Hari ini adalah hari dimana Chayra harus menepati janji pada ketiga sahabatnya. Bolak balik di kamarnya karena tidak tau harus bagaimana menjelaskan. Walaupun bingung, tepat pukul tiga sore, dia berangkat menggunakan motor maticnya menuju tempat perjanjian. Tidak mau membuat teman-temannya terlalu lama menunggu. Baru saja keluar dari gerbang rumahnya. Tiba-tiba, Bian adiknya muncul di depannya dan merentangkan kedua tangannya.
"Astagfirullah, Adek, awas!"
Ciiiiiitttt...!
Chayra ngerem mendadak. Dia berteriak histeris karena hampir saja menabrak adiknya.
Bian malah tertawa melihat kakaknya panik. "Kakak kenapa mukanya pucat kayak gitu? Kakak mau kemana? Bian mau ikut." Ucap Bian tanpa memperdulikan kakaknya yang masih berulang-ulang melantunkan istighfar karena cukup kaget dengan kehadiran dirinya yang tiba-tiba.
"Adek mau ikut kemana? Coba lihat muka kamu di cermin. Muka kamu kusam banget, Dek. Lagian Kakak cuma mau bertemu teman-teman Kakak. Minggir sana, Kakak mau lewat." Chayra mengusir Bian dengan isyarat tangannya.
Tanpa menunggu persetujuan kakaknya, Bian lansung naik di belakang Chayra dan memeluk pinggang kakaknya dengan erat. "Enak saja suruh orang pergi. Pokoknya Bian mau ikut, Kakak. Titik, nggak ada koma."
Chayra mengeratkan giginya, kesal dengan tindakan adiknya. Mau tidak mau, akhirnya dia mengizinkan Bian ikut. Kalau dia melarangnya juga percuma. Karena adiknya ini sangat keras kepala.
"Tapi janji ya, Dek. Adek nggak boleh nakal nanti di sana. Awas kalau nakal!"
Ancaman kecil dari kakaknya membuat Bian menyebikkan bibirnya tak suka.
"Bian udah gede, Kak. Masa di ancam kayak anak kecil."
Chayra memutar bola matanya. Namun, dia langsung tersenyum mendengar jawaban adiknya. "Ok kalau gitu, kita berangkat." Ucapnya sambil mengegas motornya pelan, menyusuri trotoar komplek perumahannya.
Bian bernyanyi ria sepanjang perjalanan. Nyanyian anak kecil itu membuat Chayra merasa terhibur dan menikmati perjalanan. Dia menjalankan motornya dengan pelan, agar lebih lama di perjalanan. Untuk sampai di taman biasanya hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit. Tapi, kali ini perjalanan molor menjadi dua puluh menit.
Sampai di tempat tujuan...
"Kak, Bian mau naik Komedi Putar." Rengek Bian pada Chayra. Menarik-narik ujung baju tunik yang dikenakan kakaknya.
Chayra mengernyitkan alis mendengar permintaan adiknya. "Yang benar saja, Dek. Ini bukan taman bermain. Taman ini tempat anak muda nongkrong."
"Kenapa nggak bilang kalau kakak mau ke taman nongkrong."
Chayra hampir tertawa mendengar perkataan adiknya. Sedikit berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Bian.
"Bukan taman nongkrong, Dek. Tapi, taman tempat nongkrong. Karena orang yang datang ke sini yang nongkrong, bukan tamannya." Jelasnya sambil mengusap kepala adiknya pelan.
"Nongkrong itu apa, Kak?" Tanya Bian lagi dengan polos.
"Kamu ini ya, Dek. Bisa nyebut tapi nggak tau artinya."
"Kan, Kakak yang bilang duluan." Jawab Bian.
Chayra menghembuskan nafasnya dengan kasar. Percuma berdebat dengan anak kecil.
Batinnya.
"Nongkrong itu duduk-duduk cantik, Dek. Itu bahasa gaulnya."
"Gaul itu....."
"Ssstt.. jangan tanya lagi." Ucap Chayra seraya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Kamu itu ya, Dek. Kalau udah nanya nggak ada berhentinya." Sambungnya. Menarik tangan Bian agar mengikuti langkahnya.
Bian memanyunkan bibirnya seraya mengikuti langkah kakaknya. Agak kesal karena dia seperti diseret paksa.
"Itu Kak Lesha dan kak Tina." Tunjuk Bian pada Alesha dan Tina yang duduk cantik di sebuah bangku panjang. "Tapi, nggak ada kak Mira deh kayaknya." Sambungnya. Anak itu sudah mengenal semua teman-teman Chayra karena sering berkunjung ke rumahnya.
"Kita ke mereka ya, Dek." Chayra kembali menarik tangan Bian.
"Kakak jangan melakukan kekerasan pada adik sendiri."
Chayra menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Bian yang masih dia genggam tangannya. "Maksud kamu apa, Dek?"
"Kakak menarik-narik tangan aku. Sakit, Kakak."
"Astagfirullah, maafkan Kakak ya, Dek."
"Mmm.." Jawab Bian kesal.
Mereka kembali melanjutkan langkahnya.
"Assalamualaikum," sapa Chayra dan Bian serentak setelah sampai di depan Alesha danTina.
"Wa'alaikumsalam," jawab Alesha dan Tina.
"Eh, Adek ganteng unyuk-unyuk ikut ya.." Sapa Tina sambil mencubit dan mencium gemas pipi Bian.
"Ihh, kak Tina kenapa jahil banget sih?!" Ucap Bian. Matanya langsung menatap tajam Tina. Menggosok-gosok pipinya yang dicium Tina tadi.
"Kamu lucu ya, Bian. Di cium aja sampai di gosok-gosok pipinya kayak gitu." Ucap Alesha sambil tertawa renyah.
"Bukan muhrim, Kak!"Jawabnya sambil bersedekap dan memonyongkan bibirnya.
"Hah!" Ucap Chayra, Alesha dan Tina serentak. Tidak percaya dengan ucapan Bian.
"Keren ni bocah." Alesha menepuk-nepuk pelan kepala Bian.
"Jangan di sentuh, Lesha. Bukan muhrim." Tina menirukan ucapan Bian sambil menurunkan tangan Alesha dari kepala Bian.
Chayra cekikikan melihat ekspresi Alesha. "Sudah tau adikku calon Ustadz. Masih saja seneng diganggu." Chayra menatap sekeliling. "Eh, ngomong-ngomong, Amira mana?" Chayra baru menyadari kalau personilnya belum lengkap.
"Masih ada urusan sebentar. Dia pasti datang kok, tunggu saja." Jawab Tina.
Baru saja Tina menyelesaikan kalimatnya. Tampak Amira dari kejauhan berjalan dengan tergesa-gesa bersama seorang pria yang menggenggam tangannya.
Dengan ngos-ngosan, dia menghampiri ketiga temannya.
"Sorry, Guys, gue telat."
Chayra mengernyit mendengar sapaan Amira.
"Assalamualaikum, Amira." Ucap Chayra dengan nada menyindir.
Amira terdiam, nyengir salah tingkah karena menyadari kesalahannya. "Wa.. Wa'alaikumsalam," jawabnya dengan malu-malu.
"Lagian lho, Mira. Anak muslim, kok nggak ucap salam." Sambung Tina ikut berkomentar.
Laki-laki yang berdiri di samping Amira hanya diam menyaksikan perdebatan gadis-gadis di depannya.
Alesha memandang Amira. Dengan isyarat mata, dia bertanya pada Amira, siapa pria yang berdiri di sampingnya.
Amira langsung sadar kalau dia tidak datang sendiri. "Eh sorry, jadi lupa kalau gue lagi sama lho, Kak." Mendongak menatap pria disampingnya, menyenggol lengan pria itu salah tingkah.
"Mm.., Sayang, gue duluan ya. Kalau lho mau pulang nanti, telpon aja. Nanti gue lansung jemput."
"Ntar dulu, Kak. Kakak kenalan dulu sama teman-temannya Mira." Amira menarik pelan tangan pria itu mendekati teman-temannya.
Pria itu mendekati Alesha terlebih dahulu. Mengulurkan tangannya dengan gaya angkuh.
"Ardian Baskara, kekasihnya Amira." Ucapnya dengan tegas.
Alesha tertegun sejenak. Menelan ludahnya menatap pria di depannya, sebelum akhirnya menjabat tangan pria itu. "Alesha," jawabnya singkat. Menarik kembali tangannya. Merasa sedikit aneh ketika berjabat tangan dengan pria yang masih asing baginya.
Ardian tersenyum angkuh. Beralih ke Tina dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Alesha.
Namun, ketika beralih ke Chayra. Gadis itu tidak mau menyambut uluran tangan Ardian. Dia hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Maaf, aku tidak bisa menjabat tangan anda karena kita bukan mahram." Chayra menunduk tanpa mau mengangkat wajahnya sedikitpun.
Melihat hal itu, Ardian berdecih kesal. "Cih! Sombong banget sih."
Ardian berucap lirih namun masih bisa terdengar. Dia menurunkan kembali tangannya dengan ekspresi kesal.
"Sekali lagi aku minta maaf." Hanya kata itu yang di ucapkan Chayra.
Ardian melirik ke arah Chayra dengan sinis.
'Sok suci banget ni cewek. Tampang juga biasa-biasa aja. ' Batinnya
Amira, Alesha dan Tina ikut tegang menyaksikan ketegangan di depannya. Sedangkan Bian tidak perduli dengan urusan orang-orang di depannya. Dia sibuk main game menggunakan ponsel kakaknya.
Amira menyentuh tangan Ardian. "Gue antar ke parkiran ya, Kak." Tawarnya.
"Nggak usah. Gue tau letak parkiran." Jawab Ardian ketus. Masih melirik kesal Chayra. "Gue duluan." Beralih menatap Amira seraya berlalu dari hadapan empat gadis itu.
Baru beberapa langkah, Ardian berbalik lagi dan berdiri di depan Amira. "Ada yang gue lupakan." Ucapnya. Lalu..
Cup !
Kecupan Ardian mendarat mulus di bibir Amira.
Chayra segera memalingkan wajahnya. Sedangkan Alesha dan Tina menganga tak percaya.
Ardian berlalu tanpa merasa berdosa pada gadis-gadis polos di depannya. "Bye.."
Amira tertegun mendapati perlakuan Ardian. Dia mengulas senyum sambil mengusap bibirnya. Mukanya memerah seperti kepiting rebus.
"Hei, Mira. Kenapa lho senyum-senyum? Lho seneng ya.. mendapat ciuman haram seperti itu."
Ucapan Tina membuat Amira tersentak kaget. Dia berhenti mengusap bibirnya. Beralih menatap Tina dengan kesal.
"Lho lihat, muka lho kayak kepeiting rebus. Lho nggak merasa berdosa pada kita? Lho tau kan, kita ini masih suci. Kita semua belum pernah terkontaminasi dengan dosa-dosa mesum kayak tadi." Ucap Alesha berapi-api.
Amira menelan ludah sambil menatap teman-temannya dengan bingung. Dia juga tidak tau tadi, kalau Ardian akan menciumnya. Tapi, sekarang teman-temannya malah menyalahkannya .
Chayra menatap Amira dengan tatapan nanar. Sebenarnya, dia juga kesal dengan sikap Ardian tadi. Tapi, dia tidak menunjukkan kekesalan itu di depan teman-temannya.
Tina kembali mengeluarkan uneg-unegnya. "Lho lihat sendiri kan tadi, sikapnya pada Ayra. Dia sama sekali tidak menghargai sikap Ayra yang tidak mau bersentuhan dengan lawan jenis."
"Maafin gue." Hanya kata itu yang Amira ucapkan.
"Udah, jangan saling menyalahkan. Seharusnya kamu tidak membawanya pada kita. Kamu seharusnya tidak mempertemukannya dengan kita. Pertemuan ini hanya mengundang mudharat pada kita." Chayra berucap tanpa mau menatap Amira. "Dia bahkan tidak menghargai wanita." Sambungnya. Dia akhirnya mengeluarkan yang dari tadi dipendamnya.
"Lho bilang nggak usah saling menyalahkan. Tapi, lho juga nyalahin gue, Ayra."
Amira menimpali dengan kesal.
Chayra berulang kali menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil melafalkan istigfhar. Mereka semua diam tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Sadiah
mulai dehh sombong nya ardian... engga ing engg
2022-11-03
0
Seona Young
belagu kamu Ardian, awas aja ntar kalau ngejar-ngejar Chayra
2022-04-14
1