Bukan Suami Pilihan
Anne mengerjapkan matanya berulang kali, demi menyesuaikan pandangannya yang terasa kabur. Belum lagi kepala Anne yang terasa berdentum-dentum menyakitkan, membuat gadis delapan belas tahun tersebut harus meringis berulang kali.
Anne merasakan ada sebuah lengan yang menindih tubuhnya. Tangan Anne meraba-raba tangan asing tersebut dan berusaha membuka matanya.
Siapa ini?
Kenapa berani sekali tidur di kamar dan di atas kasur Anne?
"Aaarrrgh!" Sebuah erangan membuat Anne terkejut hingga jantungnya nyaris menggelinding dari rongga.
Tidak!
Anne kenal dengan suara sialan itu.
Dan Anne membencinya.
Jangan katakan kalau pria brengsek bernama Abiano itu sekarang ada di samping Anne.
Anne memutar kepalanya dengan cepat untuk memastikan. Dan sedetik kemudian, jeritan gadis itu langsung menggema ke seluruh sudut kamar.
"Diamlah!" Abi membungkam mulut Anne dengan cepat agar gadis itu berhenti berteriak.
"Menyingkir, Brengsek!" Anne menendang dan mendorong tubuh Abi agar menjauh darinya.
"Apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Anne galak seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Gadis itu kini menangis tergugu.
"Bukan sepenuhnya salahku, oke!" Kilah Abi berusaha membela diri.
"Tentu saja ini salahmu!" Anne bersikeras.
"Dan tempat apa ini? Kenapa kumuh sekali?" Cecar Anne sekali lagi menatap jijik ke sekitarnya.
"Ini kamarku, Nona kaya!" Jawab Abi sebal.
"Silahkan bangun dan pergi kalau kau tidak suka!" Abi menarik selimut yang menutupi tubuh Anne hingga selimut itu melorot dan menampakkan isi di dalamnya.
"Brengsek!" Anne hendak menampar pipi Abi, namun pemuda itu mencekal tangan Anne dengan cepat.
Anne menatap marah ke arah Abi.
"Aku sudah melihat dan menikmatinya semalam! Jadi tidak perlu kau tutupi aku juga sudah tahu bentuknya," ucap Abi tersenyum licik pada Anne.
"Dasar laki-laki mesum sialan! Enyah kau ke-"
"Abi!" Suara ketukan di pintu sontak membuat Abi kembali membungkam mulut Anne.
"Iya, Bu!" Jawab Abi masih membungkam dan menahan tubuh Anne yang berontak.
"Bisa keluar sebentar, Bi! Ibu mau bicara," panggil suara itu lagi.
"Iya, Bu! Tunggu sebentar!" Abi membuka lemari plastik di samping kasur dengan cepat dan meraih satu kaus dengan acak. Pemuda itu memakainya dengan cepat sebelum menuding ke arah Anne.
"Diam dan jangan bersuara, atau kau akan di arak keliling kompleks!" Tuding Abi memperingatkan Anne dengan mata yang mendelik.
"Dasar berengsek!" Umpat Anne kesal seraya menarik selimut untuk membalut tubuhnya. Gadis itu bersembunyi di sudut kamar sesuai aba-aba dari Abi.
"Iya, Bu. Ada apa?" Tanya Abi yang sudah membuka pintu kamar sedikit dan melongokkan kepalanya keluar.
"Teman kamu ada yang menginap? Kok tadi ibu kayak dengar suara orang lain dari kamar kamu?" Tanya bu Sani sedikit curiga.
Wanita paruh baya yang merupakan ibu tunggal dari Abiano tersebut, hendak membuka pintu kamar sang putra lebih lebar lagi. Namun Abi mencegahnya dengan cepat.
"Nggak ada, Bu! Tadi Abi lagi video call saja sama temannya Abi," dusta Abi sedikit meringis.
"Kamu lagi ngapain ini?" Bu Sani semakin curiga.
"Abi belum selesai ganti baju, Bu! Ini Abi belum pakai celana," jawab Abi cepat mencoba memberi alasan.
"Kamu libur sekolah hari ini? Tadi malam pulang jam berapa? Kok ibu nggak lihat?" Cecar bu Sani sekali lagi seolah sedang menginterogasi sang putra.
"Iya Abi libur, Bu! Tadi malam Abi pulang jam dua belas. Ibu sudah tidur kayaknya, jadi Abi juga langsung tidur," jelas Abi panjang lebar.
"Yasudah! Ibu mau berangkat kerja sekarang. Sarapan kamu ada di atas meja. Kamu ada acara hari ini?" Tanya bu Sani sekali lagi.
"Mungkin Abi akan ke kafe saja dan mengantar beberapa pesanan dari pelanggan, Bu. Abi kan libur," jawab Abi seraya meringis pada sang ibu.
"Hati-hati berangkatnya kalau begitu, dan jangan lupa sarapan dulu! Ibu berangkat dulu," bu Sani menyodorkan tangannya ke arah Abi.
Segera Abi mencium punggung tangan ibu kandungnya tersebut.
"Ibu juga hati-hati!" Pesan Abi sebelum sang ibu berlalu dari hadapannya.
Abi sedikit bernafas lega dan kembali menutup pintu kamarnya. Anne masih berada di sudut kamar dan menatap marah pada Abi.
"Kau menculikku semalam?" Tuduh Anne yang belum mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Abi.
"Aku menyelamatkanmu dari para pemuda hidung belang yang hendak memperkosamu. Seharusnya kau berterimakasih kepadaku!" Sahut Abi seraya memunguti baju Anne yang berserakan dan melemparkannya dengan kasar ke arah Anne.
"Berterima kasih? Dalam mimpimu! Kau menyelamatkan aku dari pemuda hidung belang, tapi kau malah meniduriku dan merenggut kehormatanku! Jadi siapa yang hidung belang disini?" Sergah Anne berapi-api.
Gadis itu mulai memakai bajunya yang menurut Abi kurang bahan.
"Lain kali kalau pakai baju itu yang benar! Jangan baju setengah jadi seperti itu kamu pakai!" Sahut Abi mengendikkan dagunya ke arah baju Anne.
"Ouh! Jadi sekarang kau menyalahkan bajuku? Padahal otakmu itu yang isinya hal-hal mesum! Tapi kau malah menyalahkan bajuku! Dasar laki-laki brengsek!" Anne mendorong tubuh Abi hingga pemuda itu jatuh terduduk di atas kasur.
"Kita sama-sama mabuk tadi malam dan sama-sama menikmati appaun itu yang terjadi di antara kita, Anneke Halley! Jadi berhentilah menyalahkan aku!" Sergah Abi yang nada suaranya sudah meninggi.
Anne memejamkan matanya sejenak dan menarik nafas panjang berulang kali.
"Mudah saja kau berkata seperti itu! Kau tidak kehilangan apapun!" Ucap Anne yang nada bicaranya berubah sendu dan memelas.
Sesaat rasa bersalah berkecamuk di dalam dada Abi.
"Aku akan menikahimu kalau begitu!" Sergah Abi cepat dengan nada yang bersungguh-sungguh.
"Aku tidak akan menikah denganmu sekalipun kau adalah satu-satunya pria yang ada di muka bumi ini. Aku membencimu!" Sahut Anne seraya mengambil tasnya yang jatuh mengenaskan di atas lantai kamar Abi
Gadis itu merogoh isi tas untuk mencari keberadaan ponselnya. Setelah menemukan benda terebut, segera Anne membukanya.
Ada puluhan panggilan tak terjawab dari Mom, Dad, dan juga dari Valeria.
Sial!
Anne akan terkena masalah setelah ini.
Anne keluar dari kamar kumuh milik Abi, meninggalkan pemuda sialan yang masih mematung di dalam kamar tersebut.
Sampai di ruang tamu rumah Abi, Anne kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang mungkin lebih kecil dari kamar Anne tersebut.
Tinggal di rumah kumuh seperti ini, tapi gaya dan kesombongannya setinggi langit!
Dasar tidak sadar diri!
Gumam Anne pada dirinya sendiri.
Gadis itu keluar dengan cepat dari pintu utama rumah sederhana Abi.
Anne menyusuri gang sempit di depan rumah Abi masih sambil menggerutu. Anne memilih untuk segera menghubungi Valeria.
Tak butuh waktu lama, dan telepon sudah diangkat oleh sepupunya tersebut.
"Anne! Kau kemana semalam?" Jerit Valeria di seberang telepon yang langsung membuat telinga Anne berdenging.
Dasar speaker konslet!
"Kecilkan suaramu, Vale! Kau menyakiti telingaku!" Gerutu Anne sebal.
"Iya maaf! Kau kemana tadi malam? Uncle dan aunty datang ke rumah dan menanyakan kepadaku kau ada dimana." Valeria mengulangi pertanyaannya.
"Kau mengatakan aku ada di mana pada Mom dan Dad?" Anne malah balik bertanya.
"Aku bingung. Jadi aku mengatakan pada Uncle dan Aunty kalau kau menginap di rumah Emily," jawab Valeria menjelaskan.
Huh!
Anne kembali menarik nafas panjang dan sedikit bernafas lega.
Valeria memang selalu bisa diandalkan dalam hal memberi alasan pada Mom dan Dad.
"Lalu aku menghubungi Emily dan memintanya untuk sedikit berbohong," imbuh Valeria lagi yang sontak membuat Anne tertawa penuh kemenangan.
Setidaknya Anne tidak akan kena omelan dari Mom dan Dad saat pulang nanti.
"Baiklah, Vale! Terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku akan pulang sekarang," Anne sudah akan menutup telepon.
"Tidak! Tunggu, Anne! Kau masih berhutang penjelasan kepadaku!" Sergah Valeria cepat sebelum Anne benar-benar menutup panggilan.
"Iya, iya! Aku akan menceritakan semuanya nanti kepadamu. Dasar bawel!" Sahut Anne sedikit mengomel.
Anne sudah tiba di ujung gang dan di tepi jalan besar, gadis itu segera menghentikan taksi yang lewat dan naik dengan cepat.
Anne mengakhiri panggilannya pada Valeria dan segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Saatnya pulang ke rumah.
.
.
.
Hiyaak hiyaak!
Jadi Anneke dan Valeria ini seumuran ya. Di karya yang ini mereka berdua masih berumur 18 tahun dan sedang menunggu kelulusan SMA.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Abiano
Anneke Halley Anggara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ameerah Khair
aku nuturi dari awal novel mu Thor.....
dan semua membuat ku jatuh cinta
terimakasih atas semua karya indah mu✍️
2022-04-30
0
Amelisa cherry Salsabila
cuma sekedar absen gue hadir🙋🙋🙋
2021-12-12
0
Henny Piri Tjiang
bagus ceritanya..
2021-11-21
0