Ancaman Ardian

Chayra merogoh ponselnya dari dalam tas ranselnya. Segera menyentuh sidik jari di bagian belakang handphone itu.

Mati!

Ponselnya tidak memberikan respon apapun. Hal itu tentu saja membuat Chayra menautkan alisnya heran. Apa selama ini handphonenya dimatikan oleh Pak Ismail pikirnya. Beralih menekan tombol power di bagian samping. Menekannya lama dan..

"Alhamdulillah, ternyata bisa." Lirihnya pelan. Terdiam menatap benda gepeng di tangannya. Kenapa pak Ismail sampai mematikan ponselnya? Apakah teman-temannya terlalu sering menelfon atau grup chatnya terlalu berisik? Berbagai pertanyaan melintas di kepalanya.

Panggilan Bu Ainun dari depan kamarnya membuat Chayra beranjak bangun dan membuka pintu kamarnya.

"Abah kamu mau bicara sebentar sama kamu, Nak. Ada yang lupa dia sampaikan tadi." Ucap Bu Ainun saat Chayra menongolkan kepala di pintu kamarnya.

"Iya, Ummi."

"Kamu ditunggu Abah di Ruang kerjanya."

"Tapi, ada masalah apa ya, Ummi. Kenapa Abah sampai menunggu Ayra di Ruang Kerja segala?"

"Ummi juga kurang tau, Nak. Kamu bisa tanyakan nanti. Ummi hanya disuruh manggil kamu."

Chayra membuka pintu kamarnya lebih lebar. Keluar dan mengikuti langkah Bu Ainun menuju Ruang Kerja Pak Ismail.

Chayra menelan ludahnya saat melihat tatapan tajam Pak Ismail sesampainya di ruangan itu.

"Ada hal penting yang lupa Abah sampaikan tadi sama kamu."

Chayra duduk di sofa, matanya menelisik isi ruangan yang tertata sangat rapi. Beralih Menatap ke arah Pak Ismail yang sedang memperhatikannya. "Hal penting apa itu, Abah?"

Bu Ainun ikut duduk di samping Chayra.

Pak Ismail mengernyitkan alisnya melihat istrinya tidak keluar ruangan. "Kenapa Ummi ikut duduk? Abah mau bicara empat mata sama Ayra. Ini menyangkut urusan pribadinya. Jadi, Ummi tidak usah ikut duduk dan ingin tau apa yang akan Abah sampaika pada Ayra. Mohon kerjasamanya, Ummi."

Bu Ainun mendengus kesal mendengar ucapan suaminya. "Ummi ini bukan orang lain, Abah. Jadi, Ummi tidak mau pergi walaupun Abah mengusir Ummi. Ummi juga berhak tau semua tentang Ayra."

Pak Ismail menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar jawaban istrinya. "Percuma ngomong sama Ummi."

Bu Ainun hanya mengangkat bahu sambil tersenyum penuh kemenangan. Tangannya sibuk mengelus-elus kepala Chayra.

Chayra tersenyum melihat kelakuan Umminya. "Nggak apa-apa, Abah. Ayra juga tidak keberatan kok, kalau Ummi di sini."

Bu Ainun tersenyum penuh kemenangan.

Pak Ismail mengetuk-ngetuk meja di depannya dengan jari telunjuk. Sudah sekitar lima menit Chayra dan Bu Ainun menunggu. Tapi, belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

"Abah kenapa masih diam? Kasihan Ayra dari tadi nunggu." Bu Ainun angkat bicara karena bingung dengan sikap suaminya yang belum juga memulai pembicaraan pentingnya.

"Aku masih bingung mau mulai darimana, Ummi. Karena.. yang akan Abah sampaikan ini bukan hal yang menyenangkan."

Chayra agak terkejut. Tatapan matanya langsung fokus pada Pak Ismail. Tapi, pria paruh baya itu masih diam. Dia hanya masih setia mengetuk-ngetuk meja di depannya.

Pak Ismail memperbaiki posisi duduknya. "Begini, Nak. Sekitar satu minggu yang lalu, ada kejadian yang tidak Abah ceritakan pada kamu." Pak Ismail menatap Chayra yang terlihat kebingungan.

Bu Ainun yang tidak sabar menunggu kelanjutan kalimat suaminya akhirnya menyela. "Kejadian apa itu, Abah? Kenapa Ummi tidak tau?"

"Ck, Ummi dengarkan dulu! Abah belum selesai ngomong."

Bu Ainun ikut berdecak. "Abah ngomongnya lama. Ummi capek penasaran dari tadi."

"Sabar, Ummi." Chayra mencoba menenangkan Bu Ainun.

Pak Ismail tidak memperdulikan keluhan istrinya. "Ayra.."

Chayra kembali mengalihkan pandangannya pada Pak Ismail. "Iya, Abah?"

"Apa kamu mengenal seorang pria yang bernama Ardian Baskara?"

Chayra terkejut mendengar pertanyaan Pak Akmal. "Kenapa Abah menanyakan orang itu?"

"Abah hanya bertanya, Nak. Apa dia kekasihmu?"

Chayra langsung menggeleng. "Tidak, Abah. Tapi, dia adalah kekasih sahabat Ayra."

"Apa kamu ada masalah dengan pria itu?"

Chayra diam. Dia terlihat berfikir. Mungkinkah Ardian mempermasalahkan kedatangannya hari itu. Hari dimana dia mendapati pria itu dan Amira sedang melakukan hal itu."

Bu Ainun menepuk pelan pundak Chayra. "Ayra, jawab pertanyaan Abah kamu, Nak.

"A..Ayra.. Ayra juga kurang tau, Ummi."

"Sepertinya dia menyimpan dendam padamu, Nak. Ucapannya terdengar sangat kasar."

Deg !

Ucapan pak Ismail membuat Chayra tersentak kaget. "Kenapa Abah berkata begitu?" Tanyanya dengan suara lirih hampir tak terdengar.

Pak Ismail bangkit, berjalan beberapa langkah. Berdiri membelakangi Chayra dan istrinya. "Inilah masalah serius yang ingin Abah bahas dengan kamu. Tempo hari, dia menelepon ke handphone kamu. Abah sempat mengabaikan panggilannya. Tapi, semakin Abah abaikan, dia semakin sering menelepon. Sehingga tepat pada panggilannya yang kelima belas, Abah menggeser tanda hijau di layar ponselmu." Pak Ismail menarik nafas sejenak. "Kamu mau tau apa yang dia katakan?" Pak Ismail berbalik menatap istri dan keponakannya.

Bu Ainun dan Chayra hanya diam menunggu kelanjutan kalimat pak Ismail.

Pak Ismail kembali duduk di sofa. Dia mengeluarkan sebuah flashdisk dari saku celananya. Menancapkan benda itu pada laptop yang sedang menyala di depannya.

Setelah menunggu beberapa saat...

"Bangsat! Kemana saja kamu, hah?! Apa kamu sengaja menghilang setelah berhasil mempengaruhi Amira? Tunggu pembalasanku. Kamu akan tau akibatnya karena berani ikut campur dalam urusan pribadiku. Kamu harus tau, kalau tidak semudah itu berurusan dengan seorang Ardian Baskara."

"Assalamualaikum, maaf, ini siapa?" Terdengar suara pak Ismail dalam rekaman suara itu.

Terdengar Ardian diam. Mungkin dia sedang berfikir siapa yang menjawab teleponnya.

"Apa anda ayah dari gadis yang punya handphone ini ?" Suara Ardian bertanya pada Pak Ismail.

"Iya, apa anda ada masalah dengan putri saya Ayra?"

"Cih! Jangan sebut namanya. Gue jijik mendengarnya."

"Astagfirullahal'adzim, kenapa anda bilang begitu? Anak saya salah apa sama anda?"

"Tanyakan pada gadis yang sok suci itu. Katakan juga padanya, kalau urusannya dengan gue belum selesai."

Tut.. Tut.. Tut..

Panggilan terputus.

"Astagfirullahal'adzim," serentak Bu Ainun dan Chayra melafadzkan Istighfar.

"Dia bahkan tidak menjawab salam dari Abah." Ucap Bu Ainun kemudian.

"Itu bukan masalah intinya. Laki-laki seperti itu sepertinya tidak terbiasa mengucap maupun membalas salam. Yang Abah butuhkan sekarang adalah kejujuran kamu, Ayra. Karena kita tidak tau apa yang akan dilakukan laki-laki itu kedepannya."

Chayra menundukkan kepalanya. Matanya terasa memanas, mulai terdengar isakan tangis yang agak ditahan.

Bu Ainun mengusap air mata Chayra dengan ibu jarinya. "Apa yang tidak kami ketahui tentang kamu, Nak?"

"Ini bukan masalah pribadi Ayra, Ummi."

"Ceritakan semuanya pada kami, Nak. Kami tidak mau ada masalah kedepannya." Timpal Pak Ismail.

"Sejak pertama kali bertemu dengan Ayra, laki-laki itu sudah kesal sama Ayra."

"Kenapa?" Sela Bu Ainun.

"Ayra tidak mau menjabat tangannya ketika Amira membawanya untuk berkenalan dengan kami."

"Lho, itu kan memang kewajiban kita sebagai orang muslim." Bu Ainun kembali menyela cerita Chayra.

"Ummi jangan menyela terus. Ceritanya Ayra kapan selesai kalau Ummi terus-terusan nyerocos menyela." Tegur pak Ismail.

Bu Ainun mengernyit. Namun, mulutnya langsung diam seketika.

"Bukan hanya itu, Abah, Ummi. Dua hari sebelum Ayra berangkat ke sini. Ayra dan dua teman Ayra yang lain berniat main ke rumah Amira. Tapi..." Chayra menjeda ucapannya. Menatap Pak Ismail dan Bu Ainun secara bergantian. "Kami malah memergokinya sedang begituan." Chayra menundukkan kepalanya. "Dan... parahnya lagi, Ayra yang membuka pintu kamar Amira waktu itu. Mungkin hal itu yang membuat dia benci sama Ayra, Abah."

Bu Ainun yang sudah tidak sabar ingin bertanya lagi, langsung meledakkan suaranya ketika Chayra menjeda ceritanya.

"Maksud kamu, kamu melihatnya sedang hmm..hmm..hmm?" Bu Ainun mengisyaratkan maksudnya dengan menyatukan kedua tangannya.

Chayra mengangguk pelan.

Bu Ainun menutup mulut dengan telapak tangannya. Menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Keponakannya yang dia kenal sangat polos pernah melihat adegan yang belum waktunya dia lihat.

Pak Ismail tertegun. Sebenarnya dia juga masih ragu. Tapi, karena yang menceritakan kejadian yang sebenarnya adalah sumber yang sangat bisa di percaya. Dia akhirnya berusaha bersikap tenang. Mereka hanya berulang kali melafalkan Istigfhar karena kaget dengan kejadian yang sebenarnya.

Chayra masih terisak. "Maafkan Ayra, Abah, Ummi."

"Kamu tidak salah, Nak. Sudah, jangan dipikirkan lagi. Kejadian ini sudah lewat." Bu Ainun mencoba menguatkan Chayra dengan mengusap-usap pelan punggung keponakannya.

Pak Ismail kembali bangkit dari duduknya. Berjalan pelan, berdiri di dekat jendela ruang kerjanya. Dia menatap keluar ruangan. "Yang jadi masalahnya sekarang, pria itu mengancam kamu, Nak." Pak Ismail melirik Chayra yang ambruk dalam pelukan Bu Ainun. "Abah takut kalau dia benar-benar menyakitimu."

Chayra dan Bu Ainun hanya diam menyimak apapun kalimat yang keluar dari mulut Pak Ismail.

"Sebenarnya Abah dan Ummimu sempat berencana untuk mencarikan kamu Universitas yang lebih maju. Karena melihat latar belakang pendidikanmu yang berbeda dengan santri di sini. Tapi, kalau begini ceritanya, kita tidak bisa mengambil tindakan."

Chayra melepaskan pelukannya dari Bu Ainun, beralih menatap pak Ismail yang masih menatap keluar jendela. "Ayra nggak apa-apa kok, Abah, kalau harus kuliah di sini. Kan, Abah sendiri yang bilang kemarin sama Ayra, kalau Abah sudah memasukkan nama Ayra di Universitas Pesantren."

"Iya, Nak. Tapi itu kan tidak jadi masalah. Yang jadi masalahnya sekarang adalah ancaman laki-laki itu. Kami tidak mau mengambil resiko dengan mempertaruhkan keselamatanmu."

Bu Ainun mengangguk menyetujui ucapan suaminya. Chayra juga ikut mengangguk.

"Sekarang Abah minta tolong sama kamu, Nak. Kamu cari tau apa yang terjadi pada teman-temanmu. Terutama kekasih laki-laki tadi."

Chayra mengangguk menyetujui ucapan Pak Ismail. Dia minta izin pada Pak Ismail dan Bu Ainun untuk kembali ke kamarnya.

* * *

Terpopuler

Comments

Sadiah

Sadiah

hatiku hancur duluan kalau seandainya ayra di perkosa Adrian... jangan smpi ya thorr gak kuat bacanya aku kalau Adrian smpi se nekat itu 😔😟

2022-11-03

0

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

gawat....q bnr2 deg deg gan

2022-07-11

0

Sasa Fitriani

Sasa Fitriani

serru...

2022-03-23

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Keputusan
2 Ibunya Chayra
3 Pertemuan yang tak seharusnya
4 Curhatan Sahabat
5 Berpamitan
6 Dosa besar Amira
7 Kekecewaan
8 Maaf setelah berdebat
9 Kedatangan Om dan Tante
10 Pertemuan pertama
11 Perasaan itu
12 Cinta dan kagum
13 Ancaman Ardian
14 Kerinduan Ibu
15 Mencari tau
16 Kecelakaan
17 Meminta bertemu
18 Pengakuan Ghibran
19 Kelakuan Ghibran
20 Kekonyolan Rudi
21 Pertemuan (Part 1)
22 Pertemuan (Part 2)
23 Jawaban Untuk Ghibran
24 Kedatangan orang tua Ghibran
25 Ghibran yang nyebelin
26 Permintaan Ummi
27 Makam Bapak
28 Patah hati Se-Asrama
29 Makan malam pertama
30 Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31 Temu kangen
32 Bertemu lagi
33 Bersitegang
34 Handphone Amira hilang
35 Chayra diculik
36 Perdebatan
37 Kekejaman Ardian (21+)
38 Chayra yang malang
39 Kemarahan Pak Akmal
40 Sedikit harapan
41 Mencari tau
42 Mencari tau (Part 2)
43 Titik terang
44 Kedatangan Ghibran
45 Ghibran bimbang
46 Kebohongan yang tercipta
47 Ketegangan diantara kedua belah pihak
48 Chayra masuk Rumah Sakit
49 Bimbang
50 Nasehat Zidane untuk Ghibran
51 Ungkapan hati Chayra
52 Keputusan yang menyakitkan
53 Nasehat untuk Ghibran
54 Ardian Baskara
55 Ardian Baskara 2
56 Ardian Baskara 3
57 Kedatangan tamu tak diundang
58 Persiapan
59 Akad nikah
60 Kehidupan baru
61 Tidak ada perubahan
62 Penasaran
63 Perdebatan
64 Penyakit lama kambuh lagi
65 Awal perubahan
66 Terlihat lebih baik
67 Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68 Tahap awal
69 Laki-laki menyebalkan
70 Menginap
71 Masalah baru
72 Benar-benar ingin belajar
73 Pijitan menenangkan
74 Debaran hati Ardian Baskara
75 Jalan-jalan
76 Percakapan antara dua pria
77 Menjalankan misi rencana
78 Menghapus kenangan demi kamu
79 Berita untuk Amira
80 Ardian yang keras kepala
81 Menyerahkan diri
82 Memasuki tempat terlarang
83 Sentuhan pertama
84 Jadwal operasi
85 Setelah Operasi
86 Ghibran Abdullah
87 Petuah dari mertua
88 Petuah dari mertua 2
89 Percobaan pertama
90 Ardian bucin
91 Telepon dari Amira
92 Permintaan Ardian
93 Rencana
94 Suami vs mantan
95 Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96 Mencoba melupakan masa lalu
97 Mengetahui kebenarannya
98 Bertemu sahabat lama
99 Saling terbuka
100 Keisengan Chayra
101 Ardian sakit
102 Perubahan yang luar biasa
103 Perbuatan lama terungkap kini
104 Kelapangan hati Ibu mertua
105 Cerita Kakek
106 Pelaku yang sesungguhnya?
107 Bisik-bisik tetangga
108 Pertengkaran berujung manis
109 Karena Tina atau Ghibran?
110 Semua karena Ardian
111 Semua karena Ardian 2
112 Suami siaga atau posesif
113 Nasehat
114 Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115 Permintaan aneh?
116 Perjuangan seorang suami
117 Salah siapa?
118 Aku tidak berarti untuknya
119 Penyesalan
120 Berbaikan?
121 Kedatangan Mami
122 Suasana baru
123 Seserahan dari Papi
124 Drama rumah tangga
125 Permintaan aneh
126 Ngidam atau doyan
127 Berdebat dengan Papi
128 Permintaan Ibu
129 Tuduhan buruk Mami
130 Kecewa
131 Semangkuk bubur
132 Chayra sakit
133 Ada hubungan
134 Canggung
135 Beban pikiran Ardian
136 Pesan dari Amira
137 Rencana Zidane
138 Perdebatan para mantan
139 Kerusuhan
140 Rencana Amira
141 Tercapai
142 Ketegasan Pak Akmal
143 Maafkan kebodohan aku, Sayang
144 Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145 Informasi penting
146 Antusiasme Ardian
147 Menuju kebenaran
148 Menuju kebenaran part 2
149 Pertemuan hangat dengan mertua
150 Menuju kebenaran part 3
151 Ikut andil
152 Pesan dari Amira
153 Pertemuan kisruh
154 Terungkap
155 Husein
156 Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157 Modus menyiapkan koper
158 Drama Ardian
159 Kabar pengobat rindu
160 Atur siasat agar bisa melepas rindu
161 Pesan tak bermoral
162 Semua karena pesan itu
163 Kakek menunjukkan kekuasaan
164 Rencana demi kebaikan
165 Suasana baru
166 Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167 Kebenaran terungkap
168 Menuju sidang
169 Persidangan
170 Hadiah dari Kakek
171 Rencana bekal batin
172 Semangat kerja membuat lupa segalanya
173 Be a great father
174 Nama bayinya siapa
175 Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176 Suaminya butuh asupan gizi
177 Pesan dari Pak Bos
178 Keluarga besar
179 Tausiyah Mamanya Adzra
180 Lebih baik tidak pakai Asisten
181 Maaf, tekanan darahnya naik
182 Tanggung akibatnya sendiri
183 Drama Korea membuat keringat dingin
184 Sakit perut gara-gara Asisten
185 Jangan coba-coba makan kalau alergi
186 Bohong demi kebaikan
187 Sekali-kali jadi tukang kompor
188 Kalau ditunda bisa naik ke otak
189 Tukang servis juga butuh vitamin
190 Kekurangan vitamin
191 Apa kamu tidak bisa libur
192 Rencana memperbaiki keturunan
193 Diam-diam ubi berisi
194 Menyesal kemudian tak ada gunanya
195 Waktunya tidak tepat
196 Hukumannya puasa satu minggu
197 Ujian kekuatan iman
198 Sama-sama kalah
199 Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200 Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201 MUA amatiran
202 Musibah di tempat pesta
203 Cobaan masih terus berlanjut
204 Rencana pemberantasan pembuat onar
205 Hidupmu pelit
206 Tidak sesuai keinginan
207 Tetap pada keputusan awal
208 Harta tidak akan dibawa mati
209 Sekalian nggak usah ada rambut
210 Kepergok saat memberikan bekal
211 Berita yang menyisakan luka
212 Kepergian Papi
213 Ingin punya anak selusin
214 Biang kerok sebenarnya
215 Fatwa singkat
216 Berdiskusi dengan Dodit
217 Membuat keputusan besar
218 Cerita dibalik layar
219 Air bisa memadamkan api
220 Memilikimu adalah anugerah terindah
221 Nasib yang belum pasti
222 Gara-gara empat kecoa
223 Kecoak takut sama Tokek
224 Pekerjaan itu perlu dinikmati
225 Masa oreantasi jodoh
226 Drama bangun tidur
227 Tak semudah membalikkan telapak tangan
228 Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229 Pertemuan yang menyakitkan
230 Sakitnya masih terasa
231 Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232 Sudah bahagia tanpa harus akting
233 Kompor hampir meledak
234 Menyadari kesalahan
235 Jangan suka tergesa-gesa
236 Inilah rasanya
237 Orang aneh
238 Bernostalgia
239 Ditembak wanita sangar
240 Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241 Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242 Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243 Rencana terselubung Ardian
244 Sekak mati untuk Ardian
245 Servis gratis ba'da subuh
246 Berbohong demi kebaikan
247 The real incident
248 Anak itu anugerah bukan musibah
249 Sesuatu yang aneh
250 Dinner Anniversery
251 Ekstra Part
Episodes

Updated 251 Episodes

1
Sebuah Keputusan
2
Ibunya Chayra
3
Pertemuan yang tak seharusnya
4
Curhatan Sahabat
5
Berpamitan
6
Dosa besar Amira
7
Kekecewaan
8
Maaf setelah berdebat
9
Kedatangan Om dan Tante
10
Pertemuan pertama
11
Perasaan itu
12
Cinta dan kagum
13
Ancaman Ardian
14
Kerinduan Ibu
15
Mencari tau
16
Kecelakaan
17
Meminta bertemu
18
Pengakuan Ghibran
19
Kelakuan Ghibran
20
Kekonyolan Rudi
21
Pertemuan (Part 1)
22
Pertemuan (Part 2)
23
Jawaban Untuk Ghibran
24
Kedatangan orang tua Ghibran
25
Ghibran yang nyebelin
26
Permintaan Ummi
27
Makam Bapak
28
Patah hati Se-Asrama
29
Makan malam pertama
30
Chayra Azzahra vs Ghibran Abdullah
31
Temu kangen
32
Bertemu lagi
33
Bersitegang
34
Handphone Amira hilang
35
Chayra diculik
36
Perdebatan
37
Kekejaman Ardian (21+)
38
Chayra yang malang
39
Kemarahan Pak Akmal
40
Sedikit harapan
41
Mencari tau
42
Mencari tau (Part 2)
43
Titik terang
44
Kedatangan Ghibran
45
Ghibran bimbang
46
Kebohongan yang tercipta
47
Ketegangan diantara kedua belah pihak
48
Chayra masuk Rumah Sakit
49
Bimbang
50
Nasehat Zidane untuk Ghibran
51
Ungkapan hati Chayra
52
Keputusan yang menyakitkan
53
Nasehat untuk Ghibran
54
Ardian Baskara
55
Ardian Baskara 2
56
Ardian Baskara 3
57
Kedatangan tamu tak diundang
58
Persiapan
59
Akad nikah
60
Kehidupan baru
61
Tidak ada perubahan
62
Penasaran
63
Perdebatan
64
Penyakit lama kambuh lagi
65
Awal perubahan
66
Terlihat lebih baik
67
Perdebatan yang menghasilkan perubahan
68
Tahap awal
69
Laki-laki menyebalkan
70
Menginap
71
Masalah baru
72
Benar-benar ingin belajar
73
Pijitan menenangkan
74
Debaran hati Ardian Baskara
75
Jalan-jalan
76
Percakapan antara dua pria
77
Menjalankan misi rencana
78
Menghapus kenangan demi kamu
79
Berita untuk Amira
80
Ardian yang keras kepala
81
Menyerahkan diri
82
Memasuki tempat terlarang
83
Sentuhan pertama
84
Jadwal operasi
85
Setelah Operasi
86
Ghibran Abdullah
87
Petuah dari mertua
88
Petuah dari mertua 2
89
Percobaan pertama
90
Ardian bucin
91
Telepon dari Amira
92
Permintaan Ardian
93
Rencana
94
Suami vs mantan
95
Biarkan aku menyimpan rasa ini dalam diam
96
Mencoba melupakan masa lalu
97
Mengetahui kebenarannya
98
Bertemu sahabat lama
99
Saling terbuka
100
Keisengan Chayra
101
Ardian sakit
102
Perubahan yang luar biasa
103
Perbuatan lama terungkap kini
104
Kelapangan hati Ibu mertua
105
Cerita Kakek
106
Pelaku yang sesungguhnya?
107
Bisik-bisik tetangga
108
Pertengkaran berujung manis
109
Karena Tina atau Ghibran?
110
Semua karena Ardian
111
Semua karena Ardian 2
112
Suami siaga atau posesif
113
Nasehat
114
Kedatangan orang yang tidak diinginkan
115
Permintaan aneh?
116
Perjuangan seorang suami
117
Salah siapa?
118
Aku tidak berarti untuknya
119
Penyesalan
120
Berbaikan?
121
Kedatangan Mami
122
Suasana baru
123
Seserahan dari Papi
124
Drama rumah tangga
125
Permintaan aneh
126
Ngidam atau doyan
127
Berdebat dengan Papi
128
Permintaan Ibu
129
Tuduhan buruk Mami
130
Kecewa
131
Semangkuk bubur
132
Chayra sakit
133
Ada hubungan
134
Canggung
135
Beban pikiran Ardian
136
Pesan dari Amira
137
Rencana Zidane
138
Perdebatan para mantan
139
Kerusuhan
140
Rencana Amira
141
Tercapai
142
Ketegasan Pak Akmal
143
Maafkan kebodohan aku, Sayang
144
Berita bahagia tapi membuat dag dig dug
145
Informasi penting
146
Antusiasme Ardian
147
Menuju kebenaran
148
Menuju kebenaran part 2
149
Pertemuan hangat dengan mertua
150
Menuju kebenaran part 3
151
Ikut andil
152
Pesan dari Amira
153
Pertemuan kisruh
154
Terungkap
155
Husein
156
Mengejarnya tidak akan membuatnya kembali padamu
157
Modus menyiapkan koper
158
Drama Ardian
159
Kabar pengobat rindu
160
Atur siasat agar bisa melepas rindu
161
Pesan tak bermoral
162
Semua karena pesan itu
163
Kakek menunjukkan kekuasaan
164
Rencana demi kebaikan
165
Suasana baru
166
Kakek kembali menunjukkan kekuasaan
167
Kebenaran terungkap
168
Menuju sidang
169
Persidangan
170
Hadiah dari Kakek
171
Rencana bekal batin
172
Semangat kerja membuat lupa segalanya
173
Be a great father
174
Nama bayinya siapa
175
Acara Aqiqah sekaligus pemberian nama
176
Suaminya butuh asupan gizi
177
Pesan dari Pak Bos
178
Keluarga besar
179
Tausiyah Mamanya Adzra
180
Lebih baik tidak pakai Asisten
181
Maaf, tekanan darahnya naik
182
Tanggung akibatnya sendiri
183
Drama Korea membuat keringat dingin
184
Sakit perut gara-gara Asisten
185
Jangan coba-coba makan kalau alergi
186
Bohong demi kebaikan
187
Sekali-kali jadi tukang kompor
188
Kalau ditunda bisa naik ke otak
189
Tukang servis juga butuh vitamin
190
Kekurangan vitamin
191
Apa kamu tidak bisa libur
192
Rencana memperbaiki keturunan
193
Diam-diam ubi berisi
194
Menyesal kemudian tak ada gunanya
195
Waktunya tidak tepat
196
Hukumannya puasa satu minggu
197
Ujian kekuatan iman
198
Sama-sama kalah
199
Biasakan mulut berkata yang baik-baik
200
Semakin tinggi pohon semakin kencang angin yang meniupnya
201
MUA amatiran
202
Musibah di tempat pesta
203
Cobaan masih terus berlanjut
204
Rencana pemberantasan pembuat onar
205
Hidupmu pelit
206
Tidak sesuai keinginan
207
Tetap pada keputusan awal
208
Harta tidak akan dibawa mati
209
Sekalian nggak usah ada rambut
210
Kepergok saat memberikan bekal
211
Berita yang menyisakan luka
212
Kepergian Papi
213
Ingin punya anak selusin
214
Biang kerok sebenarnya
215
Fatwa singkat
216
Berdiskusi dengan Dodit
217
Membuat keputusan besar
218
Cerita dibalik layar
219
Air bisa memadamkan api
220
Memilikimu adalah anugerah terindah
221
Nasib yang belum pasti
222
Gara-gara empat kecoa
223
Kecoak takut sama Tokek
224
Pekerjaan itu perlu dinikmati
225
Masa oreantasi jodoh
226
Drama bangun tidur
227
Tak semudah membalikkan telapak tangan
228
Nafkahi orang tua biar rizki berkah
229
Pertemuan yang menyakitkan
230
Sakitnya masih terasa
231
Tanggapi ucapan setiap orang dengan bijak
232
Sudah bahagia tanpa harus akting
233
Kompor hampir meledak
234
Menyadari kesalahan
235
Jangan suka tergesa-gesa
236
Inilah rasanya
237
Orang aneh
238
Bernostalgia
239
Ditembak wanita sangar
240
Mengungkapkan penyebab kegundahan hati
241
Kejutan demi kejutan dari Pak Suami
242
Tausiah untuk orang yang kurang kerjaan
243
Rencana terselubung Ardian
244
Sekak mati untuk Ardian
245
Servis gratis ba'da subuh
246
Berbohong demi kebaikan
247
The real incident
248
Anak itu anugerah bukan musibah
249
Sesuatu yang aneh
250
Dinner Anniversery
251
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!