Abi masih diam dan menatap pintu kayu berwarna cokelat di hadapannya. Sudah hampir dua puluh menit Abi menunggu pintu itu terbuka, karena Abi ingin bicara dengan si empunya kamar, Anne.
Ceklek!
Suara kunci terdengar diputar dari dalam
Di detik selanjutnya, daun pintu kokoh tersebut akhirnya dibuka dari dalam. Anne masih mengenakan piyamanya dan gadis itu terlonjak kaget saat mendapati Abi yang berdiri mematung di depan pintu kamarnya.
"Sedang apa kau disini? Mau membuatku jantungan?" Gerutu Anne mendelik ke arah Abi.
"Aku ingin bicara, Anne!" Ucap Abi berusaha berucap selembut mungkin.
"Aku lapar dan aku ingin sarapan di bawah. Nanti saja bicaranya," sahut Anne malas. Gadis itu sudah melangkahkan kakinya menuju ke arah tangga.
"Kenapa kau mengunci pintu kamar semalam?" Tanay Abi yang kini mengekori langkah Anne.
Istri Abi itu menghentikan langkahnya secara mendadak, hingga Abi yang berjalan di belakang Anne tanpa jarak aman menabrak punggung Anne.
Oh, ya ampun!
"Apaan nyosor-nyosor!" Anne mendorong tubuh Abi dengan kasar.
"Kamu berhenti mendadak, aku jadi tidak siap mengerem dan menabrakmu," sergah Abi membela diri.
"Alasan! Bilang saja sedang cari kesempatan!" Tuduh Anne ketus.
"Terserah saja!" Sahut Abi malas.
Pria itu tak lagi bersuara lembut seperti saat tadi ia mulai bicara pada Anne.
Gadis ini galak dan ketus, Abi juga bisa lebih ketus lagi.
"Tadi katanya mau bicara? Bicara apa?" Tanya Anne selanjutnya kali ini seraya bersedekap dan masih melempar tatapan tak bersahabat pada Abi.
"Kenapa tadi malam kau mengunci pintu kamar dan membiarkan aku tidur di kamar lain?" Abi mengulangi pertanyaannya yang tadi.
"Itu kamarku, jadi suka-suka aku mau menguncinya, menggemboknya, atau memasang teralis di depannya. Jadi kenapa kau harus protes?" Jawab Anne panjang lebar dan berapi-api padahal Abi hanya bertanya satu pertanyaan.
"Aku suamimu sekarang! Jadi itu juga kamarku mulai tadi malam!" Klaim Abi yang sontak membuat Anne tergelak.
"Silahkan bermimpi! Tapi aku tidak sudi tidur satu ranjang denganmu!" Jawab Anne tegas dan galak.
Abi diam sesaat sebelum akhirnya pria itu berjalan cepat ke arah kamar Anne, membuka pintunya, mengambil kunci, lalu kembali menutup pintu kokoh itu dan menguncinya dari luar. Abi mencabut kunci dengan gantungan berbentuk boneka tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celana. Pria itu tersenyum licik ke arah Anne yang melongo.
"Apa yang kau lakukan, Abi?"
"Kembalikan kunci kamarku!" Gertak Anne galak seraya mengejar Abi yang kini berjalan santai ke arah tangga.
Abi hanya diam dan masih tersenyum penuh kemenangan.
"Abi!" Panggil Anne keras.
"Abi, kembalikan kunci kamarku!" Anne sudah berhasil menarik kaus Abi saat pria itu sampai di ujung tangga.
"Kembalikan kunci kamarku!" Anne meraba-raba saku yang ada di celana Abi demi mencari keberadaan kunci kamarnya.
"Tidak akan kukembalikan!" Abi tersenyum mengejek ke arah Anne.
"Brengsek kamu!"
Bugh!
Anne menendang milik Abi memakai lututnya demi meluapkan kekesalannya.
"Aaauuwww! Sialan kamu, An!" Abi memekik sekaligus meringis menahan nyeri di bagian asetnya yang paling berharga.
"Rasakan! Seharusnya sudah sejak kemarin-kemarin aku menendang atau memutilasinya!" Sahut Anne tersenyum penuh kemenangan.
"Kau akan menyesal karena sudah se-barbar ini kepadaku!" Ancam Abi yang masih meringis.
"Kau pikir aku takut? Dasar lemah!" Ejek Anne yang sudah menuruni anak tangga dengan santai meninggalkan Abi yang masih meringis kesakitan di ujung tangga.
"Kau kenapa, Bi?" Tanya Liam yang tiba-tiba sudah ada di dekat Abi.
Abang kandung Anne itu mengenakan kaus hitam lengan panjang dengan kerah model turtle neck yang menutupi hingga dagunya, lalu memakai kaca mata hitam dan juga topi warna hitam.
Sudah seperti penjahat saja!
"Tidak kenapa-kenapa, Bang," jawab Abi yang sudah berhenti meringis.
"Abang mau melayat kemana? Kok pakai baju hitam-hitam begini?" Tanya Abi selanjutnya sedikit berbasa-basi pada Liam.
Namun pertanyaan konyol dari Abi justru membuat Liam tergelak dan tertawa terbahak-bahak.
"Mau ke kampus!" Jawab Liam sok serius.
"Kuliah? Kok bajunya seperti penjahat begini, Bang?" Tanya Abi lagi masih heran.
Dua pria beda usia itu berjalan beriringan menuruni tangga.
"Biar cewek-cewek di kampus nggak lebay dan minta foto," Jawab Liam menjelaskan pada Abi.
Abi hanya manggut-manggut seolah paham. Abang iparnya ini memang model terkenal setahu Abi. Dan Abi beberapa kali melihat fotonya tercetak jelas menjadi sampul majalah remaja.
Liam Ang, itulah nama panggungnya.
Liam dan Abi sudah sampai di lantai bawah.
"Aku ke kampus dulu, bye!" Pamit Liam seraya menepuk punggung Abi.
"Nggak sarapan dulu, Bang?" Tanya Abi sedikit berseru pada Liam.
Liam hanya menggeleng tanpa menoleh ke arah Abi. Kakak ipar Abi itu sudah menghilang dengan cepat di pintu depan.
Abi mengendikkan bahunya dan lanjut ke ruang makan yang sepertinya sudah ramai.
Apa Abi terlambat?
.
.
.
Cerita Liam nanti ada sendiri ya.
Mungkin aku rilisnya sebelum yang ini tamat karena ceritanya masih saling berkaitan.
Si kembar Thalia - Thalita juga ada sendiri nanti. Kolabnya sama keluarga Abraham kalo cerita si kembar.
Yang pasangannya Liam dan Thalita aku umpetin dulu 😆😆
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Riska Wulandari
ngakak..1🤣🤣
2021-11-13
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
udah rampung aku baca si kembar.aku baca alurnya maju mundur cantik,kadang kebolak balik 🤭🤭🤭 tp g bikin bingung kok, semuanya top 👍👍👍👍
2021-09-26
0
Anik Mas Sukir
aku malah udah baca cerita liam dulu baru mom belle terus kesini.
2021-06-14
0