Chayra menatap Amira yang masih tertidur pulas di tempat tidurnya. Sudah pukul sepuluh pagi. Namun, gadis itu belum ada tanda-tanda akan membuka matanya. Sebenarnya Chayra risih mencium bau aneh dari tubuh Amira. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia harus kuat demi temannya itu.
Chayra mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Amira.Namun, gadis itu tetap tak bergeming.
"Amira, Amira, Bangun.. Sampai kapan kamu akan tidur seperti ini?" Chayra menggoyang-goyangkan tubuh Amira berulang kali. Hanya menghela nafas berat ketika percobaannya itu tidak membuahkan hasil.
Chayra mencoba lagi. Tepat pada percobaan yang kesepuluh, bola mata Amira terlihat bergerak.
Chayra mengembangkan senyumnya. "Kamu sudah bangun, Mira?"
Amira belum juga membuka matanya. Hanya bola matanya yang bergerak-gerak dibalik kelopak matanya yang terpejam.
"Kak Ardian jangan ganggu aku dulu. Aku capek layani Kakak semalaman. Aku mau istirahat dulu. Sebentar saja, please.." Amira bergumam, menarik kembali selimut, menutup seluruh tubuhnya.
Deg !
Chayra langsung bangkit. Mundur beberapa langkah. Sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Amira.
Amira mengigau, tapi kenapa ucapannya sangat jelas? Apa benar Amira mengulangi perbuatannya yang kemarin? Pertanyaan itu timbul dalam benaknya.
Kejadian kemarin kembali terngiang dalam ingatannya. Chayra menarik kursi belajarnya dan terduduk lesu di atasnya. Kembali menatap Amira dengan nanar. Tapi, gadis itu kelihatan tidur sangat pulas.
"Astagfirullah.." Lirihnya pelan seraya bangkit. "Apa yang terjadi denganmu, Mira? Kenapa pria itu menghancurkanmu sampai sejauh ini? Apa yang dia janjikan, sehingga kamu mau menyerahkan permata kewanitaan milikmu untuknya? Menarik nafas dalam, meninggalkan Amira sendiri yang masih tertidur pulas.
Chayra meninggalkan Amira ke belakang rumahnya untuk memetik sayur-sayuran. Hanya bisa berharap, saat kembali nanti Amira sudah sadar dan bisa menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit. Chayra kembali ke kamarnya untuk mencoba menengok keadaan Amira. Mendorong pintu pelan agar kehadirannya tidak mengagetkan Amira seandainya gadis itu sudah bangun.
Chayra tersentak saat melihat Amira tidak ada di atas ranjang. Bergegas masuk, mengedarkan pandangannya. Mengucap hamdalah saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Dia mengambilkan baju ganti untuk Amira. Duduk di tepi ranjang sambil menunggu Amira selesai mandi.
Ceklek !
Amira keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Bibirnya mengulas senyum walaupun terlihat hambar melihat Chayra yang sudah duduk menunggunya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Chayra seraya membalas senyuman Amira.
"Udah baikan." Jawab Amira singkat. Mengambil baju ganti yang disiapkan Chayra dan masuk kembali ke dalam kamar mandi.
Chayra masih setia menunggu Amira. Saat Amira keluar, Chayra langsung bangkit. "Ayo, kamu sarapan dulu. Ini sudah mau siang dan kamu belum mengisi perutmu."
Amira hanya berdiri mematung, menatap Chayra dengan tatapan sendu.
"Ayo, sarapan dulu.." Chayra menarik tangan Amira pelan agar mengikutinya.
Amira tak bergeming. Chayra berbalik melihat Amira yang masih berdiri mematung.
"Ayo, Mira."
"Kenapa lho masih baik sama gue, Ayra?"Tanya Amira. Matanya sedikit berair.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Gue udah menghianati kalian." Amira mengalihkan pandangannya.
"Tapi, kami tidak merasa dihianati sama kamu, Mira. Kami hanya butuh penjelasan. Kenapa kamu melakukan sampai sejauh ini dengan pria itu?" Chayra mengalihkan pandangannya, tidak mau menatap Amira. Dia mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak jatuh.
"Gue mencintainya, Ayra. Kalau gue tidak menuruti keinginannya, gue takut dia meninggalkan gue." Amira meraih tangan Chayra.
Chayra menatap Amira. "Kamu salah, Mira. Orang yang benar-benar mencintaimu akan menjaga kehormatanmu. Dia tidak akan menodai kesucianmu. Jika dia benar-benar menginginkanmu, dia akan segera menghalalkanmu, memintamu pada kedua orang tuamu. Bukan begini caranya, Mira." Chayra lebih menekankan pada kalimat terakhirnya.
Amira menundukkan kepalanya mendengarkan penuturan Chayra. "Tapi, Kak Ardian bilang kalau dia sangat mencintai gue."
"Darimana kamu tau kalau dia mencintaimu?"
"Dia selalu ada untuk gue, Ayra."
"Kami juga selalu ada untukmu. Kamu salah mengartikan keberadaannya di sampingmu, Mira."
"Tapi gue nyaman bersamanya, Ayra. Gue bahagia saat dia memberikan perhatiannya pada gue."
"Tapi dia salah mengartikan cinta! Dia membutuhkan kehangatan darimu. Itulah mengapa dia selalu ada untukmu, Mira. Sadarlah kalau kamu sedang dimanfaatkan oleh dia."
"Maksud lho apa, Ayra?!"
"Dia memanfaatkan kamu, Mira. Kamu terlalu polos, sehingga dia dengan mudah merayu kamu."
Amira menggelengkan kepala. "Tidak, Ayra. Kak Ardian memang mencintai gue. Dia berjanji akan menikahi gue."
"Kapan?" Chayra langsung memotong ucapan Amira.
"Saat dia sudah menyelesaikan S2-nya di Amerika."
"Kenapa tidak sekarang?"
"Dia baru semester enam."
" Kalau menunggu sampai selesai S2, itu terlalu jauh, Mira."
"Tapi.. sekarang gue belum cukup umur untuk menikah."
"Itulah mengapa kami marah ketika melihat laki-laki itu menyentuhmu, Mira. Kamu terlalu baik untuk pria bejat seperti dia."
"Jangan katakan dia bejat, Ayra! Gue mencintainya."
"Cintamu berlebihan. Aku mohon sadar, Mira. Laki-laki itu hanya memanfaatkanmu."
"Gue akan buktikan kalau omongan lho itu salah, Ayra."
"Aku tunggu buktinya."
Amira menganggukkan kepalanya mantap. "Gue akan buktikan."
Chayra berbalik berdiri membelakangi Amira. "Besok aku akan berangkat. Aku harap kamu camkan kata-kataku tadi. Jangan mengorbankan masa depanmu hanya untuk cinta yang belum tentu menjadi milikmu. Pikirkan bagaimana perasaan orang tuamu."
"Apa peduli gue sama mereka." Amira mengalihkan pandangannya.
"Mereka orang tuamu, Mira. Jangan mengecewakan mereka."
"Gue seperti anak pembantu, Ayra. Gue dibesarkan oleh pembantu. Mereka hanya sibuk dengan urusan mereka tanpa meluangkan waktu untuk gue."
"Tapi, coba kamu pikirkan. Siapa yang menafkahimu selama ini? Orang tuamu mencari uang juga demi dirimu."
Amira terdiam, menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir deras. Benar kata Chayra, siapa yang dicarikan uang oleh orang tuanya kalau bukan dirinya. Dia tidak punya saudara. "Maafin gue, Ayra." Lirihnya. Menghambur ke dalam pelukan Chayra.
Chayra menepuk pelan punggung Amira yang masih memeluknya erat. "Maafkan kami yang mencampuri urusan pribadimu. Tapi, kami sebagai sahabat benar-benar merasa kamu telah berubah semenjak mengenal laki-laki itu."
"Maafin gue."
"Jangan ulangi lagi."
Amira hanya mengangguk dalam pelukan Chayra.
Chayra melepaskan pelukan Amira. Mengusap air mata yang masih mengalir di pipi Amira dengan ibu jarinya. "Sekarang kamu makan dulu. Ini sudah siang dan kamu belum makan apapun. Aku nggak mau nanti kamu sakit."
Amira tersenyum seraya mengangguk. Chayra menggandeng tangannya keluar dari kamar dan menuntunnya menuju dapur.
"Terimakasih, Ayra. Selama ini lho selalu baik sama gue."
"Jangan pikirkan itu. Yang penting sekarang kamu baik-baik saja."
Amira tersenyum hambar, menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.
Chayra menatapnya penuh arti. Ada rasa iba yang terbersit di hatinya melihat sahabatnya yang tak pernah diperhatikan orang tuanya. Dia mengucap syukur dalam hatinya. Walaupun dia tidak mempunyai orang tua yang lengkap. Namun, kasih sayang dari ibunya sudah lebih dari cukup baginya.
"Aku mau menghubungi Alesha dan Tina. Apa kamu tidak keberatan?" Tanya Chayra. Mencoba meminta persetujuan Amira.
"Jangan dulu, Ayra. Gue belum siap mendengar omelan pedas dari mereka berdua. Lho kan tau, mereka berbeda dengan lho. Gue yakin pasti mereka berdua akan melontarkan kata-kata pedas yang siap menusuk ke dalam jantung."
"Aku akan bilang ke mereka untuk tidak marah. Aku hanya ingin mengabari mereka kalau kamu baik-baik saja. Soalnya, dari kemarin handphone kamu nggak aktif."
"Gue membanting ponsel itu saat kalian meninggalkan gue kemarin."
"Kenapa?"
"Gue kesel sama kalian. Main tinggal aja tanpa mau mendengarkan penjelasan gue."
"Siapa yang salah?"
Amira mengunyah nasinya dengan kasar mendengar pertanyaan Chayra. "Ya..Gue. Tapi, kan kalian juga salah karena ninggalin gue."
Chayra hanya mendengus mendengar jawaban Amira. Dia beranjak bangun mengambil, handphonenya di dalam kamar.
"Assalamualaikum.."
Amira menoleh saat mendengar suara imut Bian mengucap salam. "Wa'alaikumsalam. Eh, si Imut udah pulang sekolah. Sini, Kak Mira peluk." Ucapnya sambil merentangkan tangan.
"Salim aja ya, Kak. Bian nggak mau di peluk, bukan muhrim." Jawab Bian santai. Dia meraih tangan Amira dan menciumnya, berlalu begitu saja.
Deg !
Amira tertegun mendengar ucapan bocah berumur sepuluh tahun itu. Selera makannya langsung hilang.
Chayra yang baru datang kaget melihat Amira yang tadi sudah bisa bersikap santai kembali termenung. "Hey, Mira, ada apa?" Ucapnya sambil menepuk pelan pundak Amira.
Amira terlonjak kaget." Astaga, Ayra, lho ngagetin gue aja." Amira mengusap dadanya, detak jantungnya terasa tidak normal.
"Kamu kenapa merenung lagi? Jangan pikirkan masalah yang sudah lewat. Buat itu jadi pelajaran. Sekarang, kita harus bisa fokus untuk masa depan."
"Bukan itu yang gue pikirkan."
"Terus?"
"Tadi, Bian pulang sekolah. Dia mengucapkan salam. Gue merentangkan tangan mau memeluknya, tapi dia menolak."
"Kenapa ?"
"Dia bilang, bukan muhrim. Gue malu banget, Ayra. Bocah sepuluh tahun seperti dia aja udah tau batasannya pada yang bukan muhrim. Tapi, gue..Haaaaahh.."
Chayra hanya diam menanggapinya. Dia juga tidak tau mau bilang apa. Lebih mendekati Amira lalu memeluknya.
"Maafin gue, Ayra."
"Ini maaf lho yang ke berapa kali, Mira?"
"Gue nggak tau."
"Jangan dipikirkan lagi. Bian itu cuma anak kecil."
"Justru karena dia anak kecil. Ucapannya langsung menusuk ke sini." Jawab Amira sambil menepuk dadanya.
Chayra akhirnya hanya diam. Dia mengangkat bahu, tidak tau mau bilang apa.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Sadiah
masa sie ayra wanita baik² harus bersama Adrian pria yg sudah melakukan zina, sedangkan ayra wanita baik²
2022-11-03
0
Baihaqi Sabani
aduh almira dh trllu jauh pcrnya sm ardian nnti gmn klw ardian ma chayra....😭😭😭😭
2022-07-11
1