Kecelakaan

Percakapannya dengan Pak Ismail dua hari yang lalu, membuat Chayra belum bisa berfikir dengan jernih sampai hari ini. Dia masih bingung dengan pendapat Pak Ismail tentang seorang Ghibran Abdullah. Apakah seistimewa itu seorang Ghibran di mata Pak Ismail.

Dia berjalan di pinggir kolam sendirian sore ini. Suasana di dekat kolam ikan itu agak ramai. Karena sebagian Santri menikmati waktu senggang mereka untuk bercengkrama bersama teman-teman mereka.

Bangku panjang yang biasa ia gunakan bersama Saras dan Tania ketika pagi hari, sore ini sudah dialih posisikan oleh lima orang Santriwati yang sedang menulis entah apa.

Chayra beralih menatap ke tengah kolam ikan. Dimana sebuah gazebo panjang berdiri kokoh di sana. Dia hanya beberapa kali ke sana ditemani oleh Saras dan Tania. Tempat itu juga penuh. Bangku-bangku kecil yang berjajar sepanjang kolam ikan itu juga hampir tak ada yang tersisa.

Chayra mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong. Mukanya berbinar senang saat mendapatkan sebuah tempat duduk di bawah pohon nangka yang sedang berbuah lebat. Ia berlari kecil menghampiri tempat itu. Tepat di tengah jalan yang sering dilalui kendaraan. Sebuah motor matic terlihat melaju cukup kencang ke arahnya. Chayra tak bisa menghindar.

Brak!

Pengendara itu jatuh dari motornya. Chayra langsung tak sadarkan diri. Para Santriwati yang menyaksikan kejadian berteriak histeris.

Saras dan Tania yang baru akan menemui Chayra langsung berlari saat melihat kerumunan orang di pinggir kolam. Dia menerobos kerumunan para santri.

"Allahuakbar, Ayra!" Saras dan Tania berucap serentak. Menghampiri Chayra yang tergeletak tak sadarkan diri.

Tania berbalik menatap kerumunan Santri yang berdiri berkerumun di belakangnya. "Kenapa kalian bengong? Panggil Ummi Ainun atau siapapun yang kalian jumpai di sana." Tania berteriak kepada para Santri yang hanya jadi penonton tanpa melakukan tindakan

apapun. Seorang Santri berlari ke rumah Pak Ismail.

Laki-laki yang menabrak Chayra mencoba untuk bangkit. Lengan baju pada bagian sikunya bolong. Celana panjang yang dikenakannya, bagian lututnya juga bolong. Dia meringis pelan saat mengangkat tangannya untuk melepaskan helm yang sudah retak karena kejadian tadi. Mereka terkejut saat melihat wajah laki-laki di balik helm tadi.

"Ya Allah, Ustadz Ghibran?!" Para Santri membelalakkan matanya melihat siapa pria ceroboh yang menabrak seseorang di jalanan sepi seperti ini. Suasana semakin heboh..

Ghibran berusaha tersenyum lebar. Namun, tidak bisa di bohongi kalau dia sedang menahan sakit.

"Maafkan aku yang tidak berhati-hati. Aku terlalu ceroboh. Karena ini jalanan sepi, aku melajukan motor semauku. Aku.. aku akan membawanya ke rumah sakit terdekat." Ghibran meringis menahan sakit. Darah segar mengalir di telapak tangannya yang robek.

"Bagaimana Ustadz akan membawanya, sedangkan Ustadz juga butuh penanganan Dokter." Ucap Saras.

"Do'akan saya, semoga saya bisa." Ghibran berusaha bangkit. Namun, kakinya mati rasa dan tenaganya seperti terkuras habis.

Bu Ainun yang baru tiba langsung menangis histeris. "Cepat hubungi Ambulance!"

* * *

Di IGD rumah sakit, Bu Ainun masih sesenggukan menangisi Chayra yang belum juga sadarkan diri. Suara parau karena terlalu banyak menangis.

Ghibran yang berada di Brankar sebelah berusaha memejamkan mata. Dia benar-benar merasa bersalah. Suasana hatinya yang tidak tenang membuatnya bingung dan tidak bisa berfikir jernih.

Pak Ismail yang baru tiba langsung memeluk istrinya. Dia baru pulang dari seminar dan langsung meluncur ke Rumah Sakit.

"Ummi, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa Ayra tertabrak motor di lingkungan Pesantren?" Pak Ismail melontarkan pertanyaan pada istrinya yang masih sesenggukan dalam pelukannya.

Bu Ainun mendongak menatap suaminya yang berdiri di sampingnya. "Ummi juga kurang tau, Abah. Saat tiba di pinggir kolam tadi, Ayra sudah tak sadarkan diri. Ghibran juga terlihat lemas tadi. Telapak tangannya juga dijahit karena ada luka robekan yang dalam.

Pak Ismail terkejut mendengar jawaban istrinya. Menangkup kedua pipi Bu Ainun. "Coba Ummi ulangi ucapan Ummi."

Bu Ainun menautkan alisnya heran. "Kenapa?"

Pak Ismali menatap istrinya lekat. "Jadi Ghibran yang menabrak Ayra? Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya? Kenapa Ummi tidak bilang dari tadi sore kalau Ghibran yang menabraknya?"

Bu Ainun melepas tangkupan tangan Pak Ismail dari pipinya. "Abah kalau nanya satu-satu. Ummi jadi bingung mau jawab yang mana."

"Astagfirullahal'adzim," Pak Ismail mengusap wajahnya dengan kasar. "Maafkan Abah, Ummi. Abah benar-benar terkejut." Beralih melirik Chayra yang sedang tertidur pulas. "Bagaimana keadaan Ayra sekarang?"

"Seperti yang Abah lihat. Dia belum sadarkan diri sampai sekarang. Kata Dokter sih, tidak ada luka dalam. Cuman, Ummi bingung kenapa dia belum sadar sampai sekarang." Bu Ainun menghela nafas berat sambil menatap Chayra.

"Apa Ummi sudah menghubungi Santi?"

"Sudah, Abah. Tapi, dia terdengar tenang dan tidak panik seperti Ummi. Dia hanya beristighfar berulang kali. Besok katanya dia akan kemari."

"Ummi bilang saja padanya l, kalau Ayra sudah baik-baik saja sekarang. Jadi, dia tidak perlu sampai kesini. Kasihan Bian, dia juga kan harus sekolah."

"Nanti Ummi hubungi dia lagi."

"Dimana Ghibran sekarang?" Pak Ismail kembali teringat pada Ghibran.

"Ada di sebelah." Jawab Bu Ainun.

"Abah mau menengok keadaannya sebentar." Pak Ismail langsung meninggalkan istrinya. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Ghibran.

Bukannya langsung mencari Ghibran di ruang sebelah, Pak Ismail malah keluar ruangan untuk mencari tau. Dia tidak mau salah masuk.

Tampak Rudi sedang duduk sendiri sambil memegang handphone di ruang tunggu lobi rumah sakit. Pak Ismail menghampirinya dan meminta Rudi untuk menemaninya menemui Ghibran.

"Assalamualaikum," ucap Pak Ismail dan Rudi saat sampai di depan Ghibran.

Ghibran langsung membuka matanya mendengar suara Pak Ismail. "Wa.. wa'alaikumsalam, Abah. Maafkan Ghibran, Abah. Ghibran benar-benar tidak bisa mengendalikan laju motor itu saat tiba-tiba Zahra berlari di depan Ghibran."

"Hmm..!" Rudi berdehem lalu mengalihkan pandangannya. "Dalam situasi seperti ini masih saja menyebutnya dengan panggilan khususnya." Rudi bergumam lirih, tetapi masih bisa didengar oleh Pak Ismail yang berdiri tepat di sampingnya.

Pak Ismail tersenyum. "Maafkan keponakan Abah yang agak ceroboh."

"Ini salah Ghibran, Abah. Ghibran yang ngebut. Ini semua bukan salah Zahra. Eh, Ayra."

"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dari Abah, Ghibran." Ujar pak Ismail.

"Maksud Abah apa?" Ghibran mengangkat kepalanya.

"Jangan bangun dulu, Ghibran. Keadaan kamu belum pulih." Tegur Rudi yang melihat Ghibran berusaha untuk bangun.

"Aku nggak enak sama Abah, Rud."

"Nggak apa-apa, Nak. Kamu sedang sakit. Abah ingin bertanya sesuatu padamu. Tapi, nanti kalau kamu sudah sembuh. Abah nggak enak kalau harus membahasnya sekarang."

"Silahkan, Abah. Ghibran nggak apa-apa kok. Cuma luka dikit aja."

"Kalau sampai dijahit bukan sedikit namanya, Nak. Apa kamu sudah menghubungi orang tuamu?"

"Belum, Abah. Tapi, Ghibran nggak mau menghubungi mereka. Abah kan tau dimana maminya kalau tau Ghibran kenapa-napa." Rudi menjawab pertanyaan Pak Ismail. Karena dia yakin pasti Ghibran akan mengatakan kalau dia sudah menghubungi orang tuanya.

"Jangan seperti itu, Nak. Kasihan orang tuamu."

"I.. iya, Abah. Nanti Ghibran hubungi kalau sudah pulih."

"Kalau begitu Abah ke Ayra dulu, ya. Istirahat yang cukup. Jangan terlalu banyak gerak biar kamu cepat pulih."

"Iya, Abah. Terimakasih nasihatnya. Sekali lagi Ghibran minta maaf."

Pak Ismail mengangguk seraya tersenyum. Mengucapkan salam lalu meninggalkan Ghibran dan Rudi.

* * *

Dua hari istirahat total di Rumah Sakit membuat Chayra benar-benar pulih. Ibunya, Bu Santi tidak jadi datang karena Bu Ainun dan Pak Ismail menjamin kalau Chayra putrinya baik-baik saja.

Sedangkan Ghibran, dia hanya istirahat beberapa jam di hari kejadian karena kondisinya baik-baik saja. Setelah telapak tangannya selesai di jahit, dia diperbolehkan kembali pulang.

Bu Ainun berkemas sambil menunggu Pak Ismail menjemputnya. "Nak, apa kamu sudah mengeluarkan semua barang-barangmu?" Tanyanya pada Chayra. Mereka sedang menunggu kedatangan Pak Ismail.

"Sudah, Ummi."

Bu Ainun mengamati pelipis keponakannya yang masih di perban. Mengusap pelan luka itu dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Chayra tersenyum melihat tingkah Bu Ainun. "Sudah tidak apa-apa kok, Ummi." Meraih tangan Bu Ainun.

Perhatian mereka teralihkan pada tiga sosok pria yang berjalan beriringan tak jauh dari tempat mereka duduk.

"Assalamualaikum," ketiganya mengucap salam saat sudah sampai di depan kedua wanita itu.

Pak Ismail lebih mendekat pada Chayra."Apa kamu sudah benar-benar sehat, Nak?" Tanyanya pada Chayra. Dia melirik ke arah Ghibran dan Rudi yang berdiri sekitar empat langkah di belakangnya. "Ghibran tadi minta izin sama Abah untuk ikut menjemput Ayra karena dia merasa bersalah pada Ayra."

Chayra mengangguk. "InsyaAllah, Ayra susah sehat, Abah." Jawabnya tanpa menghiraukan kalimat Pak Ismail selanjutnya.

Ghibran sedikit mendekati pak Ismail. "Hmm, Zahra. M.. maafkan kecerobohanku yang mencelakaimu." Ucapnya dengan terbata-bata. Memberanikan diri menatap Chayra.

Chayra tersenyum. Senyuman yang selalu bisa membuat dada seorang Ghibran Abdullah berdebar-debar. "Seharusnya saya yang minta maaf sama Ustadz. Karena kalau saya tidak lari saat itu. Tentu Ustadz tidak akan menabrak saya. Ini semua terjadi karena kecerobohan saya."

Ghibran mengelus dadanya pelan. "T.. tidak, Zahra. Ini semua salahku."

Rudi menahan senyum melihat tingkah sahabatnya yang sedang bergejolak api cinta di dalam dadanya. Memang, Chayra terlihat lebih istimewa daripada kebanyakan wanita pada umumnya. Selain lemah lembut, gadis di depannya juga sangat gemar beristighfar.

* * *

Terpopuler

Comments

Sadiah

Sadiah

knp gak sreng banget ya sama sosok gibran,, ribet tau orang panggilan nya Chayra pake panggil zahra,..

2022-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!