Curhatan Sahabat

Usai melaksanakan shalat ashar di Masjid depan dekat taman. Chayra kembali berkumpul dengan teman-temannya di tempat semula.

Tiba-tiba, Bian menyodorkan tangannya kepada Chayra.

"Apa?" Chayra menatap Bian heran. Bingung dengan kelakuan adiknya yang satu ini.

"Kakak aku kasih pilihan. Mau kasih aku uang untuk beli ice cream, atau mau kasih aku pinjem handphone untuk main game."

Chayra mengerutkan alisnya. "Enak banget permintaanmu, Dek? Kok, pilihannya kamu yang untung semua. Ruginya cuma untuk Kakak."

Bian tersenyum. "Itukan pilihan dari Bian. Terserah Kak Ayra mau kasih Bian yang mana. Karena keduanya menguntungkan bagi Bian. Mana mau rugi aku."

Chayra dan ketiga temannya menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Bian.

"Adik lho pinter banget tawar menawar, Ayra. Siapa yang ajarin coba?" Alesha agak berbisik di telinga Chayra.

Chayra mengangkat bahu. Dia juga agak terkejut mendapati adiknya pandai melakukan tawar menawar.

"Kan, Ibuku seorang pedagang." Jawab Bian santai. Mengepalkan tangannya semangat.

"Apa hubungannya coba, Dek?"

"Aku sering dengar Ibu, kalau belanja bilangnya gitu sama penjualnya." Jawabnya lagi.

Empat wanita yang berdiri di depan Bian hanya menganga tak percaya mendengar jawaban konyol Bian. "Nggak nyambung.." Alesha dan Tina mencubit pipi Bian.

"Ish.. Bukan muhrim." Bian kembali menghadap kakaknya. "Ayo, Kak. Mana..? Kasih uang dulu nggak apa-apa, Kak. Nanti kalau udah beli ice cream, terus ice creamnya habis aku makan. Baru deh, Kak Ayra kasih aku pinjem handphone."

Chayra melongos mendengar permintaan bertele-tele adiknya. "Kamu serakah banget, Dek." Chayra menyerahkan uang sepuluh ribuan pada Bian.

Alesha, Tina dan Amira hanya bisa geleng-geleng kepala melihat interaksi kakak beradik itu.

"Terima kasih Kak Ayraku yang baik hati.

mmuuah..!" Bian mengecup uangnya lalu pergi mencari penjual ice cream.

"Astagfirullahal'adzim," Chayra menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Bawa bocah di suruh nggak usah nakal. Eh, malah kerjaannya meras kakaknya." Chayra menggerutu kesal. Sontak, ucapannya membuat ketiga temannya tertawa.

Tina berkomentar di sela-sela tawanya. "Kalau adik lho jadi pengusaha. Kayaknya, dia mau untungnya aja, Ayra. Tapi nggak mau menanggung kerugian dan menyerahkan masalahnya pada orang lain."

"Entahlah." Jawab Chayra sambil mengangkat bahu.

* * *

Empat gadis itu masih duduk terdiam. Chayra yang seharusnya bicara. Namun, sudah sekitar dua puluh menit duduk saling pandang, dia masih bungkam. Entah, apa yang membuatnya belum juga mengutarakan alasannya.

Karena bosan menunggu. Akhirnya Alesha yang angkat bicara duluan. "Ayra.. Tempo hari lho bilang mau jelasin ke kita alasan lho nggak bisa kuliah di sini bersama kita. Tapi, kenapa lho masih diam sampai sekarang?"

Chayra menatap Alesha lalu tersenyum hambar. "Maafkan aku yang tak bisa menepati janji pada kalian."

"Lho udah minta maaf dari kemarin, Ayra. Kita butuh penjelasan dari lho, bukan kata maaf lagi." Tina ikut berkomentar dengan khas gaya ngomong pedasnya.

Sedangkan Amira hanya duduk menunggu. Diam dan enggan berkomentar. Masih canggung bicara pada teman-temannya karena kejadian sebelum shalat ashar tadi.

Chayra kembali tersenyum hambar. "Ini amanah dari Almarhum Bapak. Apa yang bisa aku lakukan. Apa yang akan di katakan Om dan Tanteku kalau aku menolak. Apakah aku pantas disebut anak yang berbakti kalau aku sampai mengabaikan keinginan terakhir orang tuaku?"

Air mata Chayra sudah menganak sungai. ''Kali ini, aku mohon pengertian kalian. Kalian adalah sahabat terbaikku." Air mata yang tadi menganak sungai mengalir deras keluar dari matanya.

Ketiga temannya tertegun mendengar penjelasan Chayra.

Amira mendekati Chayra lalu memeluknya. "Maafkan kami, Ayra. Maafkan kami yang menuntut penjelasan ini."

Chayra tersenyum dalam tangisnya. "Kenapa kamu yang minta maaf, Mira. Aku yang salah. Seharusnya aku yang jujur dari awal. Tapi, aku terlalu egois dan hanya mementingkan perasaannku tanpa memikirkan kalian."

Alesha mendekat dan mengusap pelan punggung Chayra. "Ssttt..udah, Ayra. Kami akan mendukung keputusan lho. Apa hak kami melarang lho berbakti kepada orang tua. Kita sama-sama memprioritaskan orang tua."

Tina ikut mengusap punggung Chayra. "Sebenarnya, masalah ini simpel. Tapi karena kita tidak mengetahui alasan lho, itu yang membuatnya ribet. Kita tau lho anak yang baik, anak yang shalehah, Ayra. Apa kata dunia kalau lho sampai mengabaikan amanah orang tua dan mementingkan yang lain."

Amira melepaskan pelukannya. "Lho ya, Tina. Keadaan sedang genting gini, mulut lho nggak bisa manis dikit aja. Mulut lho pedes kayak boncabe lepel sepuluh."

Tina melongos mendengar ucapan Amira. "Mulut lho sama mulut gue itu sebelas dua belas, Mira. Tapi, bedanya lho itu lebih bar-bar. Bibir gue masih suci, sedangkan bibir lho sudah terkontaminasi dosa mesum."

Giliran Amira yang melongos. "Lho itu sering ngungkit-ngungkit dosa, Tina. Gue kan udah minta ampun tadi saat shalat Ashar."

"Kok kalian jadi berdebat sih?" Alesha mencoba melerai perdebatan yang sudah mulai memanas.

"Salahin tuh, Tina. Dia yang mancing duluan." Amira mencoba membela diri.

Tina mengangkat sebelah bibirnya. "Kok jadi gue sih, Mira?!"

"Udah! Jangan saling menyalahkan. Masalah nggak akan selesai kalau kalian seperti ini terus. Chayra yang sedang butuh dukungan, malah kalian abaikan. Kalian hanya sibuk dengan perdebatan yang nggak penting kayak gini ." Alesha meninggikan suaranya, membuat Amira dan Tina yang masih saling lirik langsung menundukkan kepala.

Chayra hanya duduk sambil memperhatikan ketiga temannya tanpa mau berkomentar.

"Maafkan kami, Bos. Kami akan berhenti berdebat." Ucap Tina sambil melakukan gerak hormat untuk mencairkan suasana.

Alesha menghembuskan nafas kasar sambil beristighfar. "Astagfirullah.."

"Jangan naik pitam, Lesha. Tadi kan kita cuma bercanda." Amira ikut mencoba menenangkan Alesha.

"Maafin gue. Habisnya kalian ngeselin banget." Alesha memeluk Tina dan Amira bergantian.

Chayra tersenyum melihat teman-temannya. "Sepertinya, aku akan sangat merindukan suasana seperti ini. Rindu dengan perdebatan kecil kita, rindu dengan hhmm...rindu dengan semuanya." Ucapnya dengan terharu.

"Tentu saja, Ayra. Kita juga pasti akan sangat merindukan lho." Jawab Tina. "Kalau lho udah di sana, jangan lupa hubungi kami. Jangan sampai lho hilang kontak."

"Tentu saja." Jawab Chayra singkat.

"Kapan lho berangkat, Ayra?" Tanya Amira

"Rencananya sih tiga hari lagi."

"Secepat itu?!"

"Iya. Ketika Om dan Tanteku datang. Aku akan lansung berangkat di hari itu juga. Kalian kan tau rumahku kecil. Jadi, Om dan Tanteku kurang nyaman kalau harus tinggal berlama-lama di rumahku. Kalau mereka bermalam, Bian harus mengalah tidur bersama Ibu. Dan kamarnya dipakai Om dan Tante."Jelas Chayra panjang lebar.

"Oo...gitu?" Ucap Amira dan Tina serentak.

Alesha menggeleng-geleng pelan.."Di satu sisi, terkadang kalian sangat kompak. Tapi, di sisi yang lain kalian sering berdebat."

"Itulah ciri khas Amira dan Tina ." Ucap keduanya kompak lagi.

Chayra ikut menggelengkan kepala melihat keduanya.

"Ayra, kalau lho udah pergi, siapa yang akan ngingetin gue shalat tepat waktu. Siapa yang akan ceramahin gue saat melakukan khilaf?" Amira mendongakkan kepala memandang langit yang sudah mulai pudar warna birunya karena sudah sore.

"Makanya tobat, woi sebelum tiket surga di borong oleh wanita-wanita Shalehah." Tina menoyor kepala Amira yang masih mendongakkan kepalanya. Hampir saja Amira terjungkal kalau saja Chayra tidak menahan tubuhnya.

Reflek Amira segera bangkit dan berbalik. "Lho apa-apaan sih, Tina?!"

"Sorry, Mira. Tangan gue kebablasan." Jawab Tina dengan santai.

Amira mengerucutkan bibirnya tak suka dengan perlakuan Tina. "Lho bilang, bibir gue sudah terkontaminasi dosa mesum. Tapi, lho juga tidak sadar, Tina. Kalau tangan lho itu sangat sering terkontaminasi dosa jahil, sering ganggu orang."

Tina membelalakkan matanya tak terima dengan tuduhan Amira. Apa lho bilang? Tangan gue ini terkontaminasi dosa jahil?" Dia berjalan mendekati Amira. Namun, reflek, Alesha menarik tangannya agar tidak terjadi baku hantam.

Chayra berdiri di antara keduanya untuk menghalangi jalan. "Jangan mulai lagi, deh!"

Tina hanya mengeratkan giginya melihat Amira yang dilindungi oleh dua sahabatnya. Dia duduk kembali lalu meminum air kemasan milik Chayra.

Amira tersenyum penuh kemenangan sambil menaik turunkan alisnya. Menatap Tina dengan tatapan mengejek.

Chayra kembali duduk di samping Amira.

Amira memeluk Chayra. "Makasih ya, Ayra. Lho udah lindungi gue dari..."

Chayra segera membekap mulut Amira. "Sssttt.. jangan memancing perdebatan lagi." Ucapnya.

Amira menarik tangan Chayra yang masih membekap mulutnya. "Sorry.."

Tina hanya melirik sinis.

Tiba-tiba, Amira menggenggam tangan Chayra. "Ayra, lho jangan marah ya. Gue mau bilang sesuatu sama lho."

"Apa itu, Mira?" Tanya Chayra. Ucapan Amira membuatnya sedikit penasaran.

"Gue sempat iri sama lho."

"Iri kenapa?"

"Kehidupan lho sederhana. Tapi, lho nggak pernah kekurangan kasih sayang.

Lho hanya punya ibu. Tapi, dia sudah lebih dari orang tua yang sempurna. Dia jadi ibu sekaligus ayah bagi lho.

Lho selalu menutup aurat dan selalu taat pada agama.

Ibu lho selalu meluangkan waktunya untuk lho.

Lho selalu tersenyum dalam keadaan apapun.

Lho rajin beristighfar."

Mereka bertiga menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Amira.

"Jadi, maksud kamu apa, Mira?" Tanya Chayra.

Amira memandang Chayra lalu melanjutkan kata-katanya.

"Gue iri sama lho, Ayra. Gue punya harta berlimpah. Tapi, gue merasa nggak ada ketentraman dalam kehidupan gue.

Gue punya orang tua yang lengkap. Tapi, mereka nggak pernah ada waktu buat gue.

Gue sering malas beribadah. Mungkin, karena orang tua gue nggak pernah ngajarin gue shalat. Boro-boro ajarin anaknya shalat. Papi aja kalau gue suruh shalat. Jawabannya enteng banget, 'Nanggung, Nak. Pekerjaan papi tinggal sedikit.'

Mami apalagi. Kalau aku suruh shalat, jawabannya selalu.. 'nanti dulu'.

Sebentar-sebentar, di tinggal keluar kota.

Kerjaan Mami sama Papi gue cuma cari duit. Karena bagi mereka uang itu adalah segalanya." Amira menghembuskan nafas dengan panjang saat mengakhiri penjelasannya.

"Lho sabar ya, Mira. Lho do'ain aja, semoga suatu hari nanti Papi dan Mami lho dapat hidayah." Alesha mencoba menguatkan dengan mengusap-usap punggung Amira dengan lembut.

"Itulah kenapa, ketika kak Ardian hadir dan memberikan sedikit perhatian. Gue lansung menyambut uluran tangannya. Jujur, sebenarnya yang gue butuhkan adalah kasih sayang dan perhatian orang tua. Itu aja mungkin sangat membuat gue bahagia." Jelas Amira lagi.

" Kita juga sayang sama lho, Mira.." Ucap Tina.

Amira tersenyum hambar. "Terimakasih."

* * *

Terpopuler

Comments

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

aku udah mampir kak.
ayok bantu dukung karyaku juga
simpanan brondong tampan
terima kasih

2022-07-08

0

Seona Young

Seona Young

Amira ma Tina nggak usah berantem terus, baik-baik kalian

2022-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!