Berpamitan

Chayra berjalan menyusuri komplek perumahannya. Berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain. Mengetuk pintu, bersalaman dengan ibu-ibu komplek. Ada yang memeluknya haru. Bahkan, banyak dari mereka yang memberikannya uang saku.

Dia menyeret kakinya berjalan ke rumah terakhir yang belum Ia datangi. Rumah itu tepat berada di samping rumahnya. Rumah itu milik Bu Sulis. Tetangga yang selalu baik padanya.

Chayra melihat pintu rumah itu terbuka. Karena sudah biasa keluar masuk di rumah itu, Chayra mengucap salam lalu masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Bu Sulis." Chayra berhenti sejenak saat sampai di Ruang Tamu.

Biasanya jam segini Bu Sulis ada di dapur. Batinnya. Ia berjalan ke arah dapur. Dan benar saja, nampak Bu Sulis sedang berkutik dengan alat dapur. Chayra menarik nafas lega.

"Wa'alaikumsalam,"

Bu Sulis menjawab salam dengan agak berteriak. Baru berbalik, dia dikagetkan oleh Chayra yang sudah berdiri di depannya. "Eh, ternyata tamunya kamu, Nak Ayra.."

Ucapnya sambil tersenyum.

"Iya, Bu. Maaf, Ayra lansung masuk tadi."

"Nggak apa-apa, Nak. Kamu kan, memang sudah biasa keluar masuk di rumah ibu. Ayo, duduk dulu, Nak." Kata Bu Sulis ramah sambil menarik sebuah kursi untuk Chayra.

Chayra duduk lalu mengutarakan maksud kedatangannya pada Bu Sulis. "Mm.. anu, Bu. Ayra datang kesini mau berpamitan sama Ibu."

"Memangnya, Nak Ayra mau kemana?" Tanya Bu Sulis dengan heran. Ikut duduk di depan Chayra.

"Ayra mau ikut Om dan Tante Ayra tinggal di Pesantren, Bu."

Bu Sulis agak tersentak kaget mendengar penuturan Chayra. "MasyaAllah, Nak! Kenapa baru bilang sekarang? Kemarin Ibu sempat dengar Ibu kamu cerita-cerita tentang Pondok Pesantren. Ibu kira dia tidak sedang membahas tentang kamu, Nak." Bu Sulis menghela nafas berat. "Ibu belum menyiapkan apa-apa sekarang untuk menjadi bekal kamu, Nak."

"Bekal? Bekal apa maksudnya, Bu?"Chayra mengernyitkan alisnya karena tidak paham dengan bekal yang di maksud Bu Sulis.

"Kalau seorang anak mau pergi mondok. Biasanya, dia akan dibuatkan banyak jajanan kering. Karena biasanya kalau di Pondok itu kita selalu merasa lapar. Ibu juga pernah dengar, kalau di Pondok Pesantren Om kamu itu, santrinya masak sendiri. Apa benar begitu, Nak?"

"Pondok Pesantren Al-Mukarromah itu bukan Pondok Pesantren Om Ismail, Bu. Pondok Pesantren itu didirikan oleh Abahnya Om."

"Tapi, Om kamu kan penerusnya. Jadi sama aja." Jawab Bu Sulis nggak mau kalah. Chayra hanya tersenyum menanggapinya.

Bu Sulis bangkit dari duduknya. Dia mengambilkan Chayra sebotol teh kemasan dari dalam kulkas. Meletakkan sebotol teh itu di depan Chayra. "Minum dulu, Nak. Kamu pasti haus. Kamu juga kelihatan lelah sekali."

Chara mengangguk. Tanpa basa basi, ia langsung mengambil teh di depannya. Setelah membuka segelnya, dia berdoa lalu meneguknya sampai tersisa hanya setengah.

"Alhamdulillah, akhirnya rasa hausku terbayar sudah. Terimakasih, Bu minumnya." Ucapnya.

Bu Sulis tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Kapan kamu berangkat, Nak?"

"InsyaAllah, lusa, Bu. Mungkin ba'da shalat Ashar atau Maghrib."

"Semoga, nanti kamu mendapatkan ilmu yang bermanfaat, Nak. Ibu juga dulu pernah jadi santri. Tapi, Ibu nggak memanfaatkan waktu dengan baik, sehingga sekarang Ibu menyesal.

Kenapa dulu pas di pesantren Ibu kebanyakan tidur sama makan. Pas selesai mondok, bukannya pulang bawa ilmu. Eh, malah pulang bawa lemak."

Cerita Bu Sulis membuat Chayra tidak bisa menahan tawanya. "Kenapa..? Kok bisa gitu, Bu?"

Bu Sulis menghela nafas berat. "Karena waktu mondok, Ibu kebanyakan makan sama tidur. Kalau kita mau mendapatkan banyak ilmu, kalau ada waktu senggang, segera pergi ngaji atau cari guru. Atau mutolaah juga bisa, agar tidak lupa dengan ilmu yang sudah diajarkan oleh para Ustadz."

Chayra manggut-manggut mendengar penjelasan Bu Sulis. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. "Manda manu ya, Bu? Dari tadi Ayra celingukan. Tapi tidak ada tanda-tanda kalau dia ada di rumah."

"Amanda pergi ke rumah Pamannya tadi sama Bapak. Katanya, rindu sama adek bayi."Jawab Bu Sulis. "Kalau tau kamu akan pergi, pasti dia nangis, Ayra. Kamu tau kan, dia sangat senang di ajarin berhitung sama kamu."

Chayra tersenyum menanggapi perkataan Bu Sulis. "Ayra juga pasti akan sangat merindukan Manda, Bu. Dia kan anak paling imut di komplek ini."

"Kamu bisa aja, Nak, memuji anak ibu."

Chayra tersenyum. "Kalau gitu, Ayra pamit dulu ya, Bu."

"Lho, kok buru-buru, Nak?"

"Mau istirahat, Bu. Capek keliling komplek dari tadi."

Bu Sulis tersenyum lalu mendekat dan memeluk Chayra. "Kamu anak yang baik, Nak. Ibu do'akan, semoga ke depannya kamu mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi."

"Aamiin, terimakasih, Bu do'anya."

Bu Sulis melepaskan pelukannya. "Tunggu sebentar di sini, Nak." Ucapnya. Meninggalkan Chayra sendirian di dapur.

Sambil menunggu kedatangan Bu Sulis, Chayra meneguk sisa minumannya.

Beberapa menit kemudian, Bu Sulis muncul dengan membawa amplop di tangannya.

Dia meletakkan amplop itu kedalam genggaman Chayra. "Ini, Nak. Ada sedikit uang dari Ibu. Kamu pakai untuk jajan atau apalah. Jangan ditolak ya, Nak. Ibu nggak suka kalau kamu sampai menolak pemberian Ibu." Ucapnya. Masih menggenggam tangan Chayra. Takut kalau Chayra meletakkan amplop itu.

Chayra tersenyum dan menatap Bu Sulis.

Melihat hal itu, Bu Sulis melepas genggamannya."Terima ya, Nak."

"Terimakasih, Bu. Seharusnya Bu Sulis tidak usah repot-repot."

"Kamu itu sudah seperti anak Ibu sendiri dan menjadi sosok kakak bagi Manda, Nak."

Chayra kembali tersenyum. Mencium tangan Bu Sulis lalu berpamitan pulang. Setelah shalat Zuhur nanti, dia akan pergi lagi menemui teman-temannya.

Sampai rumah...

Bian langsung menghambur memeluk kakaknya. Chayra keheranan melihat tingkah adiknya. "Lho, Bian kenapa? Apa ada teman-teman yang mengganggu Bian?"

Bian menggeleng. "Bian kira, Kakak udah berangkat ke Pesantren. Soalnya, tadi pas lagi main, Tino bilang, Kakak ke rumahnya dan berpamitan pada Ibu dan Bapaknya dia.

Chayra mengulas senyum sambil mengusap kepala adiknya. "Masa Kakak nggak pamitan juga sama adik Kakak yang ngegemisin ini..."Ucapnya. Mencubit pipi Bian dengan gemas. "Masuk yuk, Dek. Kakak mau istirahat sebentar."

"Kakak tidur saja. Bian mau main lagi. "Jawab Bian. Berlari keluar rumah meninggalkan kakaknya yang masih berdiri mematung.

Chayra menggeleng-gelengkan kepala, masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

* * *

Selesai shalat Zuhur, Chayra bergegas ke Garasi untuk memanaskan mesin motor maticnya. Dia masuk kembali ke dalam rumah untuk makan siang.

"Matahari terik gini, yakin mau berangkat sekarang, Nak?" Tanya Bu Santi karena melihat anaknya terlihat sedikit tergesa-gesa.

Ucapan Ibunya membuat Chayra berhenti mengunyah makanannya.

"InsyaAllah, Bu.."Jawabnya singkat. Kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Iya sudah. Hati-hati di jalan, Nak. Jangan ngebut!"

"Iya, Bu." Chayra meneguk segelas air lalu mencium tangan dan pipi ibunya. Begitulah cara dia biasa berpamitan pada ibunya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Wa'alaikumsalam, Nak. Hati-hati!"

Bu Santi menutup kembali pintu rumahnya saat Chayra sudah hilang dari pandangan.

Tujuan pertama Chayra adalah rumah Alesha dan Tina. Karena kebetulan kedua sahabatnya ini sepupu. Jadi, rumahnya bersebelahan dan memiliki satu gerbang yang sama.

Chayra mengucap salam didekat Pos Satpam. Tapi, tidak ada jawaban. Chayra mendekati satpam itu dan memperhatikannya. Ternyata, si Satpam memakai headset.

Chayra berjalan ke depannya. Pak Satpam itu terlonjak kaget Dia lansung melepas headsetnya dan menghampiri Chayra.

"M..maaf, Non. Saya tidak sadar kalau ada tamu." Ucapnya pada Chayra dengan sedikit membungkukkan badannya.

Chayra tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Maaf, Pak, kalau mengganggu. Alesha dan Tinanya ada?" Tanya Chayra.

Pak Tono malah salah tingkah mendengar kata maaf dari Chayra. "Non Alesha dan Non Tinanya ada, Non. Tadi, saya lihat Non Tina masuk ke rumahnya Non Alesha." Jelas Pak Tono.

"Terimakasih, Pak Tono untuk informasinya." Ucap Chayra. Langsung berlalu dari hadapan Pak Tono.

Rumah Alesha dan Tina sangat luas. Karena mereka berdua adalah anak seorang pengusaha. Berbeda dengan Chayra yang hanya berasal dari golongan menengah ke bawah. Sumber penghasilan Ibunya Chayra hanya berasal dari toko kecil di depan sebuah Rumah Sakit Swasta. Tapi, Chayra tidak pernah mengeluhkan keadaannya. Dia selalu bersyukur dan tidak pernah iri pada orang yang lain yang punya kemewahan.

Berbeda lagi dengan Amira. Sahabat Chayra yang satu ini bahkan lebih kaya dari Alesha dan Tina. Tapi, Amira tidak suka memamerkan kekayaannya seperti anak orang kaya pada umumnya. Sikapnya yang ceplas ceplos, sedikit bar bar dan mudah bergaul membuatnya biasa berteman dengan siapa saja .

Chayra mengetuk pintu rumah Alesha. Seorang pelayan yang kelihatan seumuran dengan ibunya membukakan pintu. Chayra langsung dipersilahkan naik ke kamar Alesha.

Setelah mereka lama berbincang, mereka memutuskan untuk ke rumah Amira ba'da shalat Ashar. Mereka memutuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Chayra. Karena lusa, Chayra akan berangkat ke Pesantren.

* * *

Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!