Mobil yang dikemudikan oleh Dad Devan berhenti di depan gang kecil yang menuju ke rumah Abi. Bahkan mobilpun tidak muat masuk ke gang di depan rumah Abi yang hanya bisa dilewati oleh motor.
Abi segera turun dan mengeluarkan koper Anne dari dalam bagasi mobil. Mom Belle ikut membawakan beberapa tas yang berisi barang-barang Anne.
Sedangkan Anne hanya berdiri seraya berkacak pinggang tanpa sedikitpun membantu.
Ya ya ya!
Tuan putri nan manja itu mungkin belum membiasakan diri. Jadi biarkan saja dulu.
Setelah Dad Devan menarkirkan mobil di tanah lapang kosong di tepi jalan, mereka berempat segera berjalan beriringan menyusuri jalanan gang yang terbuat dari beton tersebut. Jarak rumah Abi dengan jalan masuk gang sekitar 100 meter, jadi memang tidak terlalu jauh.
Bu Sani sudah menyambut rombongan besannya itu di teras rumahnya yang sederhana. Anne sedikit terkejut melihat rumah Abi yang terlihat berbeda dari yang terakhir kali Anne kunjungi. Rumah ini lebih rapi sekarang dan catnya juga baru sepertinya. Apa Bu Sani baru saja merenov rumah kecil ini?
"Silahkan masuk," Bu Sani segera menpersilahkan Devan, Bellinda, dan Anne untuk masuk ke dalam.
Abi sendiri langsung membawa semua barang-barang Anne masuk ke dalam kamarnya.
"Penampilan luarnya bagus, tapi dalamnya sama saja ternyata," gumam Anne sebelum duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu rumah Abi.
Masih kursi yang sama dengan yang Anne duduki saat ia datang ke rumah ini bersama Valeria tempo hari.
Anne duduk diapit oleh Bellinda dan Bu Sani. Sedangkan Abi duduk di kursi terpisah berjejer dengan Dad Devan yang kini sedang menyesap teh, yang baru saja disajikan oleh Bu Sani.
"Kami hanya mengantar Anne dan Abi kesini, Bu. Sekalian silaturrahmi," ucap Bellinda memulai obrolan di ruang tamu nan hangat tersebut.
"Terima kasih karena sudah berkenan mampir di gubuk sederhana kami, Bu Belle," balas Bu Sani mengulas senyuman tulus di bibirnya.
"Gerah, Mom!" Keluh Anne seraya mengipas-ngipaskan tangannya sendiri.
"Abi," Bu Sani memberi kode pada Abi agar menyalakan kipas angin yang ada di sudut ruangan.
"Jaga sikapmu itu, Anne!" Mom Belle mendelik ke arah sang putri.
"Anne kegerahan, Mom! Kenapa tidak pasang AC sekalian disini?" Sahut Anne dengan suara yang meninggi.
"Kau akan terbiasa nanti, Anne! Dan Dad rasa kipas angin sudah cukup," kali ini ganti Dad Devan yang menasehati Anne.
Anne hanya memutar bola matanya tanpa sedikitpun merasa bersalah.
Setelah berbincang cukup lama, Bellinda dan Devan akhirnya pamit pulang karena hari juga sudah beranjak malam.
"Dad akan mengirim mobil kesini untuk mobilitas Anne?" Tanya Anne pada Devan sebelum orang tuanya tersebut berpamitan.
"Abi belum bisa menyetir dan kau juga belum bisa. Jadi sementara kalian naik motor saja untuk mobilitas," Mom Belle yang menjawab pertanyaan dari Anne.
Mom kandung Anne tersebut menunjuk ke arah motor matic baru yang terparkir di teras rumah Abi. Sepertinya Mom juga sudah menukar motor butut Abi dengan motor matic baru.
Beruntung sekali pemuda kere ini!
"Kau bisa naik taksi seperti biasa, Anne. Jangan sedih begitu!" Devan mengusap lembut kepala sang putri yang kini mencebik.
"Dad akan mengirimimu uang bulanan nanti," bisik Dad Devan pada Anne yang masih mencebik.
"Dev!" Bellinda mencubit lengan Devan karena mendengar rencana Devan yang ingin mengirimi uang bulanan untuk Anne.
"Anne harus belajar hidup sederhana bersama Bu Sani dan Abi disini," ucap Bellinda tegas menatap pada sang suami.
"Saya dan Abi akan menjaga Anne sebaik mungkin disini, Bu Belle," ujar bu Sani mencoba menenangkan Bellinda dan Devan.
"Jangan terlalu memanjakannya, Bu," pesan Bellinda pada Bu Sani sekali lagi.
Ibu kandung Abi itu mengangguk seraya tersenyum.
"Kami pamit dulu kalau begitu," Devan dan Bellinda akhirnya benar-benar berpamitan.
"Jangan mencebik begitu. Kau masih bisa pulang ke rumah dan Mom tidak sedang mengusirmu!" Pesan Bellinda saat Anne mencium punggung tangannya.
"Iya, Mom!" Jawab Anne setengah hati.
"Jaga Anne baik-baik dan datang ke kafe mulai besok pagi!" Pesan Dad Devan pada Abi.
"Iya, Dad! Abi mengerti," jawab Abi patuh.
Anne masih berdiri di teras dan menatap ke arah mom dan dad-nya yang berjalan semakin menjauh dari rumah Abi.
Ya ampun!
Anne benar-benar harus tinggal di rumah sederhana Abi sekarang. Tanpa Mom, tanpa Dad, dan tanpa Abang Liam serta Kak Thalia.
"Ayo masuk, Anne!" Ajak Bu Sani lembut seraya merangkul menantunya tersebut.
Abi sendiri sudah tak terlihat batang hidungnya. Entah kemana pria itu pergi.
Anne hanya menurut saat Bu Sani membawa Anne ke dapur yang menyatu dengan ruang makan. Hanya ada satu meja makan kecil dengan dua kursi di kedua sisinya. Dapur rumah Abi juga terlihat sederhana sekali dengan peralatan masak yang tidak terlalu banyak.
"Anne lapar tidak? Ibu tadi masak sup sayur dan ayam goreng," ucap Bu Sani setaya membuka tudung saji di atas meja makan.
"Anne mau makan nasi goreng, Bu," rengek Anne menatap tanpa selera ke arah masakan bu Sani.
"Abi!" Bu Sani memanggil Abi yang entah berada dimana.
Tak berselang lama, pemuda itu sudah datang ke ruangan tersebut menghampiri Anne dan juga Bu Sani.
"Ada apa, Bu?" Tanya Abi sambil sesekali menatap tak bersahabat ke arah Anne.
"Belikan nasi goreng untuk Anne. Istrimu lapar dan ingin makan nasi goreng," titah Bu Sani yang langsung membuat Abi mengerutkan dahinya.
"Itu ada sup sayuran dan ayam goreng. Kenapa tidak makan itu saja?" Abi menatap sinis pada Anne.
"Aku maunya makan nasi goreng!" Sahut Anne ketus seolah melupakan keberadaan Bu Sani di ruangan tersebut.
"Belikan saja, Abi!" Paksa Bu Sani pada Abi sedikit tegas.
"Sekalian minumnya jus alpukat. Trus nasi gorengnya jangan terlalu pedas dan sayurnya agak banyak!" Perintah Anne yang sontak membuat Abi memutar bola matanya.
"Uangnya mana, Nona kaya?" Abi menengadahkan tangannya ke arah Anne.
"Abi! Kau masih punya uang yang ibu kasih kemarin," tegur Bu Sani menengahi perdebatan di antara Anne dan Abi.
"Katanya kau suamiku? Kenapa disuruh membelikan nasi goreng saja malah minta uang kepadaku? Suami macam apa kau itu?" Sergah Anne bersedekap dan menatap sinis pada Abi.
"Kalau memang kau menganggap aku suamimu, minta tolonglah dengan baik-baik dan jangan ketus seperti itu! Dasar nona manja tak tahu diri!" Gerutu Abi kesal.
"Kau itu yang tak tahu diri!" Balas Anne mendelik ke arah Abi.
"Abi, sudah!" Bu Sani mencekal tangan Abi dan meminta putra semata wayangnya itu untuk berhenti berdebat dengan Anne.
"Belikan saja apa yang diminta oleh Anne!" Ucap Bu Sani lagi pada Abi dengan nada tegas.
"Ibu manjakan saja terus menantu kesayangan Ibu ini! Biar semakin ngelunjak dan tidak tahu diri!" Gerutu Abi seraya berlalu dari ruangan tersebut. Tak berselang lama, terdengar deru suara motor dari arah teras yang semakin menjauh.
Anne masih mencebik di ruang makan.
"Anne istirahat saja dulu dikamar, nanti ibu panggil kalau nasi gorengnya sudah datang," ucap bu Sani memberi saran untuk Anne.
Anne tak menyahut dan segera melangkah dengan malas ke arah kamar Abi yang juga menjadi kamarnya mulai sekarang. Sudah terbayang di kepala Anne kamar Abi yang sempit, pengap, dengan kasur keras yang mungkin akan membuat Anne gatal-gatal malam ini.
Anne membuka pintu sederhana bertuliskan huruf balok ABIANO tersebut.
Ya ampun!
Kekanakan sekali hiasan pintu kamarnya!
Mata Anne membelalak tak percaya saat mendapati kamar Abi yang bentuknya sudah jauh berbeda dengan saat Anne tidur di kamar ini satu bulan yang lalu.
Apa ini semua Mom yang menyiapkannya?
Atau Abi?
Atau Bu Sani?
.
.
.
Yang nyiapin othor, mbak Anne yang sombongnya nyundul langit 😬😬
Kok slow Update sekarang Thor?
Iya.
Lagi nggak semangat dan hilang arah 🤧🤧
Maafkan othor ya.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Efrida
gk nyalahin anne lah klu aku....
2021-08-30
0
Miss haluu🌹
Semangat Bun💪
Sehat selalu,, 😇
2021-04-09
1
Heny Hennay🌻
semangat. trus thor 💪
2021-04-08
1