesha.
"Apa lho sudah menghubungi Amira?'' Alesha bertanya pada Tina.
"Belum. Ini gue mau melakukan panggilan ke dia." Jawab Tina sambil mengutak-atik ponselnya.
Chayra segera berbalik dan mencegah Tina menghubungi Amira. "Nggak usah ditelpon.
Kita buat kejutan untuk dia."
Tina menatap Chayra lalu meletakkan ponselnya."Terserah lho deh. Tapi, bagaimana kalau Mira tidak ada di rumah?"
"Insya Allah, dia pasti di rumah."
"Lho yakin?"
"Mmm.."
"Oke kalau gitu. Gue ikut apa kata lho."
Chayra tersenyum lalu kembali ke posisinya.
Alesha mengangkat bahu. "Oke. Gue juga ikut kata lho."
Sampai setengah perjalanan. Mobil mereka terjebak macet. Alesha berulang kali mengumpat kesal. Berulang kali membunyikan klakson karena kesal dengan pengemudi yang tidak bertanggung jawab..
Ketika jalan mulai lancar. Sebuah sedan hitam menyalib mobilnya. Alesha mengumpat lagi dan ngerem mendadak. Belum lagi, mobil sedan yang tadi menyalibnya menjalankan mobilnya dengan pelan dan hampir saja membuat Alesha menabraknya kalau saja dia tidak segera menghentikan kendaraannya.
Chayra kaget. "Astagfirullah, Lesha! Pelan-pelan. Kenapa ngerem mendadak sih? Mobil itu kenapa berhenti juga?" Katanya sambil menunjuk sedan hitam yang berhenti di depan mobil mereka. Chayra mengelus-elus dadanya karena degup jantungnya terasa memacu lebih cepat.
Tina yang duduk di belakang ikut mendengus kesal. "Itu kayaknya orang lagi mabuk deh. Tidak tau tempat untuk berhenti. Untung aja tidak ada Polisi."
Alesha hanya melirik Chayra sekilas. Matanya kembali fokus menatap kesal sedan hitam yang masih belum berjalan dengan normal itu.
"Lho salib aja Lesha." Sahut Tina dari belakang.
"Sepertinya ada yang nggak beres dengan mobil itu." Alesha menggumam. Dia tetap menjalankan mobilnya dengan pelan mengikuti mobil di depannya.
Chayra memperhatikan plat mobil itu. "Sepertinya aku pernah lihat mobil itu. Tapi dimana ya.."Chayra terlihat berfikir.
Mereka terus mengikuti mobil itu sampai beberapa menit. Tiba-tiba mobil itu berjalan dengan normal kembali. Alesha terus mengikutinya. Tanpa sadar mobil itu berhenti tepat di depan rumah Amira. Dan mereka tersentak kaget melihat dua orang yang keluar dari mobil tadi. Tampak Amira keluar bersama Ardian yang menggandeng tangannya.
"Itukan ..." Mereka bertiga menganga tak percaya.
"Astagfirullahal'adzim. Jangan bilang kalian juga memikirkan hal yang sama denganku ." Ucap Chayra sambil menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Se..sepertinya gue juga berfikir begitu."Jawab Tina.
Mereka kembali menatap ke arah dua orang yang berjalan bergandengan tangan dan memasuki rumah.
"Yakin kita mau masuk ke dalam?" Alesha bertanya pada kedua sahabatnya. Namun, tatapannya masih fokus pada Amira yang sudah memasuki rumah.
"Kalau kita nggak masuk. Gue nggak berani ngebayangin apa yang akan terjadi dengan Mira.''
"Kita masuk. Bismillahirrahmanirrahim." Ucap Chayra lalu membuka pintu mobil.
Alesha dan Tina ikut melafalkan bismillah dan melakukan hal yang sama dengan Chayra.
Mereka bergegas. Alesha mengetuk pintu yang sudah ditutup dari tadi oleh Ardian.
Tina menarik tangan Alesha yang mengetuk pintu dengan keras "Apa kita tidak terlalu lancang?"
"Diam Tina! Jangan mengeluarkan suara."
Seorang pelayan muda membukakan pintu. Dia sangat terkejut melihat kehadiran teman-teman Amira. "Mm.. N.. Non Amira tidak ada di rumah." Ucap pelayan itu dengan tergagap.
Alesha mengeraskan rahangnya mendengar alasan pelayan itu. "Jangan berbohong, Bi! Kami melihatnya tadi bersama laki-laki bejat itu."
Tanpa menunggu dipersilahkan, Alesha mendorong pelan bahu pelayan itu dengan tangannya. Ia langsung nyelonong masuk ke dalam rumah diikuti oleh Chayra dan Tina.
"Dimana Amira sekarang, Bi?" Tanyanya dengan suara lantang.
Pelayan itu terlonjak kaget. Dia hanya menunduk. Tidak berani mengangkat wajahnya.
"Katakan, dimana Amira, Bi?" Alesha kembali bertanya tapi dia menurunkan intonasi suaranya. Dia mengangkat dagu pelayan itu dan memaksanya berkontak mata.
"N..nona Amira ada di..." Pelayan itu terdiam. Tidak berani melanjutkan kalimatnya.
"Bibi panggil dia sekarang, atau kami yang akan mencarinya sendiri."
Pelayan itu menggelengkan kepala. Terdengar suara isakan kecil. "Sa..saya hanya seorang pelayan di sini, Nona. S.. saya tidak ada hak untuk mengurus urusan pribadi majikan saya."
Alesha melepaskan cengkramannya di dagu pelayan itu. Benar kata pelayan itu. Apalah hak seorang pembantu sepertinya.
"Maafkan saya, Bi." Ucap Alesha tanpa menatap pelayan yang masih terisak itu.
Chayra mendekati pelayan itu dan menepuk bahunya pelan. "Kalau Bibi tidak berani memanggil Amira untuk kami. Beri tahu kamu, dimana Papi dan Maminya Amira?"
Pelayan itu mengangkat wajahnya dan menatap Chayra lalu kembali menunduk lagi.
"Tu..Tuan dan Nyonya pe..pergi ke luar kota." Jawabnya dengan tergagap.
"Astaghfirullahal'adzim..!" Ucap ketiganya serentak.
Alesha menatap pelayan itu. "Kami mohon kerjasamanya, Bi .Kalau Bibi tidak mau memberi tahu kami. Gue berani pastikan, kalau Papi dan Maminya Amira akan memecat Bibi."
Pelayan itu terlonjak kaget. Dia langsung bersimpuh di depan kaki Alesha. "Saya mohon, Non. Jangan lakukan itu pada saya. N..non Amira ada di dalam kamarnya." Ucap pelayan itu cepat.
Alesha tersenyum penuh kemenangan. "Kalau tau segampang itu mengancam Bibi. Aku akan melakukannya dari tadi."
Tanpa menunggu lagi, mereka bertiga bergegas menaiki tangga.
"Tunggu, Non!" Teriakan pelayan muda itu menghentikan langkah mereka.
Mereka bertiga saling pandang lalu berbalik bersamaan.
"Ada apa lagi, Bi?" Ucap ketiganya.
"Saya mohon jangan libatkan saya dalam masalah ini." Ucapnya dengan tatapan memohon.
Mereka mengangguk bersamaan. Kembali melanjutkan langkahnya .
Rumah yang luas dan letak kamar Amira yang berada agak jauh dari tangga membuat mereka menghabiskan banyak waktu.
Setelah sampai di depan kamar, mereka bertiga tertegun mendengar suara ******* yang tak pernah mereka dengar sebelumnya dari dalam kamar. Belum lagi, pintu kamar tidak tertutup dengan sempurna.
Tegang?
Tentu saja. Mereka diam saling pandang. Bingung mau melakukan apa. Lama terdiam, akhirnya mereka menyadari isi pikiran masing-masing. Tanpa suara, mereka bertiga mengangguk setuju dengan kesepakatan dari hati.
Chayra melangkah maju mendekati gagang pintu. Dengan mengucap basmalah, dia mendorong pelan pintu sampai menampakkan apa yang terjadi di dalam kamar itu.
"Astagfirullahal'adzim..!" Chayra berteriak histeris sampai mengagetkan dua orang yang sedang memadu kasih itu. Dia segera berbalik, tidak berani menatap kejadian di belakangnya.
"Bangsat!" Umpat Adrian. Dalam keadaan telanjang, ia berlari menutup pintu yang tadi di buka oleh Chayra.
Brak..!!
Adrian membanting pintu itu dengan keras. Mengunci pintu itu dari dalam. Dia mengumpat kasar ."Berani-beraninya lho mengganggu waktu pribadi gue!" Teriaknya dari balik pintu.
Dada Chayra naik turun. Dia tidak bisa memprediksikan perasaan yang dia rasakan saat ini.Sakit, sedih, kecewa menyatu jadi satu.
Alesha dan Tina yang sudah menunggunya di depan tangga kembali lagi dan memeluk Chayra.
Chayra hanya berdiri mematung. Kesadarannya
belum pulih. Dadanya masih naik turun,
menandakan keadaannya belum baik-baik saja. Alesha dan Tina menuntunnya untuk meninggalkan tempat itu.
Sedangkan di dalam kamar. Amira yang menyadari kedatangan Chayra sangat terkejut. Saat Chayra membuka pintu tadi, dia langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan seperti ini jadinya.
Ardian berulang kali mencoba menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Amira.Tapi, gadis itu mempertahankannya dengan sekuat tenaga.
"Sayang, ayolah. Teman-teman kamu yang sok suci itu sudah pergi. Sekarang kita sambung lagi yang tadi kita tunda." Ucap Ardian mencoba merayu. Bukannya respon baik yang Ardian dapatkan. Amira malah duduk. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai dada dan..
Plak !
Tamparan Amira mendarat mulus di pipi Ardian. "Kenapa Kakak bilang sahabatku sok suci? Mereka memang suci, Kak.Tidak seperti aku."
Ardian mendekatkan tubuhnya dan mencoba memeluk Amira. Tapi, Amira menolaknya.
Amira bangkit dari tempat tidur. Melilit tubuhnya dengan selimut dan berjalan pelan memungut pakaiannya yang berserakan dan lansung memakainya. Mendekat ke arah pintu. Namun, Ardian langsung mencegahnya.
"Sayang, kamu mau kemana?!" Tanyanya sambil menarik tangan Amira yang sudah siap membuka pintu.
"Aku harus menemui teman-temanku, Kak!"
"Jangan gila, Sayang!" Mereka sedang marah padamu."
"Aku nggak perduli! Yang penting sekarang aku harus bertemu mereka."
Ardian sudah siap mengeluarkan kata-kata lagi. Namun, Amira segera mengangkat tangannya.
"Jangan mencegahku! Ini urusanku dengan mereka." Tanpa menunggu persetujuan, Amira langsung membuka pintu dan berlari keluar mencoba mencari tau keberadaan teman-temannya.
Dia celingukan di ruang tamu.Tapi tidak ada siapa-siapa disana. Amira bergegas keluar rumah dan melihat Alesha yang baru saja memutar mobilnya bersiap keluar dari rumahnya.
"Tunggu " Amira berteriak sambil berlari mencoba menghentikan mobil Alesha. Mereka yang di dalam mobil mendengarkan teriakan Amira. Tapi tidak ada yang merespon panggilan itu.
"Pak, jangan dibuka dulu!" Amira kembali berteriak memberikan perintah kepada Satpam rumahnya. Pak Satpam itu lansung menutup kembali gerbang yang sudah dibukanya dengan sempurna. Mau tidak mau Alesha menghentikan mobilnya.
Dengan ngos-ngosan, Amira mengetuk pintu mobil Alesha. "Alesha buka pintunya!"
Nggak ada respon. Chayra yang terisak di samping Alesha hanya menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju kalau Alesha membuka pintu mobilnya.
"Alesha, gue mohon buka pintunya!" Amira kembali mengetuk-ngetuk pintu mobil itu.
tetap tidak ada hasil. Akhirnya Amira hanya berdiri mematung di samping mobil itu.
Alesha membunyikan klakson berulang kali meminta agar Satpam segera membukakan gerbang. Satpam itu menatap majikannya yang masih berdiri mematung di samping mobil. Tapi, Amira tidak memberikannya respon apapun. Akhirnya dia memberanikan diri membuka gerbang. Alesha lansung mengegas mobilnya meninggalkan rumah Amira.
Amira menatap nanar kepergian teman-temannya.Dia berteriak histeris.
"Aaaaaa....!!" Dia mengacak rambutnya frustasi.
"Kalian bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku..!" Teriaknya sambil membanting handphone di tangannya sekuat tenaga.
Benda gepeng itu langsung hancur tak berbentuk lagi.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Risma putri Anggraini
parah banget sih ardian
2023-08-06
0
Baihaqi Sabani
aduh gra2 ardian
2022-07-11
0