Abi baru melangkahkan kakinya masuk ke ruang makan, saat tatapan tajam dan mengintimidasi dari Dad Devan sudah menyambutnya.
"Baru bangun?" Tanya Dad Devan yang nada bicaranya tak bersahabat.
"Sudah sejak tadi, Dad! Tapi tadi ngobrol sebentar dengan Abang Liam, dan tidak langsung kesini," jawab Abi mencoba memaparkan alasannya.
"Masih pagi, Dad Devan! Biarkan Abi sarapan dulu," ucap Mom Belle pada suaminya tersebut.
Jika ada satu orang di dunia ini yang ditakuti oleh Dad Devan, mungkin itu adalah Mom Belle. Sejauh ini yang Abi lihat, Dad kandung dari Anne tersebut selalu menurut dan tak pernah membantah perkataan Mom Belle.
Abi mengambil tempat duduk di sebelah Anne, meskipun istrinya itu hanya cuek dan tak menyapa Abi sedikitpun, apalagi mengambilkan sarapan untuk Abi.
Anne menggigit roti di piringnya dengan membabi buta.
Jika yang lain hanya makan dua sampai tiga potong roti untuk sarapan, Anne memilih untuk menumpuk lima roti dengan olesan selai stroberi di piringnya, dan menggigitnya sekaligus. Abi baru tahu kalau gadis ini ternyata doyan makan juga selain galak dan suka mencak-mencak.
"Kau sudah siap untuk mulai bekerja hari ini, Abi?" Dad Devan membuka obrolan, saat Abi baru mulai menggigit roti stroberinya.
Kebetulan Abi juga suka roti dengan olesan selai stroberi sama seperti Anne.
Aneh sekali!
"Hari ini, Dad?" Abi terlihat kaget.
"Tentu saja hari ini. Kau suami Anne sekarang. Kau harus bekerja dan memberi nafkah untuk putriku," tegas Dad Devan mendelik pada Abi.
"Dad, jangan berlebihan seperti itu! Abi baru kemarin menikah dengan Anne. Biarlah mereka menghabiskan waktu berdua dulu barang tiga atau empat hari," usul Thalia yang sepertinya keberatan dengan rencana Dad Devan.
"Thalia benar, Dev! Abi bisa mulai datang dan bekerja ke kafe minggu depan," Timpal Bellinda yang ikut-ikutan membela Abi.
"Kau langsung bekerja sehari setelah kita menikah. Jadi tidak ada yang salah dengan usulku kali ini," sanggah Devan mengemukakan pendapatnya. Pria itu menatap pada Bellinda yang tampak berpikir.
"Itu beda cerita, Dev!" bisik Belllinda selanjutnya setelah mengingat kejadian bertahun-tahun silam.
Saat itu dirinya dan Devan menikah diatas sebuah perjanjian. Jadilah Bellinda ketus dan acuh pada Devan. Sama persis dengan sikap Anne pada Abi. Kenapa bisa kebetulan begini?
"Hari ini Anne dan Abi akan mengurus kepindahan mereka ke rumah Abi. Jadi besok atau lusa saja Abi ke kafenya." tutur Bellinda akhirnya mengangkat tangannya ke arah Devan seolah tak mau dibantah lagi.
"Mom! Anne tidak mau pindah ke rumah kumuhnya Abi!" protes Anne seraya membanting sisa rotinya ke atas piring.
"Mom akan menyeretmu kalau kau keras kepala, Anne!"
"Mom!" Anne mencebik kesal.
"Jangan kekanakan, An! Abi itu suamimu sekarang. Jadi kau harus tinggal bersamanya, bagaimanapun keadaannya!" timpal Thalia berdecak pada sang adik.
"Mudah saja Kakak bicara begitu! Calon suami Kakak pria tajir pewaris hotel-hotel mewah!" Gerutu Anne kesal.
Thalia mendengus tak percaya.
"Apa kau merasa iri sekarang? Mau bertukar posisi?" Cecar Thalia yang nada bicaranya sudah mulai meninggi.
"Thalia, Anne! Sudah!" Bentak Mom Belle galak.
Kakak beradik itu langsung bungkam dan tak melanjutkan perdebatan mereka lagi.
"Kau akan tetap pulang ke rumah Abi hari ini, Anne! Mom tidak mau menerima alasan atau rengekanmu lagi hari ini!" ucap Mom Belle tegas menatap tajam ke arah Anne.
Anne balas menatap tajam pada sang Mom.
"Mom jahat! Mom memang tak pernah sayang sama Anne!" Cebik Anne yang sudah bangkit dari duduknya. Gadis itu pergi meninggalkan ruang makan dengan wajah yang sudah berubah merah padam.
"Anne, Sayang!" Devan hendak menyusul Anne, namun Bellinda dengan cepat mencegah dan mencekal tangan suaminya tersebut.
"Sudah! Biarkan saja, Dev! Jangan terus-terusan memanjakan anak itu!" Tukas Bellinda tegas.
"Tapi kau juga tidak bisa bersikap kasar begitu kepadanya, Bell! Anne itu masih kecil!" Sangkal Devan mengungkapkan pendapatnya.
"Anne itu sudah besar, Dad! Sampai kapan Dad itu akan menganggap Anne sebagai putri kecil Dad? Anne itu harus mulai berpikir dewasa dan tidak terus-terusan bersikap kekanakan begitu! Dia akan menjadi seorang ibu tak lama lagi!" Cecar Thalia mengingatkan sang Dad.
Abi yang sejak tadi menyimak perdebatan anggota keluarga ini, memilih untuk diam saja dan tidak menyahut. Menurut Abi, semua yang duduk di ruangan ini sama-sama keras kepala.
Susah payah Abi berusaha menelan roti di tenggorokannya, karena mendadak roti stroberi ini terasa hambar dan sedikit pahit. Perdebatan keluarga Halley benar-benar sudah membuat selera makan Abi menguap pergi.
"Thalia harus pergi ke kampus," kakak ipar Abi itu meraih tasnya dan meneguk sisa susu di gelasnya.
"Thalia pergi dulu, Mom, Dad!" Pamit Thalia seraya mencium punggung tangan Devan dan Bellinda secara bergantian.
"Maaf atas perdebatan kecil tadi, Abi," ucap Bellinda memecah keheningan setelah Thalia tak terlihat lagi.
Abi mengangguk dan mencoba mengulas senyum di bibirnya. Entah mengapa, gumpalan rasa bersalah mendadak memenuhi relung hati Abiano.
"Tidak masalah kalau Anne masih ingin tinggal disini, Mom." Ucap Abi yang sontak membuat Mom Belle mengernyitkan kedua alisnya.
"Kata Ibu, Abi tidak boleh memaksa Anne untuk pulang bersama Abi jika memang Anne belum mau," imbuh Abi lagi yang kali ini ganti menundukkan wajahnya.
"Dad setuju dengan pendapat ibu kamu, Abi!" Sergah Dad Devan tiba-tiba.
"Kita tidak boleh memaksa Anne dan mengusirmya dari rumah ini, Belle!" Dad Devan ganti menatap lebay pada Mom Belle.
"Jadi maksudmu, kita harus menunggu hingga Anne mau ikut pulang ke rumah Abi atas kemauannya sendiri, begitu? Apa kau tidak paham bagaimana watak putrimu itu?" Sergah Bellinda yang kembali emosi.
"Aku tidak berkata begitu, oke! Maksudku, kita hanya harus membujuk Anne pelan-pelan tanpa memaksanya. Anne itu masih kecil dan labil, Bell!" Sanggah Devan membela diri.
"Dad benar, Mom!" Sela Abi yang akhirnya memberanikan diri untuk melerai mertuanya yang tengah berdebat tersebut.
"Apa kau sedang cari muka?" Tuduh Dad Devan tiba-tiba yang sontak membuat Abi mengernyit tak percaya.
"Tidak, Dad! Abi hanya-"
"Baiklah sudah cukup!" Pekik Bellinda mengangkat tangannya pada dua pria di hadapannya tersebut.
"Anne dan Abi akan pulang ke rumah Abi hari ini dan tidak ada yang boleh membantahnya!" Ucap Bellinda tegas seolah tak mau dibantah.
"Bell-"
"Kau mau tidur diluar selama satu bulan, Dad Devan?" Ancam Bellinda mendelik pada suaminya tersebut.
Devan langsung bungkam.
"Habiskan sarapanmu, Abi!" Ucap Bellinda lembut seraya mengendikkan dagunya ke arah roti yang tinggal setengah di atas pring Abi.
"Baik, Mom," jawab Abi patuh, meskipun kini selera makan Abi sudah hilang tak bersisa. Namun Abi tetap memaksa untuk menghabiskan rotinya agar tidak mubazir.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Riska Wulandari
Dad Devan membalas perlakuan Belle dulu pada Abi..🤣🤣🤣
2021-11-13
0
Tiara A$
devan harus nya mikir dulu dia di kucilkan di anggap benalu gimnaa rasa nya
2021-05-12
0
Tiara A$
kasian abi
2021-05-12
0