Anne masuk ke kamar Abi yang sekarang bernuansa hijau menyejukkan. Kasurnya terlihat lebih luas dari sebelumnya, meskipun letaknya di bawah tanpa ranjang. Dan udaranya tak lagi pengap, meskipun tak ada pendingin udara. Hanya ada kipas angin kecil yang di letakkan di sudut ruangan.
Baiklah, ini sudah cukup untuk membuat Anne betah tinggal di rumah sederhana Abi.
Anne merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk tersebut, dan menatap langit-langit kamar yang tak semewah langit-langit kamar Anne.
Anne menguap lebar dan tiba-tiba merasa mengantuk. Segera gadis itu bangun dan meraih kopernya yang ada di samping meja belajar Abi. Namun netra Anne tak sengaja menangkap sebuah amplop yang ada di atas meja belajar Abi. Ada logo salah satu universitas negeri di kota ini.
Anne membuka amplop tersebut dan membacanya sekilas. Terdapat pemberitahuan yang menyatakan bahwa Abi diterima di salah satu fakultas melalui jalur beasiswa.
"Apa Abi akan melanjutkan kuliah?" Anne bergumam dan bertanya pada dirinya sendiri, saat tiba-tiba pintu kamar Abi sudah menjeblak terbuka.
"Anne! Nasi gorengnya su-"
"Kau sedang apa?" Abi mengambil amplop dan surat tadi dari tangan Anne dengan kasar.
"Jangan mengotak-atik barang-barangku!" Gertak Abi galak seraya memasukkan amplop tadi ke dalam laci dengan kasar.
"Jau sudah memberitahu ibu, kalau kau diterima?" Tanya Anne kepo.
"Bukan urusanmu! Lagipula, siapa yang akan melanjutkan kuliah?" Sahut Abi seolah acuh.
Namun bisa Anne lihat ada raut kekecewaan di wajah Abi.
"Bukan kau yang hamil. Jadi aku rasa tidak masalah jika kau tetap melanjutkan kuliah dan mengambil beasiswa itu!" Tukas Anne seraya berlalu keluar dari kamar. Gadis itu segera menuju ke ruang makan.
Bu Sani sudah memindahkan nasi goreng yang dibeli Abi ke atas piring. Ada juga segelas jus alpukat di atas meja yang segera diraih oleh Anne. Gadis itu menyesap jus alpukatnya masih sambil berdiri.
"Duduk, Anne! Biar tidak tersedak," titah Bu Sani lembut.
Anne mengerucutkan bibirnya sebelum akhirnya duduk di kursi kayu panjang yang ada di sisi meja makan.
"Ini nasi gorengnya," tutur Bu Sani seraya menyodorkan sepiring nasi goreng ke hadapan Anne.
"Ya. Terima kasih, Bu," ucap Anne sedikit kaku.
"Kamu habiskan, ya! Ibu tinggal dulu," pamit Bu Sani yang kini sudah keluar dari ruangan tersebut.
Tak berselang lama, Abi ganti masuk ke ruang makan dan duduk di samping Anne. Lebih tepatnya duduk di ujung bangku panjang dan menjaga jarak dari Anne.
Suami Anne itu membuka tudung saji dan mulai menyendokkan nasi, sayur, serta ayam goreng ke piringnya.
"Dasar manja!" Gumam Abi sebelum menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Kau bilang apa barusan?" Sergah Anne yang mendengar gumaman Abi dengan sangat jelas.
"Dasar manja!" Sahut Abi dengan suara yang keras kali ini.
"Ih!" Anne menjambak rambut cepak Abi seraya merengut.
"Manja dan barbar!" Gumam Abi sekali lagi memutar bola matanya.
"Kau menyebalkan!" Anne mendorong tubuh Abi hingga suaminya itu jatuh terjungkal ke lantai dan tersedak makanan yang baru saja masuk ke mulutnya.
"Anne!" Gertak Abi mendelik ke arah Anne, sebelum kembali terbatuk-batuk karena tersedak nasi.
"Apa!" Sahut Anne tak kalah galak dan balik mendelik ke arah Abi.
"Kau yang mulai! Jadi tidak usah sok-sokan jadi playing victim!" Gertak Anne sekali lagi masih galak.
Abi bangkit berdiri dan menyambar jus alpukat Anne lalu meneguknya hingga tandas.
"Abi! Kenapa kamu habiskan!" Omel Anne yang kini memukul-mukul pundak Abi.
"Haus! Dan kebetulan rasanya enak, jadi aku habiskan," jawab Abi enteng.
"Belikan lagi!" Perintah Anne bersungut-sungut.
"Malas! Aku mau lanjut makan," jawab Abi yang kini sudah kembali duduk di bangku panjang dan lanjut menyantap nasi yang ada di piringnya.
"Abi!" Anne merengek kesal.
"Minum saja air putih itu!" Abi menunjuk ke arah botol plastik berisi air putih.
"Rasanya tidak sama! Belikan lagi jus alpukatnya, Abi!" Anne menarik-narik lengan baju Abi.
"Berisik, Anne! Habiskan saja nasi gorengmu itu atau aku yang akan menghabiskannya!" Ancam Abi mendelik pada Anne.
"Belikan dulu jus alpukat untukku!" Anne masih tak berhenti merengek pada Abi.
"Baiklah aku belikan. Tapi ada syaratnya!" Abi akhirnya merasa jengah dengan rengekan Anne.
"Syarat apa?" Tanya Anne mengernyitkan kedua alisnya.
Abi membisikkan sesuatu ke telinga Anne yang sontak membuat gadis itu memekik dan beringsut menjauhi Abi.
"Tidak mau!"
"Ayolah, aku suamimu sekarang," klaim Abi tersenyum nakal pada Anne.
"Suami tak tahu diri!" Sahut Anne sebelum menjejalkan nasi goreng ke mulutnya dalam satu suapan besar.
"Anne, Abi, ada apa? Kenapa berteriak-teriak?" Tanya Bu Sani yang sudah kembali ke ruang makan menghampiri anak dan menantunya tersebut.
"Jus alpukat Anne dihabisin sama Abi, Bu," lapor Anne pada Bu Sani dengan raut wajah lebay.
"Emang cuma tinggal sedikit tadi, Bu! Dan Abi hanya ngicipin," kilah Abi membela diri.
"Tadi masih setengah gelas dan kamu menghabiskannya!" Timpal Anne menyangkal pembelaan diri dari Abi.
"Tidak begitu! Aku hanya meneguknya sekali dan tahu-tahu habis!" Sanggah Abi sekali lagi tetap pada pendiriannya.
"Sudah cukup, Abi!" Bu Sani melerai perdebatan diantara pasutri remaja tersebut.
"Kamu belikan lagi jus alpukat untuk Anne!" Titah Bu Sani selanjutnya.
"Sudah malam, Bu! Kedai jusnya sudah tutup," jawab Abi lebay.
"Kedainya buka sampai jam sepuluh. Ini baru jam tujuh, Abi!" Bantah Bu Sani yang sontak membuat Anne terkikik.
"Baiklah!" Sahut Abi kesal.
Pemuda itu sudah bangkit berdiri dan meraih tangan Anne.
"Ayo, ikut!" Ajak Abi sedikit menarik Anne agar ikut bersamanya.
"Abi, aku tidak mau!"
.
.
.
Stress lama-lama jadi Bu Sani 😣😣
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Siti patma
Hahaha bukan stres thor yg benar struk kali
2025-02-22
0
Winda Nurmayani
ndak kebayang punya anak dan mantu kaya gini he he
2022-01-16
0
Nei Nan
ambil aja bi beasiswanya ...sapa tau ntar jadi idola kmpus ...biar anne gmna githu..
2021-04-09
4