MENIKAH

"Sah!"

Satu kata yang akhirnya membuat semua orang bernafas lega.

Abiano sudah selesai mengucapkan ikrar suci pernikahan dengan lancar dan fasih. Kini pemuda berusia delapan belas tahun tersebut sudah resmi menjadi suami dari Anneke Halley Anggara.

Anneke masih tak berhenti merengut dan mengerucutkan bibirnya sepanjang acara. Padahal riasan dan gaun pengantin yang dikenakan oleh gadis itu begitu sempurna pagi ini, bak seorang putri di negeri dongeng. Namun raut wajah Anneke yang terus-terusan cemberut, membuat semua hal sempurna tersebut menjadi kacau berantakan.

Sudah tak terhitung lagi berapa kali Thalia menggerutu pada adik bungsunya tersebut dan memintanya untuk sedikit saja tersenyum. Namun Anneke tetap keras kepala dan terus saja merengut.

Ekspresi wajah gadis itu seperti baru saja dijodohkan dan dipaksa menikah dengan kakek-kakek berusia 70 tahun.

Berbeda dengan Anne yang terus merengut sepanjang acara, Abi lebih bisa mengulas senyuman di bibirnya meskipun terlihat dipaksakan. Setidaknya pemuda itu tahu bagaimana harus bersikap di depan tamu undangan yang hadir. Meskipun tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya perasaan Abi sekarang. Apakah pemuda itu bahagia atau dia sama merananya dengan Anne?

Dan jangan tanya bagaimana ekspresi wajah Dad Devan pagi ini.

Bapak empat anak tersebut ekspresi wajahnya sebelas dua belas dengan Anne. Merengut dan enggan tersenyum, seperti belum mendapat jatah dari Mom Bellinda selama berbulan-bulan saja.

Dan sejak awal acara, pria paruh baya itu terus saja melempar tatapan tajam membunuh ke arah Abi. Benar-benar membuat cemas.

****

"Thalita tidak pulang?" Tanya Om Theo pada Thalia yang sedang mengambil makanan.

"Thalia sudah menghubunginya beberapa hari yang lalu, Om. Tapi katanya Thalita sedang ada ujian minggu ini, jadi dia belum bisa pulang," jawab Thalia menjelaskan.

Om Theo mengangguk paham.

Thalita saat ini memang masih menyelesaikan sekolahnya di luar negeri. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi dan gadis itu akan segera lulus.

"Kamu nggak pengen nyusul Anne juga, Thalia? Calon kamu juga sudah ada," Goda tante Airin yang kini sudah ikut bergabung bersama Thalia dan Om Theo. Wanita paruh baya tersebut mengendikkan dagunya ke arah Zayn yang kini sedang berjalan mendekat ke arah mereka bertiga.

"Sebaiknya Thalia menyelesaikan kuliah Thalia dulu, Tante. Agar Dad tidak mengamuk untuk kesekian kalinya," jawab Thalia sedikit lebay yang sontak membuat Theo dan Airin tergelak.

"Tapi ngomong-ngomong, Kyle sepertinya sudah tidak sabar menunggu Valeria lulus SMA." Thalia memberi kode pada Om Theo seraya menunjuk ke arah Kyle yang sedang memonyongkan bibirnya ke arah Valeria seakan ingin mencium gadis tersebut.

"Anak itu! Selalu saja susah diberitahu!" Om Theo menggeram kesal sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Thalia untuk selanjutnya menghampiri Kyle dan Valeria.

"Hai, Sayang. Kenapa lama sekali ambil makanannya?" Sapa Zayn yang sudah melingkarkan lengannya di pinggang Thalia dengan posesif.

Benar-benar membuat Thalia merasa risih.

"Jaga sikapmu itu, Zayn!" Gumam Thalia yang masih berusaha menyingkirkan lengan Zayn dari pinggangnya.

"Tidak ada yang salah dengan sikapku," jawab Zayn acuh yang malah semakin mengeratkan pelukannya pada Thalia.

"Baiklah! Terserah saja!" Thalia mendesah pasrah dan enggan berdebat lagi.

Lama-lama merepotkan juga punya kekasih yang posesif semacam Zayn Arsenio Abraham ini.

Menyebalkan!

****

"Hahahahaha!" Sean tertawa terbahak-bahak di atas panggung pelaminan, seakan tak punya rasa malu saat memberi ucapan selamat pada Anne dan Abi.

"Sean!" Emily yang kesal dengan tingkah laku Sean tersebut berulang kali memukuli pacarnya itu dengan clutch di tangannya.

Sedangkan Kyle dan Valeria memilih untuk cepat-cepat turun dari panggung pelaminan dan malas dekat-dekat dengan Sean yang agak sinting itu.

"Ada apa dengan Sean? Tertawa seperti orang gila begitu," gerutu Valeria yang terlihat kesal.

"Biarkan Sean seperti orang gila, Vale. Yang penting aku hanya tergila-gila kepadamu," sahut Kyle memulai tingkah bucinnya.

Valeria hanya memutar bola matanya.

"Kau tidak ingin menyusul Anne juga dan duduk di atas sana bersamaku?" Tanya Kyle dengan nada menggoda.

"Tidak!" Jawab Valeria tegas.

"Vale baru lulus SMA dan masih ingin kuliah, meniti karier, Vale masih punya banyak mimpi, Abang Kyle!" Sambung Valeria lagi dengan nada lebay.

"Kau bisa mewujudkan semua mimpimu sembari menjadi istriku," Kyle sudah melingkarkan lengannya di pundak Valeria.

"Boleh aku menghamilimu juga seperti yang dilakukan Abi, agar kita berdua segera dinikahkan?" Tanya Kyle lagi yang sudah memonyongkan bibirnya ke arah Valeria dan bersiap mencium gadis itu.

Namun secepat kilat, Valeria menahan bibir Kyle dengan telapak tangannya.

Ya ampun!

Pria ini sepertinya sedikit gila sama seperti Sean.

"Eheeem!" Deheman dari papa Theo sontak membuat Kyle gelagapan.

Buru-buru pria itu melepaskan lengannya yang tak tahu diri yang masih melingkar di bahu Valeria dan beringsut mundur beberapa langkah demi menjaga jarak antara dirinya dengan Valeria.

Valeria menahan tawanya melihat Kyle yang salah tingkah di depan papa Theo.

"Pagi, Om Theo! Om tampan sekali pagi ini. Dan tante Airin juga cantik sekali pagi ini," sapa Kyle berbasa-basi pada calon mertua impiannya tersebut.

Tak lupa pria dua puluh dua tahun itu juga mencium punggung tangan papa Theo dan mama Airin secara bergantian.

"Kau masih ingat janjimu untuk tidak macam-macam pada putriku kan, Kyle?" Tanya papa Theo mengingatkan.

"Kyle selalu mengingatnya, Om! Kyle tidak akan macam-macam pada Valeria sebelum kami resmi menikah dan menjadi pasangan suami istri," jawab Kyle dengan nada berlebihan.

"Kami hanya mengobrol, Pa! Jangan cemas berlebihan begitu!" Timpal Valeria menenangkan sang papa.

"Benar ya, hanya mengobrol! Jangan pakai acara nyosor-nyosor!" Hardik papa Theo mendelik ke arah Kyle.

"Siap, Om! Kami hanya mengobrol. Bersama Emily dan Sean juga," jawab Kyle menunjuk ke arah Emily dan Sean yang sudah ikut bergabung.

Papa Theo hanya mengangguk sebelum berlalu pergi untuk menemui tamu yang lain.

"Hahahaha! Akhirnya si musih bebuyutan nikah juga," Sean masih belum berhenti tertawa.

Kyle yang kesal segera menjitak kepala adiknya tersebut.

"Hentikan tawa bodohmu itu, Sean! Kau membuatku malu!" Gerutu Kyle seraya berdecak berulang kali.

"Aku hanya sedang meluapkan kebahagiaanku, Abangku yang tampan!" Kilah Sean mencari alasan.

"Aku kan tidak sepertimu yang mudah marah dan susah diajak bercanda! Pantas saja kau itu cepat sekali tua dan keriput!" Imbuh Sean lagi meledek sang Abang.

"Apa katamu?" Kyle yang geregetan hendak meninju wajah Sean. Namun Valeria dan Emily menghentikan dengan cepat.

"Abang! Sudah!" Seru Valeria dan Emily berusaha melerai perseteruan antara Kyle dan Sean.

"Kau memang menyebalkan, Sean!"

.

.

.

Kyle, Zayn, Thalia, Thalita

Mereka berempat seusia ya.

Kalau Liam selisih dua tahun dengan mereka berempat.

Anne, Valeria, Sean

Mereka bertiga juga seusia.

Kalau Emily adik kelasnya Sean. Jadi selisih setahun.

Mereka anaknya siapa aja thor?

Monggo di cek sendiri. Yang di dalam kurung itu judul karyanya. Bisa klik profil aku yang warna ungu itu buat melihat semua karya-karya receh aku.

Bellinda-Devan (Suami Bayaran Nona Bellinda)

Thalia Halley

Thalita Halley

Liam Halley Anggara

Anneke Halley Anggara

Theo-Airin (Bidadari untuk Theo)

Valeria Rainer

Bennedic Rainer

Nick-Bianca (Oh My Bee)

Kyle Aditya Arthur

Sean Arthurian Kyler

Satria-Kanaya (Oh, My Bee)

Emily Aditya

Hansel-Hanni (Mencintai Istri Pria Lain)

Zayn Arsenio Abraham

Audrey Zivia Abraham

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***