Meminta bertemu

"Ayolah Ummi, Ayra sudah sehat. Ayra bosan kalau di rumah terus tanpa ada kegiatan." Chayra merengek pada Bu Ainun agar diizinkan ke Majelis Ta'lim. Sudah dua hari sejak kepulangannya dari Rumah Sakit, kerjaannya hanya rebahan di kamar.

"Ummi bilang besok, Nak. Kamu harus benar-benar pulih dulu."

"Ayra sudah benar-benar pulih, Ummi. Ini lihat..."

Chayra merenggangkan ototnya, menggerak-gerakan anggota tubuhnya di depan Bu Ainun.

"Iya, Ummi tau. Tapi nggak baik, Nak, baru sembuh langsung beraktivitas. Yang baik itu, istirahat dulu sampai benar-benar pulih."

Chayra mendengus mendengar jawaban Bu Ainun. "Kalau jalan-jalan di dekat kolam, boleh?"

Bu Ainun melirik Chayra. "Istirahat, Nak, Ummi bilang." Bu Ainun berlalu meninggalkan Chayra menuju dapur.

Chayra memanyunkan bibirnya, mendengus karena tidak suka dengan sikap Umminya. Menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu melangkah masuk ke kamarnya.

Ketukan di pintu depan mengurungkan niat Chayra untuk masuk ke kamarnya. Baru memegang handel pintu kamar, dia berbalik lagi untuk membukakan tamu itu pintu depan.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam," jawabnya sambil membuka pintu.

Mata Chayra berbinar senang saat melihat siapa yang datang. "Saras, Tania.." Chayra menghambur memeluk kedua sahabatnya itu. "Tumben kalian datang. Aku kangen banget sama kalian."

Saras dan Tania hanya tersenyum mendengar penuturan Chayra.

"Ayo, masuk dulu."Chayra menarik tangan Saras dan Tania agar masuk ke dalam rumah.

"Nggak enak sama Abah, sama Ummi." Ucap Saras.

"Iya, Ayra. Kita nggak enak sama Ummi." Tania diam sejenak sambil memperhatikan sekitar. "Ayra, sebenarnya kami kemari mau menyampaikan sesuatu sama kamu."

"Ayo, makanya kalian masuk dulu. Masa iya, kita ngobrol di depan pintu."

Saras meringis. "Kita ngobrolnya di pinggir kolam sana aja ya.." Ucapnya sambil menunjuk ke arah kolam ikan.

"Aku nggak diizinin kemana-mana sama Ummi."

Tania mengernyitkan alisnya mendengar pengakuan Chayra. "Kenapa, Ayra? Kamu kan sudah sembuh."

"Iya, tapi Ummi tidak mengizinkan aku keluar dari rumah ini sampai besok."

"Eh, Nak Saras, Nak Tania. Masuk, Nak. Kenapa ngobrol di depan pintu." Bu Ainun yang baru keluar dari dapur menyapa mereka. "Ayra, ajak teman kamu masuk, Nak."

"Sudah Ayra ajak dari tadi Ummi. Tapi mereka berdua menolak."

"Ihh, Ayra kok ngomong gitu sama Ummi." Ucap Tania.

"Memang begitu kenyataannya, kan." Ucap Chayra tanpa rasa bersalah.

Saras mencubit pelan lengan Chayra karena tidak bisa diajak kompromi.

"Udah, jangan saling menyalahkan. Ayo, Nak, masuk dulu." Bu Ainun kembali mempersilahkan mereka masuk. Chayra menarik pelan tangan Saras dan Tania agar mengikuti langkahnya. Mau tidak mau akhirnya mereka masuk juga.

Saras mendekatkan wajahnya ke dekat telinga Chyara ketika Bu Ainun berlalu dari hadapan mereka. "Ini masalah Ustadz Ghibran, Ayra." Saras berbisik agar tidak terdengar oleh Bu Ainun.

Chayra menautkan alisnya. "Ada apa dengan Ustadz Ghibran?" Tanyanya setengah berbisik.

Tania ikut mendekat, lalu mengeluarkan sebuah amplop dari saku baju gamis yang di kenakannya. "Ustadz Ghibran menitipkan ini untukmu." Ucapnya seraya menyerahkan amplop itu pada Chayra.

"Apa ini?" Tanyanya heran.

"Nanti kamu buka. Tapi kalau kamu tidak keberatan, kami juga ingin mengetahui apa isinya." Tania berucap dengan sedikit malu-malu.

"Issh, kamu ini. Biarkan Ayra buka dulu sendiri. Nggak baik dong, kalau kita terlalu kepo." Saras menepis tangan Tania yang terlihat gatal ingin membuka amplop itu.

Tania menyebikkan bibirnya. "Aku bilang, kan kalau Ayra tidak keberatan. Tapi kalau dia tidak mau, aku juga nggak akan maksa, kok."

"Mmm,bgini aja. Aku mau lihat dulu isinya. Kalau ini tidak bersifat pribadi, aku akan kasih tau kalian." Chayra mencoba memberi solusi.

"Ok!" Ucap keduanya kompak.

"Saras, kita balik, yuk! Nggak enak sama Ummi Ainun kalau kita lama-lama di sini."

"Nanti dulu dong. Aku kan baru bertemu kalian."

"Nanti kita temu kangen kalau kamu sudah bergabung lagi di Majelis Ta'lim." Tania mengerlingkan matanya pada Chayra.

Saras hanya menganggukkan kepala menyetujui ucapan Tania. "Ayo, Nia." Saras menarik tangan Tania.

"Assalamualaikum,"

Keduanya meninggalkan Chayra yang merenung lagi menikmati kesendiriannya.

"Wa'alaikumsalam,"

Chayra masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap amplop yang masih di tangannya. Duduk di depan meja belajarnya sambil mengamati amplop itu. Hanya sebuah amplop putih. Tapi, benda itu mampu membuat Chayra penasaran apa isinya.

"Bismillahirrahmanirrahim.." Ucapnya lirih. Menyobek pelan bagian atas amplop itu. Perlahan membuka lipatan kertas di dalamnya.

Chayra tertegun melihat tulisan tangan yang sangat rapi. Kata demi kata berbaris rapi pada kertas putih yang sangat harum. Entah, berapa kali Ghibran menyemprotkan parfum di kertas itu, sehingga wanginya benar-benar melekat.

Chayra tersenyum melihat tulisan itu. Tulisan tangan seorang laki-laki yang mengaguminya.

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamualaikum, Zahra..

Maaf, kalau aku mengganggu waktumu..

Bagaimana kabarmu ?

Semoga selalu dalam lindungan yang Maha Mengetahui isi hati hambanya..

Zahra ..

Sebenarnya ada yang ingin laki-laki hina ini katakan padamu..

Tapi..

Aku tak bisa mengatakannya lewat kertas ini..

Aku ingin mendengar langsung dari mulutmu yang murah senyum itu..

Aku tidak tau, kenapa senyumanmu itu selalu membuat jantungku berdebar-debar tak menentu..

*Chayra Azzahra..

Aku ingin bertemu kamu*.

Aku tunggu kamu hari Kamis, ba'da shalat Ashar di ruangan kelas samping Majelis Ta'lim..

Aku tidak melarangmu mengajak satu atau dua temanmu, agar kita terhindar dari fitnah..

*Tapi..

Aku tidak bisa menerima alasanmu jika kau menolak untuk datang*..

Maafkan aku egois mengatakan ini

Karena aku benar-benar mengharapkan kedatanganmu..

Dari laki-laki hina yang diam-diam mengagumi

Ghibran Abdullah

_ _ _ _ _

Chayra masih diam menatap kertas yang berisikan tulisan tangan Ghibran. Apakah Ghibran benar-benar menaruh hati padanya?

Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Dia benar-benar bingung. Apa yang akan dia lakukan sekarang.

Chayra meletakkan kertas itu di atas meja belajarnya. Dia keluar kamar untuk mencari Pak Ismail. Tapi sepertinya pak Ismail belum pulang. Dia bergegas ke dapur mencari Bu Ainun. Tapi, Bu Ainun juga tak ada. Hanya Bi Inah yang dia lihat di sana. Wanita paruh baya yang menjadi pembantu di rumah itu. Chayra melihat Bi Inah sedang asyik memotong sayuran sambil bernyanyi dangdut.

Chayra cekikikan sambil berjalan lebih mendekat pada wanita yang terlihat hampir seumuran dengan ibunya itu.

"Bi.." panggil Chayra dengan suara pelan.

Bi Inah diam. Dia celingukan mencoba mencari tau siapa yang memanggilnya. Dia tidak melihat Chyra yang sudah duduk berjongkok di belakang kursi yang didudukinya.

"Bi.. Inah..., Ummi mana?!"

"Allahuakbar, Astagfirullahal'adzim..!"

Bi Inah terlonjak kaget melihat Chayra yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Sontak, tindakannya membuat tawa Chayra meledak.

"Ya Allah, Bi. Bi Inah terlihat sangat lucu.."

"Nak Ayra kenapa ngagetin Bibi?"

"Mau buat lelucon. Ayra bosan di dalam rumah, Bi. Aku nggak ada kegiatan."

Bi Inah menggeleng-gelengkan kepala sambil mengusap dadanya. "Nak Ayra tanya apa tadi sama Bibi?"

Chayra berhenti tertawa lalu menatap Bi Inah. "Ummi mana, Bi?"

"Ibu pergi ke pasar tadi. Nak Ayra perlu sesuatu, biar bibi yang siapkan?"

"Tidak, Bi. Ayra cuman mau ngomong sama Ummi."

"Oh kalau gitu, Nak Ayra tunggu Ibu pulang "

"Iya sudah mau gimana lagi. Makasih, Bi, udah buat Ayra tertawa."

Bi Inah tersenyum mengangguk sambil menatap kepergian Chayra. Gadis itu terlihat memasuki kamarnya.

* * *

Ba'da shalat isya, Chayra baru bisa berkumpul dengan pak Ismail dan Bu Ainun. Amrina yang baru pulang dari Majelis Ta'lim juga ikut berkumpul.

"Kata Bi Inah, kamu mencari Ummi tadi pagi. Kamu mau menanyakan apa, Nak?"

Bukannya menjawab pertanyaan Bu Ainun, Chayra malah beralih menatap Pak Ismail. Pak Ismail memperbaiki posisi duduknya.

"Ada apa, Nak?" Tanyanya pada Chayra.

"Ini masalah Ustadz Ghibran, Abah, Ummi."

"Ada apa dengan Ghibran, Nak?" Tanya Pak Ismail.

"Dia mengirimkan surat pada Ayra."

Pak Ismail tersenyum. Sedangkan Bu Ainun masih penasaran dengan kelanjutan kalimat keponakannya.

"Abah sudah menduganya sejak awal. Abah kan pernah bilang sama kamu, kalau Ghibran itu menaruh hati sama kamu."

"Yang jadi masalahnya sekarang dia mengajak Ayra bertemu, Abah. Tapi,Ayra takut melanggar aturan Pesantren. Makanya Ayra bilang dulu sama Abah. Kalau Abah bilang boleh, Ayra akan menemuinya. Tapi kalau Abah tidak mengizinkan, Ayra hanya akan membalas suratnya tanpa menemuinya."

"Kapan dia mengajakmu bertemu?" Tanya Pak Ismail lagi.

"Hari Kamis ba'da shalat Ashar."

"Dimana?"

"Di ruangan kelas samping Majelis Ta'lim."

"Temui dia!"

"Abah!" Bu Ainun terkejut mendengar jawaban suaminya.

"Abah bilang, temui dia, Nak!" Ucap Pak Ismail menegaskan.

"Abah!" Sentak Bu Ainun lagi. Bu Ainun menggeleng menatap suaminya.

Pak Ismail tersenyum menatap istrinya, lalu mengusap kepala Bu Ainun dengan lembut. "Ummi jangan khawatir. Ghibran tidak mungkin meminta Ayra datang sendiri. Benarkan, Ayra?" Pak Ismail beralih menatap Chayra.

Chayra hanya menganggukkan kepala.

"Tuh, kan benar kata Abah. Dia itu laki-laki shaleh, Nak."

"Laki-laki shaleh kok ngajak orang ketemuan." Sanggah Bu Ainun.

"Ummi, Abah kan sudah menjelaskan. Ghibran pasti tau batasannya. Dia itu laki-laki yang bisa dipegang ucapannya."

Bu Ainun mengangkat bahu. "Terserah Abah. Ummi tidak mau ikut campur kalau nanti ada teguran dari pengurus Pesantren."

Pak Ismail tersenyum menyeringai. "Kamu terlalu berlebihan, Sayang."

Chayra menganga tak percaya. "Wah, ternyata Abah juga bisa bilang sayang?"

* * *

Terpopuler

Comments

Sadiah

Sadiah

bener juga yg umi ainun bilang ngapain ketemuan walaupun ada temen nya.. soalnya itungan area pondok khawatir menimbulkan hal yg tadi baik kpda santri apa lagi ini ustadz

2022-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!