"Aku tunggu traktiran bakso satu gerobak yang pernah kau janjikan," ucap Sean pada Anne yang kini sudah ikut bergabung bersama dirinya dan Emily.
Resepsi pernikahan sudah selesai, dan para remaja tersebut masih mengobrol di sudut restorant.
Tadinya resepsi pernikahan itu memang dilaksanakan di restorant milik papa Theo yang selama ini dikelola oleh Dad Devan.
"Kapan aku pernah berjanji mentraktirmu satu gerobak bakso?" Tanya Anne pura-pura lupa.
"Di malam prom nite saat kau bersumpah pada dunia kalau Anne dan Abi tidak akan pernah menikah atau jatuh cinta. Dan lihatlah sekarang, kalian akhirnya menikah dan akan punya seorang bayi," jawab Sean panjang lebar seraya menirukan gerakan menimang bayi dengan lebay.
"Berhentilah bersikap konyol, Sean!" Emily kembali memukul lengan Sean karena pacarnya itu selalu saja bersikap lebay dimana-mana.
"Tidak ada para tetua disini. Jadi aku tak perlu menjaga sikapku," bisik Sean pada Emily.
Tetua yang dimaksud Sean disini tentu saja adalah orangtua dari Sean dan teman-temannya.
Entah pergi kemana para tetua. Mereka langsung menghilang setelah acara selesai. Mungkin sedang dikamar membuka amplop sumbangan.
"Ini bukan kemauanku. Pernikahan ini hanyalah sebuah kecelakaan!" Suara Anne terhenti saat Abi sudah datang dan ikut bergabung bersama mereka.
Wajah pemuda itu terlihat kusut. Setahu Anne tadi setelah acara, Dad Devan langsung mengajak Abi pergi, dan pemuda itu baru kembali sekarang dan wajahnya juga kusut. Seperti habis kena ceramah dari Dad Devan tujuh hari tujuh malam saja.
"Darimana kau, Abi? Kenapa kabur dan meninggalkan istri barumu setelah acara. Bagaiamana kalau istrimu dibawa kabur pria lain?" Cecar Sean menginterogasi Abi yang kini duduk di sampingnya sebelah kanan.
Sedangkan di samping kiri Sean, ada Emily, dan disamping Emily ada Anne yang masih mengenakan gaun pengantinnya.
Abi menatap pada Anne sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sean.
"Tuan putri itu sudah pandai menjaga diri. Jadi aku tak perlu mengawasinya sepanjang waktu, dan dia tak akan kemana-mana," jawab Abi kembali menatap sinis pada Anne.
"Aku juga tidak butuh kau jaga! Jika bukan karena paksaan dari mom, aku juga tak sudi menikah denganmu!" Anne menuding ke arah Abi dan melempar tatapan tajam membunuh, sama seperti tatapan Dad Devan pada Abi sepanjang acara tadi.
Benar-benar ayah dan anak yang kompak!
"Sudah! Sudah!" Sean mencoba melerai perseteruan di antara pasangan pengantin baru tersebut.
"Kalian sekarang suami istri. Cobalah untuk berdamai, dan nikmati malam pertama kalian."
"Ups! Maksudku malam kedua. Kan yang pertama sudah dicicil sebulan yang lalu," sambung Sean mengoreksi kalimatnya seraya tergelak.
Anne mendengus kesal dan memilih untuk memalingkan wajahnya dari Abi yang sedari tadi masih menatapnya.
"Apanya yang kedua, ketiga, keempat?" Tanya Kyle tiba-tiba yang sudah ikut bergabung bersama para remaja tersebut.
"Valeria tidak ada disini, Abangku yang sudah tua! Sedang apa kau disini?" Sahut Sean asal.
"Aku belum tua!" Sergah Kyle yang kembali menoyor kepala Sean.
"Dasar barbar! Aku akan melaporkanmu pada Kak Valeria," cebik Sean dengan raut wajah lebay.
"Sejak kapan kau memanggil Valeria dengan sebutan kakak?" Tanya Emily bingung.
"Sejak detik ini karena abang Kyle sudah tergila-gila pada teman kita itu. Dan Kak Valeria akan menjadi kakak ipar kita berdua, Em!" Sean mengulurkan lengannya dan merangkul Emily dengan mesra.
"Kenapa kau mau dengan pemuda sinting ini, Em? Tidak bisakah kau cari pacar lain selain Sean?" Kyle mengerutkan dahinya dan menuding ke arah Sean.
"Dia akan menangis meraung-raung kalau aku menolaknya, Bang! Jadi aku terpaksa menjadi pacarnya hingga kini," jawab Emily sedikit mencibir.
Sontak jawaban Emily langsung membuat semua orang yang duduk mengelilingi meja tersebut kompak tergelak.
"Jahat kamu, Em! Aku akan menghamilimu saja kalau begitu, agar aku bisa secepatnya menikahimu," Sean menaik turunkan alisnya ke arah Emily.
"Jangan coba-coba!" Kyle menoyor kepala Sean sekali lagi.
"Aku yang akan langsung memutilasi milikmu jika sampai kau melakukan hal konyol itu pada adik kesayanganku!" Imbuh Kyle lagi memberi peringatan keras pada Sean.
Pemuda itu hanya mencibir.
"Eheem!" Abi berdehem lumayan keras.
Sepertinya pengantin baru itu sedikit tersinggung dengan kalimat Sean yang terakhir.
"Apa kau merasa tersinggung?" Tanya Sean to the point.
"Sedikit." Abi mengendikkan bahu.
"Tapi kenyataannya aku dan Anne memang sudah khilaf melakukannya. Jadk aku akan bersikap biasa saja," sambung Abi lagi seraya menipiskan bibirnya.
"Aku tidak khilaf! Kau itu yang mesum! Dan aku sebagai korban disini!" Sergah Anne berapi-api.
"Kendalikan emosimu itu, Anne!" Ucap Valeria yang tiba-tiba sudah datang dan merangkul Anne dari belakang.
Kata-kata gadis itu selalu terdengar lembut dan menyejukkan.
"Duduk disini, Sayang!" Kyle menepuk kursi kosong yang berada di antara dirinya dan Anne.
Valeria hanya mengangguk dan segera duduk di samping Kyle.
"Kalian berdua harus mulai berdamai dan berhenti berseteru!" Valeria memberikan nasehat sekali lagi untuk Anne dan Abi.
"Mustahil!" Sahut Anne dengan nada malas.
"Tidak ada yang mustahil, Anne!" Valeria meraih tangan Anne dan mengusap punggung tangan sahabatnya tersebut.
"Anne dan Abi tidak akan bisa berdamai! Itu sudah hukum alam!" Anne sudah bangkit dari duduknya.
"Dan aku tidak akan tinggal di rumah kumuhmu! Aku akan tetap tinggal tinggal di rumah Dad dan di kamarku yang nyaman!" Anne ganti menuding ke arah Abi sebelum ibu hamil itu pergi meninggalkan teman-temannya.
Abi tak berucap sepatah katapun, dan hanya mencibir ke arah Anne.
Tak ada satupun di antara lima orang itu yang berusaha untuk menghentikan Anne.
"Masih Anne yang keras kepala," gumam Valeria seraya berdecak.
"Semoga kau kuat menghadapi Anneke Halley yang kerasa kepala itu, Abi!" Sean menepuk punggung Abi seolah sedang memberi semangat.
Abi hanya tersenyum kecut dan memaksa untuk mengangguk.
Jika boleh memilih, Abi sebenarnya juga enggan menjalin hubungan dengan gadis sombong galak bernama Anne itu, apalagi menjadi suaminya.
Tapi sekali lagi, kebodohan Abi benar-benar telah menjerumuskan Abi ke dalam lubang penderitaan ini.
Dan ternyata, bukan hanya sifat galak Anne yang harus Abi hadapi ke depannya. Tapi sikap Dad Devan yang juga ketus pada Abi juga turut menjadi momok bagi Abi dalam mengarungi rumah tangganya bersama Anne kelak.
Semoga Abi kuat dan tidak mati muda nantinya.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BENAR2 DARAH BELLINDA NURUN KE ANNE.. DLU BELLE JUGA BGITU KE DEVAN,, GENGSI AKUI PRASAANNYA KE DEVAN YG SAAT ITU SUAMI KONTRAKNYA,, PADAHAL DEVAN SUAMI SAHNYA AGAMA & NEGARA. AKHIRNYA, MASUKLH CLARA MOM NYA THALIA & THALITA YG MNCINTAI DEVAN, AKHIRNYA TRJADI SKANDAL DEVAN & CLARA..
2023-05-12
0
Anita Jenius
Salam kenal ya kak..
10 like mendarat buat kk.
Lanjut up ya.
2021-05-12
0
Vani
ikutan euiii mamam bakso..... 😂
sotoy nih Sean buka amplop undangan..... 😁
pak Devan bener² tak ada minat sedikit pun kepada abi
2021-04-28
1