Sepanjang perjalanan pulang, Chayra hanya menatap keluar jendela. Dia bahkan enggan menjawab pertanyaan Tina yang sudah tidak terhitung jumlahnya.
Tasbih digital yang melingkar di jari telunjuknya semakin menunjuk angka yang lebih besar.Nsmun, gadis berjilbab pasmina peach itu bahkan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Bibirnya terkatup rapat. Hanya air matanya yang masih menetes jarang.
Dalam hatinya, Chayra terus melafalkan istighfar. Merutuki kebodohannya yang lansung membuka pintu kamar itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri. Karena kelancangannya, dia harus melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat.
Tina berulang kali melirik Chayra dengan rasa penasaran. "Ayra, apa yang lho lihat tadi?" Pertanyaan yang sudah sekian kali diulang dan belum mendapatkan jawaban.
"Ayra, kenapa lho diam aja sih? Jawab dong.."
Chayra hanya melirik Tina lalu kembali menatap keluar ."Kenapa kamu tidak mencari taunya sendiri." Ucapnya.
Tina mendengus kesal mendengar jawaban Chayra. "Bukan jawaban itu yang aku mau. Kami hanya menginginkan penjelasan, kenapa kamu histeris tadi?" Lirihnya, tapi masih bisa terdengar jelas.
Chayra tidak memperdulikan ucapan Tina. Dia masih termenung. Pikirannya terasa kalut. Kejadian tadi memutar dengan sendirinya di memori otaknya.
"Astagfirullahal'adzim.. Ya Allah, apa dosaku sampai aku harus melihat kejadian itu?" Chayra bergumam lirih seraya menghela nafas berat. Menundukkan kepala dan kembali terisak. Air mata yang sempat mengering kembali menganak sungai dan mengalir dengan sendirinya.
Alesha tiba-tiba menepikan mobilnya di depan sebuah Cafe. Dia turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Chayra.
"Lho tenangin diri dulu, Ayra. Lho nggak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini." Ucap Alesha sambil memapah Chayra masuk ke dalam Cafe. Sedangkan Tina mengekor di belakang mereka.
Baru beberapa detik mereka duduk. Seorang pelayan datang menghampiri meja mereka. Tanpa meminta persetujuan kedua temannya, Alesha langsung memesan coklat hangat untuk mereka minum.
Tina mengernyitkan alisnya tak suka dengan keputusan sepihak Alesha.
"Jangan protes, Tina." Alesha lansung melayangkan jawaban atas tatapan Tina. "Kita ini sedang bad mood. Jadi, alangkah baiknya kalau kita memperbaiki mood kita dengan minum coklat. Biar kita jadi good mood..."
Tina menyebikkan bibirnya seraya mendengus. "Kayak iklan aja. Memangnya lho mau jadi bintang iklan?" Ucapnya seraya menatap Alesha dengan sinis.
Alesha hanya tersenyum palsu menanggapi Tina. Mengalihkan tatapannya ke arah Chayra yang menunduk dan mencoba menghapus bekas air matanya dengan tisue.
"Mm.. Ayra..." Panggilnya pelan.
Chayra mengangkat kepalanya dan menatap Alesha.
"Mm.. Lho bisa cerita ke kita nggak, kejadian yang lho lihat tadi." Tanyanya dengan hati-hati.
Chayra mengerutkan alisnya mendengar permintaan Aleaha. "Kalian kan ada di sana juga. Kenapa minta aku menjelaskannya lagi?"
Alesha dan Tina saling pandang. Mereka berdua salah tingkah. Menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Mm.. sebenarnya, saat lho mau buka pintu tadi, kami berdua kabur ke dekat tangga." Jawab Tina dengan jujur.
Chayra mendengus seraya beristighfar. Dia menatap kedua temannya secara bergantian.
"Kalian kenapa kayak pengecut. Kenapa harus lari dari masalah yang sudah ada di depan mata? Yakin mau tau yang aku lihat tadi?" Ucapnya dengan nada suara menantang. Padahal dalam hati sudah menjerit karena ngeri kalau harus mengingat-ingat lagi kejadian tadi.
Alesha dan Tina meringis mendengar ucapan Chayra. Namun, karena tidak mau terus-terusan penasaran. Akhirnya mereka mengangguk mantap.
"Menurut gue, mungkin tadi lho melihat Amira sedang berpelukan dengan Ardian itu. Atau mungkin si Ardian itu sedang maem bibir Amira." Oceh Tina mencoba menebak apa yang terjadi.
Alesha langsung membungkam mulut Tina yang tidak ada saringannya.
Chayra tersenyum sinis. "Apa kalian yakin tidak terjadi lebih dari itu? Chayra menarik nafas dalam-dalam agar bisa bercerita dengan tenang.
Alesha dan Tina tertegun. Saling tatap beberapa detik. Kembali menatap Chayra, menganga tak percaya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Chayra. "M.. maksud lho, gawangnya Amira sudah goal gitu?" Tina langsung bangkit sambil menggebrak meja.
"Pelankan suaramu, Tina. Apa kamu mau satu kafe ini mengetahui aib temanmu?" Chayra menarik tangan Tina agar duduk kembali.
Terlihat beberapa orang yang berdekatan tempat duduk dengan mereka, sempat menoleh ke arah mereka. Merasa terganggu dengan keributan yang diciptakan Tina.
Melihat banyak pasang mata yang menatapnya, Tina salah tingkah dan segera duduk. "Sorry, guys, gue benar-benar kaget." Ucapnya seraya meneguk coklat panas yang baru saja di hidangkan seorang pelayan. "Apa aja yang lho lihat, Ayra?" Tina kembali bertanya. Ternyata, rasa penasarannya belum terbayar.
Alesha berdecak kesal. "Ck! Lho kenapa cerewet benget sih, Tina? Lho diam aja dengarkan cerita Ayra. Kalau lho ngebacot terus, dimana Ayra mau cerita?!" Alesha melotot kesal.
Tina menelan ludah mendengar omelan Alesha. "Mulut lho sadis banget, Alesha."
"Makanya kamu diam. Nyerocos aja mulut kamu dari tadi. Biarkan Ayra yang bicara."
Tina hanya mengangguk pasrah mendengar perintah Alesha.
Setelah diam beberapa saat. Chayra menarik nafas dalam-dalam dan memulai ceritanya..
Alesha dan Tina benar-benar tak menduga. Amira melakukan hal buruk sampai sejauh ini dengan pria yang belum sebulan dia kenal. Chayra bercerita dengan sangat detail. Tidak ada yang ia lewati sedikitpun. Setelah Chayra mengakhiri ceritanya, Alesha dan Tina menghela nafas berat.
"Apakah secepat itu Amira termakan rayuan setan pria bejat itu?" Umpat Alesha.
"Mungkin ada yang dia tuangkan dalam makanan atau minuman yang dia berikan kepada Amira." Sambung Tina. Mencoba menerka.
"Kita perlu menyelidiki siapa laki-laki itu sebenarnya." Sambung Alesha lagi.
Chayra memandang kedua temannya. "Maafkan aku, Alesha, Tina. Aku akan pergi. Jadi, aku tidak bisa membantu kalian."
Alesha menatap Chayra. "Nggak usah dipikirin, Ayra. Lho fokus aja dengan tujuan lho. Masalah ini, gue akan minta bantuan papa.
Chayra mengangguk menyetujui ucapan Alesha.
Tina menepuk pelan bahu Chayra yang duduk di sampingnya. "Bagaimana perasaan lho sekarang? Apa sudah baikan?"
Chayra menarik sudut bibirnya. "Alhamdulillah, udah agak baikan. Aku ke toilet dulu mau cuci muka. Setelah itu baru kita pulang." Chayra beranjak bangun meninggalkan kedua temannya.
* * *
Pagi itu, suasa agak mendung. Tidak seperti biasanya Chayra tidur lagi habis shalat subuh. Dia meringkuk di bawah selimut. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Ya Allah .. Astagfirullahal'adzim.." Lirihnya. Dia seperti orang ketakutan.Tubuhnya agak bergetar.
Bu Santi yang mendapati anaknya tidak keluar dari kamar habis shalat subuh merasa heran. Karena memang tidak biasanya seorang Chayra Azzahra bermalas-malasan. Bu Santi mencoba mencari tau dengan mendatangi kamar anaknya.
Pintu kamarnya tidak terkunci. Bu Santi mendorong pelan pintu kamar itu. Agak terkejut saat mendapati anaknya masih meringkuk di bawah selimut.
Berjalan mendekati Chayra dan duduk di tepi ranjang. Mencoba menyentuh dahi anaknya. "Tidak demam." Ucapnya lirih. Bu Santi menyingkap selimut lebih bawah. Betapa terkejutnya Dia mendapati anaknya mandi keringat dingin.
"Astagfirullah, Nak, kamu kenapa?" Pekik Bu Santi, menggoyang pelan tubuh anaknya.
Chayra mengerjapkan matanya. Berusaha duduk dan lansung memeluk ibunya.
"Kamu kenapa, Nak?" Bu Santi bertanya lagi sambil mengusap pelan kepala anak gadisnya.
Chayra mengeratkan pelukannya. "Ayra mimpi buruk, Bu. Ayra takut sekali, Bu.."
Bu Santi menangkup kedua pipi anaknya."Kamu mimpi apa, Nak?"
"Ayra mimpi.. Ayra mimpi.. di perkosa, Bu.."
"Astaghfirullahal'adzim.. A'udzubillahiminasyaitonirrajiim.." Ucap Bu Santi. "Apa kamu melihat pria dalam mimpimu itu?"
Chayra menganggukkan kepalanya. "D.. dia.. d.. dia.. pacarnya Amira, Bu.."
Bu Santi merenggut heran. "Apa kamu ada masalah sebelumnya dengan dia?"
Chayra kembali menganggukkan kepalanya. "Pas pertama kali bertemu dengannya. Aku.. aku menolak berjabat tangan dengannya. Dan.. kemarin, aku..aku..."
"Kamu kenapa?" Tanya Bu Santi tak sabar menunggu kelanjutan cerita anaknya.
"Aku memergokinya sedang begituan dengan Amira."
"Maksud kamu, kamu melihatnya sedang berhubungan badan?"
"I..iya Bu.."
"Astagfirullahal'adzim.." Pekik Bu Santi. "Kenapa Amira sampai sejauh itu?"
"Itulah yang membuat kami bingung, Bu. Sejak Amira mengenal laki-laki itu. Amira sering menolak berkumpul bersama kami. Dia selalu ada alasan ketika kami mengajaknya berkumpul.
"Apa yang dikatakan Amira setelah kamu memergokinya?"
"Aku belum bertemu dengannya lagi. Kemarin dia sempat mengejar kami. Tapi, Alesha tidak mau membukakannya pintu mobil. Kami sengaja membiarkannya. Kami mau lihat sejauh mana dia mau mencoba untuk memperbaiki diri."
"Tidak baik seperti itu, Nak."
"Tapi, kami sudah terlanjur kecewa, Bu."
"Berikan dia kesempatan untuk menjelaskan."
"Nanti kami coba pertimbangkan. Dia sudah berbuat terlalu jauh."
"Atau setidaknya nasehati dia, Nak."
"Apalah arti nasehat dari kami, Bu. Orang tuanya saja tidak peduli. Orang tuanya memberikannya kebebasan. Dia merasa tidak dipedulikan dan diabaikan."
"Kenapa?"
"Mereka terlalu sibuk mencari uang dan tidak memperhatikan anaknya."
Bu Santi tertegun mendengar penjelasan putrinya. Ada rasa kasihan terbersit dalam hatinya pada Amira.
Ketukan di pintu depan membuat mereka saling pandang. Siapa yang bertamu sepagi ini. Bahkan matahari belum terbit. Bu Santi beranjak keluar dari kamar Chayra dan bergegas membuka pintu.
Saat pintu sudah terbuka. Betapa terkejutnya Bu Santi melihat tamunya.
Badannya terlihat sempoyongan, tapi dia mampu berdiri karena bersandar di pintu.
"Nak Amira!" Pekik Bu Santi.
"Assalamualaikum, Bu. Apa aku bisa bertemu dengan Ayra, Bu?" Ucapnya.
Belum Bu Santi menjawab. Tiba-tiba tubuh Amira ambruk di lantai. Rambutnya acak-acakan dan bau alkohol menyengat ke indra penciuman Bu Santi.
"Astagfirullahal'adzim, Nak. Apa yang terjadi padamu?" Lirih Bu Santi. Mencoba membantu Amira berdiri.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Sadiah
ya Allah chaira gadis baik jangan smpi di perkosa sama adrian yg bejad
2022-11-03
0